"Sekali lagi kamu benar, dia yang pergi, saat kembali, tidak akan sama lagi."
—dhiyaauliahnf
"PAPA?"
Laki-laki yang mengenakan tuxedo hitam pekat menaikkan manik matanya. Suara Arasya cukup keras rupanya.
Terlihat jelas mata laki-laki itu berkaca- kaca menatap sosok Arasya yang diam membatu memandang nanar laki- laki itu.
"Arasya.." lirih laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah Valdo, papanya.
"Papa ngap—"
"Daddy, daddy ayo kita beli mainan." jerit seorang anak laki-laki yang tiba-tiba merenggut lengan Valdo, menariknya.
Menatap anak kecil itu, mendengar suara dan ucapannya membuat mata Arasya berkaca-kaca. Dengan berat, ia mengakui, Elvira benar, Valdo selingkuh. Kenapa dunia sekejam ini.
"Ternyata Mama benar, Papa cuma laki-laki tukang selingkuh yang nggak punya harga diri." tandas Arasya mengepal tangannya, menekan kata-katanya, ia benci keadaan ini, dimana sosok yang sangat ia rindukan justru jadi bumerang kepercayaannya selama ini.
Arga yang menyadari sesuatu berbalik, menyentuh pipi Arasya, kala mengetahui gadis itu menangis.
"Lo kenapa? Kenapa nangis? Ayolah, sya, disini aman." Arga menghapus air mata gadis itu, menangkup wajahnya.
Melihat Arga, dada Valdo terasa amat sesak, ternyata ada laki-laki lain yang lebih pantas menjaga Arasya dibanding dirinya.
"Erland, sama Mama dulu sayang, Papa ada urusan." Valdo mengusap kepala anak laki-laki kecil yang berdiri di sebelahnya.
Menurut, anak laki-laki itu berlari meninggalkan mereka.
Arasya semakin tertohok kala Valdo memanggil anak kecil itu dengan kalimat sayang, receh mungkin, tapi percayalah, itu sangat berarti pada seorang anak yang lama jauh dari orang tua kandungnya.
Valdo melangkah mendekat ke arah Arasya, Arga ikut memandangnya, langkahnya makin dekat, hingga ia menyingkirkan lengan Arga dan memeluk putri kesayangannya.
"I'm so sorry, dear. I miss you, evertime, everywhere, everday."
Isakan Arasya makin menjadi dalam pelukan Valdo, sekuat mungkin ia mengangkat bibirnya, semua isi hatinya harus ia keluarkan sekarang.
"Pa, papa tau ngga? Ara sedih tau, papa pergi." ucap Arasya memaksakan senyum, ia terlihat dongkol kala hatinya berusaha membenci namun perasaannya memainkan sikapnya.
"Arasya nggak boleh main sama laki-laki, Arasya jutek sama laki-laki, Arasya benci semua guru laki-laki. Sampe Arasya dibilang sombong, sok cantik, sok iya, papa kira enak? Nggak Pa. Kalo Rasya boleh milih, Rasya mending lahir dari keluarga yatim piatu. Dan Rasya berhak deket sama teman laki-laki Rasya. Di banding Lahir dari keluarga kita, tapi Papa..." Arasya menekan telunjuknya tepat dibagian dada kanan Valdo, hingga laki-laki itu terpaksa melepas pelukannya dan menatap putri tunggalnya berkaca-kaca.
"Tapi papa selingkuh. Dan bikin. Rasya gapunya temen laki-laki di sekolah, pa." tekan Arasya menahan sesak dalam dadanya.
"Emang Rasya pernah nyusahin gimana sih, Pa? Rasya pernah songong sama papa? Rasya nggak nurut sama papa? Nggak kan pa, terus papa selingkuh buat apa? Buat kebahagiaan papa? Buat kenikmatan papa? Kalo emang gitu, Rasya bisa coret nama papa dari Kartu Keluarga." Arasya tersenyum smirk di akhir kalimatnya.
Bahkan saat Valdo hendak menyentuhnya, Arasya mendorong tubuh laki- laki itu, membalik tubuh dan pergi darisana tanpa tujuan.
"Gue nggak pernah butuh papa brengsek kayak dia,"
Ucapan terakhir yang Arasya ucapkan mampu menohok Valdo dan membuatnya terisak lebih keras dari sebelumnya. Valdo ingin kembali menggapai putrinya, tapi mengapa ia pergi? Valdo ingin menjelaskan semuanya, tapi kenapa ia terlalu benci? Valdo tidak lagi mengenal Arasya yang menurut padanya, yang manja kala tidak ada mamanya, yang perhatian kala dirinya sakit, semuanya berubah 180°, di luar nalar.
"Om, maaf, saya Arga temannya Ara."
Valdo mengalihkan tatapannya saat sebuah tangan terulur padanya, ia menaikkan tatapannya, bertatapan dengan cowok yang kini berdiri didepannya dengan seorang gadis kecil di dalam pelukannya.
Valdo terlihat mengusap matanya dan, mengangkat sedikit sudut bibirnya, berusaha tersenyum sebisanya.
"K- kamu temannya Arasya?"Arga mengangguk, "Om papanya?"
"Iya,"
"Yang kalo kata Arasya, Papa brengsek, iya?" kekeh Arga menekan ucapannya, ia bermaksud menyinggung Valdo dan membuat laki- laki itu sadar, yang ia lakukan tidaklah pantas dilakukan sebagai seorang ayah kepada anak dan keluarganya.
Valdo tidak menjawab, ia bergeming menatap Arga cukup lama, sampai ia mengeluarkan sebuah kartu dan mengulurkannya.
"Jaga Ara sampai di bahagia, saya yakin kamu lebih pantas dari saya. Iya saya brengsek, tukang selingkuh, iya semua itu benar, jadi Arasya pantas benci sama saya. Tapi tolong jaga dia, seperti kamu jaga gadis kecil di pelukan mu, rawat dia seperti kamu rawat mama papa mu, bahagiakan dia seperti kamu membahagiakan dirimu, cintai dia seperti kamu mencintai tuhanmu." Valdo menghentikan ucapannya, lagi, matanya mulai berkaca- kaca. "Satu yang saya minta, jangan buat dia berhenti ngebenci saya, hal itu cuma akan dia makin sakit mengingat masa lalunya."
Kedua bola mata Arga yang awalnya terpaku pada manik laki- laki itu, dalam sekejap berubah sendu, Arasya benar, Valdo hebat, pemikirannya selalu berbeda dan mengesankan.
Dengan banyak usaha, Arga memeluk Valdo dengan tangan kirinya dan berusaha tetap memeluk Sesil. Bibir nya terangkat, tersenyum manis, ia sungguh bahagia bisa melihat langsung sosok Valdo yang dapat dengan mudah Arasya cintai sebegitu dalamnya, menyayangi Arasya dengan luar biasa, walaupun masalah perselingkuhan menjadi jarak antara Valdo dengan Arasya kini.
Yang Arga tau, Arasya tetap Arasya yang sama, yang membenci Valdo hanya dari ucapan, yang menangis kala mengingat Valdo. Yang berbeda,
Arasya kini menjadi tanggung jawabnya, atas permintaan Valdo.
«kptn»

KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE ARGA
Teen FictionBerakhir dengan jarak dan rindu. @Copyright2018 ;dhiyaauliahnf