"Lo.. Yakin?" tanya Arasya meyakinkan Arga, cowok itu benar-benar datang. Arasya yakin hal ini cukup gila, tapi ini benar. Arga berada diruang tengah rumahnya sekarang.
Arga mengangguk yakin, apa gunanya ia datang kerumah Arasya dan memikirkan hal ini selama hampir seminggu kalau sekarang ia mengundurkan maksudnya.
Arasya ikut mengangguk, walau ia tidak yakin Arga berhasil dengan rencana gilanya ini.
Ara membuka pintu kamar Elvira.
"Ma, Arga mau ngomong sama mama.." ucap Ara sepelan mungkin, pada wanita yang selalu duduk diujung ranjang, mengarah ke jendela yang selalu terbuka.
Wanita itu menoleh, reflek matanya memerah entah kenapa, menghampiri Arasya, dan,
Plak!
"Mama udah bilang sama kamu, jangan deket-deket sama laki-laki! Mereka itu brengsek! Kamu anak durhaka atau gimana?!" bentak Elvira tanpa jeda.
Arasya menunduk, perlahan air matanya jatuh. "Ara minta maaf ma.."
Arga tidak diam saja, ia mendekap Arasya dalam pelukannya, Ara tidak menolak, dalam keadaan ini ia sangat syok.
Elvira tersentak dan menatap Arga tajam.
"KELUAR KALIAN BERDUA DARI RUMAH SAYA!!"
Hati Ara semakin hancur mendengarnya. Ingin sekali ia bicara pada Mamanya—Elvira: Ma, Rasya nggak bahagia mama giniin. Sayangnya, itu hanya angin lalu yang tak akan pernah Ara ungkapkan.
Melihatnya, Arga tidak gentar, ia mengeratkan pelukannya, membalas tatapan Elvira.
"Tante, perlu tante tau, saya nggak se brengsek itu." tegasnya.
Elvira menggeleng keras, ia mengangkat tangannya hendak menampar Arasya kembali.
Arga menahannya, satu tangannya menangkap lengan Elvira, satunya lagi melingkar di pinggang Ara, menenangkannya.
"Kenapa tante tampar Ara? Kenapa nggak saya aja? Kenapa?"
Elvira menghempas tangan Arga dan membentaknya. "Karena dia udah durhaka sama saya! Dia nggak nurut sama saya!"
Arga tersenyum miring, "Tante pikir Arasya bahagia tante giniin? Nggak tan, semua perempuan mau punya laki-laki yang bisa jaga dia." ucap Arga tanpa takut sedikitpun.
Elvira bungkam, menatap nanar anak laki-laki yang menatapnya tegas dan berani mengucapkan kalimat yang bahkan Ara sendiri tidak pernah bicara seperti itu.
"Tante tau kenapa Tante giniin Rasya? Karena tante terlalu pengecut buat ngelupain Om Valdo."
"And, tante masih bilang Arasya durhaka? Hellow what is this? Arasya adalah anak perempuan pertama yang saya kenal penurut."
"Tan, luka itu emang sakit. Tante di selingkuhin om Valdo emang sakit. Tante ditinggalin, tan-"
"DIAM KAMU!" jerit Elvira, semua ucapan Arga hanya membuat ia kembali teringat masa lalunya.
Arga menggeleng, "Saya nggak akan diam selama tante begini, memperlakukan Arasya sebagai budak yang harus nurut sama semua perintah tante."
"Dia nggak saya jadiin budak!" sanggah Elvira membentak.
"Tapi Tante gila."
"Saya nggak gila! Kamu—ternyata lebih brengsek dari Valdo!"
Plak!
Elvira menampar pipi Arga dengan penuh emosi.
Arga tidak meringis, ia menerimanya, bahkan ia tertawa meledek Elvira yang terlalu pengecut untuk melupakan masa lalunya dan malah menjadikan Arasya—anaknya sendiri sebagai pelampiasan atas kebenciannya pada Valdo.
