Chapter 59 : Birthday Party

1.9K 196 80
                                    

"Terus gimana?"

"Nggak tau gue ka.."

Rasanya sudah lebih 10 menit kamu merebahkan kepala di atas meja makan bundar itu. Ya, kamu sekarang berada di apartemen Yuri setelah kemarin sore mendapat telepon yang membuat shock dari orang tuamu.

Sengaja tak kamu ceritakan hal itu kepada June. Kamu merasa ia tak perlu tahu dulu, biar kamu saja yang mengatasinya.

"Perasaan kehidupan gue baru di mulai, eh malah harus di lepas gitu aja."

"Gue kalau jadi lo juga bingung sih sebenernya.."

"Emang bener sih kata mama.. Kalau mereka belum bisa melepas gue tinggal di sini karna gue anak mereka satu-satunya. Apa gue terlalu egois ya ka? Maksain kehendak gue sendiri?"

"Itu kan mimpi lo de, dari dulu lo emang pengen tinggal di sini."

"Gue jadi mikir, apa cuma itu alasan gue mau tinggal di sini.."

"Maksudnya?"

"Mungkin mimpi gue dari dulu yang pengen tinggal di Seoul, dapat kerja yang bagus di Seoul sudah nggak semurni itu lagi ka. Mungkin.."

Kamu menghela nafas dalam dan berucap pelan. "Karna di sini ada June.."

Yuri ikut menghela nafas dalam, kalau sudah menyangkut masalah cinta ia juga tak tau harus berkata apa. Ia saja bahkan meninggalkan keluarganya di Jepang dan memilih tinggal di Korea bersama suaminya.

"Lo cerita ke mama nggak, kalau di sini punya pacar?"

"Ya enggak lah ka."

"Terus gimana ya?"

"Gue dari malam tadi sudah mutar otak gimana caranya buat nolak pulang ke Indonesia. Tapi satu sisi gue juga nggak bisa nolak, gue kangen mereka, kangen banget malahan.. Gue berasa jadi anak durhaka karna selama ini nggak pernah pulang. Tapi kalau harus beneran pulang dan nggak kembali lagi, gue juga nggak bisa."

"Coba lo pikir baik-baik, keinginan antara pulang dan tinggal di sini, yang mana yang lebih besar?"

"Gue sudah nyaman tinggal di sini ka, sudah nyaman kerja di cafe oppa. Mungkin kalau gue pulang dan kerja di tempat temannya papa, gue nggak bakalan bisa ngejalaninnya. Terus juga, June.." kamu menghentikan ucapanmu dengan mata yang menatap nanar.

Yuri memusut punggungmu lalu mengangguk, merasa sudah dapat mengetahui pilihanmu.




***



Malam itu, sepulangnya dari tempat Yuri kamu langsung kembali ke apartemen. Sebelum tidur kamu periksa ponselmu, memastikan ada atau tidak pesan dari orang tuamu karena kamu yang memang belum memberi keputusan ketika di telpon saat itu.

Kamu menghela nafas lega ketika hanya melihat notifikasi dari media sosial, tidak ada pesan maupun panggilan. Mungkin mereka berpikir untuk memberimu sedikit waktu sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.

Maaf mah, pah..

(Y/n) harap mama sama papa nggak kecewa sama keputusan (y/n) nanti..

Keesokan harinya.

Sore itu kamu pergi ke suatu tempat yang paling jarang kamu datangi sebagai seorang perempuan, salon. Kamu sengaja menginjakkan kakimu ke tempat keramat para perempuan itu demi sebuah acara yang akan di adakan nanti malam.

Tidak banyak yang ingin kamu percantik, hanya rambut dan kuku-kukumu saja. Wajah? Oh, sepertinya kamu tak memerlukan itu.

Setelah kurang lebih dua jam berada di sana, akhirnya kamu dapat menghela nafas lega karena terbebas dari rasa pegal akibat duduk terlalu lama.

FANGIRL'S DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang