ARGA memandang sebuah undangan promnight. Tadi siang Dyxon memberinya, tidak hanya dia, semua anggota club basket termasuk Noah dan Angga.
Arga juga sempat bertanya, bolehkan ia mengajak Ara kesana, Dyxon hanya bilang itu acara bebas yang diadakan disebuah gedung, jadi terserah pada Arga mau mengajak gadis itu atau tidak. Lagi pula itu memang acara sekolah, agenda pelepasan kelas 12.
Cowok itu melempar undangan promnight ke atas sofa, mengambil sebungkus ciki dan memakannya, seperdetik kemudian ia menahan tawa geli, ia baru ingat, itu milik Sesil.
Benar saja, tiba-tiba Sesil datang, berlari ke arah meja, dan mencari-cari sesuatu, reflek Arga menyembunyikan ciki yang sudah ia makan sedikit itu.
"Abang, liat ciki Cecil nggak?" tanya Sesil menatap Arga, tangannya mendekap sebuah boneka bebek kuning.
Arga menaikkan bahunya, dan membuang wajah acuh, ia menutupi semburatnya menahan tawa karena telah berbohong.
"Bener abang nggak tau? Nanti Cecil tanya bunda ni?" gadis itu menunjuk Arga dengan jari manisnya.
"Tanya aja sana," Arga masih tidak menatap Sesil, "Tinggal beli lagi." ucapnya kemudian.
Sesil diam, bola mata gadis itu melebar, ia terlihat sangat kebingungan, kedua matanya kembali memandang Arga setelah menunduk ke kolong sofa.
"Bener? abang nggak liat?"
Arga memutar bola matanya, untuk kedua kalinya ia hanya bisa menaikkan bahunya.
"Yaudah," Sesil berbalik dan berjalan menjauh.
Arga tertawa pelan, kembali duduk dengan posisi normal, ia melihat tubuh Sesil dari jauh, kadang ia menyangka Sesil adalah boneka rapunzel berjalan, rambutnya terlalu panjang dan emas untuk anak seusianya, padahal itu rambut aslinya. Sama seperti bundanya.
Arga menarik ponselnya, ada panggilan masuk.
"Hmm," sahut Arga.
"Ikut promnight nggak?"
"Ikutlah, bosen dirumah."
"Bawa cewek ga lo?"
"Gatau, belom nanya Ara."
"Kalo nggak, bareng gue aja, gue sendiri."
"Tumben, Alana kemana?"
"Ada acara,"
"Pantes, kasian."
"Ye haha, bodo, udah ntar bareng."
"Yaudah,"
"Ga?"
"Apaan?"
"Gue liat bokap lo,"
"Dimana?"
"Di deket rumah gue, lagi dangdutan ama biduan."
"Sialan, bokap gue kerja njing!"
Arga mematikan sambungan itu, dan mengumpat pelan, anggota club basket memang jagonya menggoda orang dan membuat sesama anggota kesal.
Arga menarik sebuah bantal, menaruhnya diujung sofa, ia mengangkat kedua kakinya dan membaringkan tubuhnya.
Ia sempat tertawa mengingat wajah Sesil karena kebohongannya tadi, sebelum akhirnya rasa lelah menyeret matanya untuk memejam.
«kptn»
"Ma, Ara dapet undangan prom lusa malam." ucap Arasya, mendudukkan tubuh disebelah Elvira—mamanya.
Elvira meliriknya sinis, "Kamu sama laki- laki?" tanyanya tajam.
Arasya menoleh, menatap Elvira, namun ia buru-buru menurunkan tatapannya, "Nggak ma.. Nanti aku sendiri aja," ujarnya gemetar.
Elvira diam, kembali menatap keluar jendela.
"Kalo sampe Mama tau kamu punya temen laki-laki, apalagi pacar, Mama nggak segan-segan tampar dia."
Arasya menelan ludahnya kelu, namun ia tetap mengangguk pelan. "Ara nggak akan deket-deket sama laki-laki."
"Kalo perlu kamu nggak usah nikah, malu-maluin kalo nasib kamu sama kaya saya." ucap Elvira dengan nada dingin.
Arasya memandang mamanya tidak percaya, bibirnya bergerak gemetar, "T-tapi a-aku harus nikah kalau udah bes—"
Plak!
"Kamu nggak ngerti apa- apa tentang laki-laki! Mereka semua itu sama! Brengsek! Bajingan! Nggak ada laki- laki baik di dunia ini." bentak Elvira, matanya menatap nyalang Arasya yang sudah menunduk.
"Pokoknya kamu nggak ada yang namanya cinta-cintaan, pacar-pacaran. Dan kalau bisa, jauhin. Semua laki-laki." Elvira mengatakannya penuh penekanan.
Ara sekali lagi mengangguk pelan.
"Ara ngerti, ma."Arasya bangkit, dan berbalik hendak keluar dari kamar Elvira, namun ucapan Elvira kembali menahannya, sebelum akhirnya ia kembali mengangguk dan berlalu pergi.
"Satu lagi, ke acara prom itu, kamu nggak usah pake dress. Biar nggak ada laki-laki yang ngelirik kamu."
Didalam kamar, Arasya mendekap bantalnya dan menangis sesenggukan.
"Ara mau punya teman laki-laki, ma." ucapnya di sela-sela tangisnya.
"Ma-ma nggak ngerti rasanya jadi Ara, dibilang sombong sama semua laki- laki disekolah." lanjutnya dengan suara serak dan terputus-putus.
Arasya mendongak, tatapan pertamanya jatuh pada fotonya dan Valdo yang terpampang dinding, bingkai itu retak, Elvira yang membantingnya, namun Ara kembali memungutnya diam- diam dan menyimpannya.
"Pa, Ara kangen. Ara tau papa nggak jahat, nggak seperti yang mama bilang." kata Arasya menatap lekat sosok Valdo yang tengah tertawa.
Ia menggigit bibirnya, memejamkan matanya, sejujurnya ia hampir gila dilarang dekat dengan laki- laki manapun. Itulah alasan mengapa ia tidak banyak teman, dan ketus kepada semua laki- laki disekolah, termasuk Arga. Ia tau Arga tulus, walau sikap cowok itu nyeleneh. Tapi membantah Elvira bukan lah keinginan Arasya.
Arasya menegakkan tubuhnya dan menaruh bantal yang sudah seperempatnya basah, ia berdiri dan mengambil bingkai fotonya dengan Valdo. Memeluknya dan kembali duduk di ranjangnya.
"Pa, andai papa disini. Ara nggak masalah nggak temenan sama semua laki-laki, asal ada papa. Papa bilang, papa superheronya Ara. Makanya Ara percaya. Kan, Ara sayang papa." ucap Arasya, kalimat terakhirnya adalah kalimat yang ia ucapkan ketika Valdo bilang bahwa ia superhero gadis kecilnya.
Ia tersenyum tipis mengingat Valdo, sebelum rasa lelah karena menangisnya membawanya terlelap ke alam mimpi.
«kptn»
K
eep vote and next read!
![](https://img.wattpad.com/cover/151127022-288-k119496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE ARGA
Teen FictionBerakhir dengan jarak dan rindu. @Copyright2018 ;dhiyaauliahnf