"Jadi, tante masih butuh Ara nggak? Kalau nggak, saya bawa pulang Ara nya, daripada disini, dijadiin serep—kacung." ejek Arga melirik seluruh isi kamar Elvira yang rapi karena Arasya yang membersihkannya tak kenal waktu.
Elvira mendengus keras, "Bawa sana! Pergi kalian! Dasar anak durhaka!"
Arga mengangguk, ia menarik Arasya yang menangis dalam pelukannya keluar dari kamar itu.
Mendudukkan Arasya dan kembali bertatapan dengan Elvira.
"Satu bentakan anda, membunuh ribuan sel penting dalam tubuh anak anda. Congrast!" ejeknya dengan nada tertawa.
"Brengsek," desis Elvira pelan.
"Pikirin sekali lagi tante, anaknya saya bawa dulu. Enjoy!" ucap Arga tertawa lalu kembali memeluk Arasya dan membawanya keluar.
Elvira yang ditinggalkan meremas roknya, dan berpikir, ia akan semakin gila kehilangan seseorang lagi dalam hidupnya.
<<kptn>>
"Kaka cantik makan dulu, nanti cakit loh." Sesil menyodorkan sepiring nasi kearah Arasya.
Ara menatap piring itu dengan tatapan kosong. Sudah beberapa jam ia disini, setelah Arga menjelaskan kepada keluarganya, mama dan papa nya berusaha mengerti, menerima kehadiran Arasya sampai Elvira datang membawanya kembali, dan hidup layaknya ibu dan anak yang wajar.
"Kaka ngga laper, Sesil. Sesil aja yang makan." ucap Arasya tersenyum tipis, matanya sembab karena menangis selama dua jam tidak berhenti.
Sesil cemberut, "Cecil kan udah kaka, masa makan lagi, nanti Cecil ndut." jawabnya lucu.
Arasya tertawa pelan, ia sedikit terhibur dengan sikap Sesil yang sebelas-dua belas dengan Arga, sama-sama lucu dan aneh.
"Sesil keluar gih, kakanya mau bobo." ujar Arga yang datang dari luar, ia habis membicarakan masalah Arasya dengan papanya.
Sesil mengerucutkan bibirnya, "Abang dateng telus, imana aku mau main sama kaka cantik." gerutunya.
"Sana gak?" usir Arga dengan nada bercanda, ia mengangkat Sesil namun gadis kecil itu menahannya.
"Nggak, abaaaaaang!" jerit Sesil mempertahakan tubuhnya saat Arga menambah kekuatan mengangkatnya.
"Sesil! Heh, liat abang." tegas Arga, Sesil menatapnya dengan bola mata hazelnya. "Kaka itu lagi sakit, Sesil nggak boleh ganggu! Nanti tambah sakit gimana? Salahin Sesil ya?"
Sesil menggeleng pelan, "Yaudah, Cecil kelual. Dada kaka, cepet sembuh ya, bial bisa main sama Cecil." ucap Sesil, mencium pipi Arasya lalu berjalan keluar kamar Arga dengan tatapan tak rela.
Arga tersenyum penuh kemenangan, lalu ia menutup pintu dan duduk disebelah Arasya.
"Masih sedih?" tanyanya.
"Mama Rasya marah.." lirih Arasya seperti anak kecil yang mengadu pada ayahnya.
Arga tersenyum, mengusap kepala Arasya. "Mama lo nggak marah, dia cuma nyesel ga berhasil jaga Papa lo, dan ngelampiasin semuanya ke lo."
Arasya menunduk, "Rasya mau papa peluk kaya dulu. Biasanya, kalo Mama marahin Rasya, pasti Rasya selalu Papa peluk." ungkap Arasya mengingat masa lalunya.
Arga menarik Arasya dan memeluknya, "Lo bisa peluk gue seperti lo peluk papa lo." ia menjeda, "I love you everytime."
<<kptn>>
FOLLOWAJIB:))
@dhiyaauliahnf
Aeayaaeya:'v
Happy reading kan? Bilang iya oke.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE ARGA
Novela JuvenilBerakhir dengan jarak dan rindu. @Copyright2018 ;dhiyaauliahnf