10 || Sepuluh

971 49 5
                                        

"RASYA!"

Arasya menoleh, melihat Arga berlari dengan tas bergoyang-goyang dibelakang punggungnya. Cowok itu tersenyum manis, dan menghela napas.

"Selamat—pagi!" Arga mendongak, berusaha tertawa dengan napas tersengal.

Arasya tertawa, "Iya, pagi juga."

Arga mengangkat alisnya, tangannya bergerak ingin merangkul Ara, namun ia menyadari sesuatu dan menariknya kembali.

"Tumben di sautin? ke kelas bareng yo."

Ara mengangguk, ia menunggu Arga berjalan.

Arga berjalan, Ara mengikutinya.

Mata Arga melirik sesekali, melihat Ara yang menunduk sambil tersenyum tipis.

"Ra, udah makan?"

"Udah."

"Udah minum?"

"Udah."

"Udah sayang?"

"Udah," selanjutnya Ara meralat ucapannya, "Nggak, Apaansi! lo mah nanya bertubi-tubi." omelnya.

Arga tertawa geli, "Maaf, Rasya."

"Kenapa lo manggil gue Rasya?" tanya Ara.

"Simple," ucap Arga, ia memandang Ara. "Karena lo anti cowok, makanya sekalian aja gue manggil lo panggilan cowok."

"Ko bisa gitu?"

"Bisalah, kalo orang-orang manggil lo, Ara, Lovika, Lopika. Gue mau manggil lo dengan panggilan yang beda, biar kelihatan spesialnya." jelas Arga.

Ara mengangguk, hatinya sedikit senang mendengarnya.

Arga kembali menatap lurus kedepan, "Dua minggu lagi ada turnamen." ucapnya tiba-tiba.

"Terus?"

"Gue mau lo dateng," Arga buru-buru melanjutkan, ia tau Arasya akan menolaknya dengan membawa-bawa Elvira. "Sekali doang! Sumpah, plis."

Arasya menelan jawabannya, ia menunduk dan memainkan tali tas. "Andai aja papa masih, ada, gue ga akan dilarang-larang kaya gini, gue juga bisa bales perasaan lo, ga."

Arga tau Ara sedih, dengan tempo lambat ia menggenggam jemari Ara, gadis itu sedikit tersentak, namun ia berusaha tenang. "Gue bisa berjuang." ucapnya.

"Tapi, nggak semudah itu, Mama trauma sama Papa, dan nggak mau gue juga dapet nasib sama."

"Itu tandanya mama lo perhatian, say—Arasya." Arga meralat ucapannya.

Arasya tertawa pelan, "Sayang apa sayang?" godanya, membuat Arga menahan malu dengan menggigit bibirnya.

"Lo boleh kok, panggil gue sayang. Tapi jangan didepan Noah, Raden, dan yang lainnya." ucap Arsya menenangkan suasana.

Arga menoleh, raut wajahnya berubah. "Lo serius?"

"Iya, Arga Pranaja, kapten basket teraneh yang pernah gue temuin."

Arga tertawa mendengar Ara mendefinisikan dirinya. "Yash, oke, Arasya.. Sayang."

Arasya mengangguk, "Khusus buat lo doang." bibir Arga tersenyum lebar mendengarnya, "Udah, gue masuk kelas ya?"

Arga menoleh ke sebelah kanannya, ia sudah berada di depan kelas Arasya rupanya.

"Iya sayang, babay mwah!" reflek Arga melepas tangannya, tersenyum manis, sejurus kemudian ia terdiam dan menyadari tingkahnya.

Arasya tertawa dan membalas nya, "Babay, juga Arga Pranaja!"

Arga yang sempat kagok, tersenyum samar, lalu kembali berjalan ke kelasnya. Hari ini akan selalu menjadi hari terbaik.

GOODBYE ARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang