#6 The Family

262 32 0
                                    

Baru saja membuka pintu ruangan keluarga Handler, Sig disambut oleh senyuman hangat dari Lucy.

"Ashe tidak bisa datang. Ada kepentingan mendadak di rumahnya," tutur Sig sambil menyerahkan dua kado yang dibungkus rapi, balas tersenyum.

"Wah sayang sekali, padahal Jeff sudah memikirkan seribu cara untuk memasangkan kalian dalam pesta ini." Lucy sedikit tertawa. "Memangnya rumahnya di mana? Ada urusan apa di sana?"

Sig mengangkat bahu. "Kau tahu sendiri kan, Lucy. Dia itu orangnya tertutup sekali. Mana mau menceritakan hal seperti itu."

Tertawa lagi, istri Jeff itu menunjuk ruang makan yang hanya dipisah sekat kayu dengan ruang utama. "Silahkan."

Begitu Sig memasuki ruang makan itu, Jeff langsung berdiri. "Sekali lagi aku minta maaf..."

"Sudahlah, Jeff. Aku tak terlalu memikirkannya,"ujar Sig tulus, duduk di kursi.

Ya, setelah mendengar pengakuan Kamala, Sig tak terlalu memikirkan perbuatan Jeff yang telah membuka luka lama. Justru sekarang otaknya dihujami perkataan Kamala: di luar masih banyak yang kehilangan orang-orang terdekatnya gara-gara ulah Fringe Global.

Perlukah dirinya, dengan kemampuannya, membasmi serangan-serangan itu? Apa yang akan didapatkannya? Bisakah ini menjadi penebusan dosa bagi dirinya yang dulu tak pandang bulu menghabisi manusia?

Lucy menaruh kue ulang tahun kecil dengan hiasan sederhana di atas meja. "Will, taruh dulu ponselnya."

Anak Jeff dan Lucy—seorang bocah lelaki yang baru menginjak awal sekolah dasar—tak menggubris. Bocah yang gembrot seperti ayahnya, tapi mewarisi kulit putih ibunya itu tengah asyik memainkan game balap di ponsel.

"Will, dengarkan mamamu," bujuk Jeff halus.

"Sebentar lagi, Yah," jawab Will, sama sekali tak melihat ayahnya.

"Will, aku tak mau merusak hari ulang tahunmu dengan marah-marah, jadi sekarang letakkan ponsel itu," paksa Lucy, nada bicaranya agak naik.

Melihat Will yang menaruh ponsel itu sambil memajukan mulutnya, syaraf tawa Sig terpantik.

"Ayo kita mulai," ucap Jeff sambil menyalakan lilin di atas kue tersebut.

Mulut Will kembali normal. Senyumnya merekah, matanya berbinar melihat kue itu. Jeff mengomandoi mereka untuk bernyanyi lagu ulang tahun. Begitu Will meniup lilin, mereka bertepuk tangan.

Sig selalu diundang untuk menghadiri pesta ulang tahun anggota keluarga kecil ini. Sebenarnya Jeff ingin mengundang penghuni lain di apartemen itu, tapi bisa-bisa biaya pesta membengkak, padahal mereka melakukannya tiga kali dalam setahun. Dokter ilegal seperti Jeff jarang mendapatkan pasien.

Sig tak tahu mengapa dirinya yang diundang dan enggan mencari jawabannya. Buat apa? Toh, sekarang dirinya bisa turut merasakan kehangatan mereka.

"Wow, Captain Emerald!" Suara keras Will membuyarkan lamunan Sig.

"Itu pahlawan super yang sebenar-benarnya," balas Jeff.

Memakai topi klub sepakbola AC Milan hadiah dari Sig, Will mengangkat mainan superhero berkostum hitam dengan corak hijau-hijau pemberian Kamala. Kemudian, dengan antusias, ia membuka kado terakhir dari orangtuanya. Matanya makin berbinar ketika mendapati mainan dinosaurus di balik kertas pembungkus.

Will langsung mengeluarkan mainan itu dari kotaknya. "Wow, T-Rex!"

"Rawr!" Jeff berpura-pura menyeringai, sementara Lucy mengusapi kepala Will sambil tersenyum

Silent Moon Illusion [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang