9 || Sembilan

951 56 10
                                    

"Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma.."

Wanita diujung tempat tidur itu hanya diam, tatapannya kosong, seakan jiwanya telah hilang.

Arasya mendekat dan mendekap wanita itu—mamanya. Hatinya seperti tertusuk beribu jarum dalam satu waktu, mamanya yang dulu telah hilang.

"Mama makan ya? Ara suapin," tawar Arasya tersenyum sebisanya walau hatinya sangat teriris melihat keadaan mamanya.

"Jangan percaya laki-laki, mereka semua sama, brengsek, pembawa sial, baj-"

"Iya, ma. Ara ngerti." potong Arasya mengusap wajah Elvira—mamanya. Elvira menggenggam tangannya, tangan itu selalu dingin. Elvira yang Ara lihat bukan lah mamanya yabg dulu, yang selalu tertawa bila Ara salah melakukan sesuatu, yang cemberut jika Ara tidak menurut, Elvira yang sekarang tanpa ekspresi. Semenjak ia mendapat kiriman foto papa Arasya selingkuh bersama wanita lain.

Ara menarik sebuah bantal saat Elvira mulai menguap, matanya memerah mengantuk, ia meletakkan bantal itu dikepala ranjang.

"Ma, tidur ya. Ara mau keluar sebentar, beli makan malam buat kita."

Elvira mengangguk, namun matanya menajam seperdetik kemudian. "Sama laki-laki?"

"Nggak, Mama. Ara nggak punya pacar, Mama tenang aja ya." ucap Arasya lembut, mengusap punggung Elvira agar mamanya itu tenang.

"Ya sudah," tanggap Elvira singkat.

Arasya tersenyum tipis, andai waktu bisa terulang, ia tidak akan Elviranya yang dulu hilang.

Usai menatap lama wajah Elvira, Arasya bangun dan keluar dari kamar Elvira, menutupnya perlahan.

Air mata mulai menetes dari mata Arasya, baru selangkah keluar, ia sudah menangis. Selalu begitu. Karena, melihat orang yang penting di hidup kita berubah, apalagi seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup, menyakitkan.

Kedua mata Ara terbelalak melihat laki- laki yang berada di depan pagar rumahnya, buru-buru ia berlari ke arah pagar dan membukanya.

"Lo ngapain disini?" tanyanya kesal.

Cowok itu nyengir, lalu ia membuka helm dan memandang Arasya cukup lama, "Abis nangis?"

"Nggak," bohong Ara menghapus sisa air mata dipipinya.

"Bohong,"

"Nggak."

"Lo bohong,"

"Kata siapa?"

"Gue,"

"Lo?"

"Iya gue sayang sama lo makanya gue nggak mau lo bohongin gue."

Arasya memutar bola matanya, Arga telah berubah rupanya, menjadi Arga tegas yang menggoda.

"Terserah." ucapnya lalu kembali berjalan kedalam.

GOODBYE ARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang