"Seperti angin yang selalu berhembus, seperti itu pula rindu ku padamu. Sampai kapan pun, dimana pun, akan selalu utuh. Disini, dihatiku, sampai.. Kita bertemu."
«kptn»
Tiit.. Tiit..
Suara monitor yang terus menyala membuat Andrean gusar menggenggam tangan wanita yang kini banyak mengkonsumsi selang di seluruh tubuhnya.
Sementara Arta tidak henti- henti berdoa agar Elvira baik- baik saja.
"Dia kesini?" Andrean menatap Arta sendu, ia berharap.
"Hah? Oh," Arta buru- buru mengambil ponsel Andren dan menyalakannya. "Nggak di bales, ndre."
Andrean menghembuskan napasnya kasar, pikirannya pusing, Elvira masih pingsan, dan dokter bilang keadaannya kritis, sebenarnya apa yang terjadi dengan wanita di hadapannya ini?
"Telpon bokap gue," putus Andrean akhirnya.
Arta mengangguk, ia menekan beberapa huruf di pencarian kontak ponsel Andrean, hingga akhirnya menemukan nomor Valdo tertera disana dan menekannya.
Tidak lama kemudian, sambungan terhubung.
"Halo, om?"
"Iya, ini siapa ya? Bilang ke Andrean, maaf saya lagi rapat, hubungi lagi nanti. Dan bilang, cepat pulang, Erland dirumah hanya sama bibinya."
"Matiin! Gue nggak mau denger suara orang yang sok sibuk disaat istrinya sendiri berjuang untuk selamat." Andrean menatap Arta nyalang, mata cowok itu memerah, ia benci Valdo, di keadaan seperti ini justru bisnis lebih penting dari segalanya.
"Andrean, kamu ken- papa segera pul-"
Sambungan di matikan sepihak, tanpa mendengar kelanjutan ucapan Valdo, Arta tidak dapat menahan tangannya mematikan sambungan itu, pasalnya mata Andrean yang menyalang membuktikan ia benar- benar benci situasi ini.
"Sekarang, lo cari Arasya, bawa dia kesini." tegas Andrean.
Arta melebarkan matanya, "Tapi ndre, b- bahkan g- gue nggak-"
"Kalo lo nggak sudi?! Gue aja! Jagain mama, jangan sampe dia kenapa- kenapa!"
Arta hanya dapat mengangguk, melihat sosok Andrean yang pergi meninggalkan ruang ugd dengan keadaan tak terkontrol.
«kptn»
Arga berulang kali mencoba membuka lock screen layar ponsel Arasya. Tetap terkunci. Sulit, pasti hanya Arasya yang tau.
Akhirnya Arga mengemudikan mobilnya kesalah satu rumah sakit terdekat dari daerah sekitar.
Ia terus memacu mobilnya, sampai sebuah mobil merah menyala hampir menyerempetnya. Shit!
Mobil itu berhenti, terpaksa Arga menghentikan mobilnya, menaruh ponsel Arasya di tangan gadis itu, ia masih tidur, Arga tidak ingin membuatnya cemas dengan mengetahui pesan instagram dari seseorang bernama Andrean itu.
Arga membuka pintu mobil, saat laki- laki dari mobil merah menyala itu mengetuknya.
"Lo si-"

KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE ARGA
Teen FictionBerakhir dengan jarak dan rindu. @Copyright2018 ;dhiyaauliahnf