Di ruang rapat yang kosong melompong itu, Luke menempati sebuah kursi. Kepalanya sedikit mendongak, menghadap sebuah layar besar di salah satu sisi dinding. Pandangannya terhujam ke beberapa orang yang ditayangkan layar itu: para pria dan wanita yang kebanyakan berusia di atas kepala empat, duduk melingkari meja konferensi panjang, balas menatapnya dengan ekspresi keras.
"Beberapa anggota pasukan khusus, satu subyek penelitian, dan dua orang tak bersalah," ucap seorang pria paruh baya berambut hitam pendek dan berkumis lebat yang duduk di deretan paling ujung, tepat berada di tengah. "Apa Anda tidak mengerti kalimat 'jangan berbuat sesuatu yang mencolok', yang sudah kami sampaikan kepada Anda?"
"Dengan segala hormat Tuan Young, keadaanlah yang membuat semuanya menjadi kacau. Dalam pengejaran salah satu subyek, subyek 16 muncul dan menggagalkan semuanya," jawab Luke, menjaga intonasi bicaranya agar terdengar biasa.
"Setelah kejadian-kejadian tiga tahun lalu, kita sudah berkomitmen untuk menjaga stigma masyarakat umum terhadap perusahaan kita. Anda tahu kan, sangat sulit mengubah persepsi orang-orang yang menghubungkan rentetan kejadian itu dengan Fringe Global." Seorang wanita gemuk ikut nimbrung.
Kali ini Luke tak menjawab. Ia biarkan cercaan lanjutan dari orang-orang itu lewat di telinganya. Kalaupun ia menimpali, itu hanya sekedarnya saja. Orang-orang yang hanya bisa ongkang-ongkang kaki di Amerika itu tak akan mengerti betapa sulitnya semua ini. Dari menjaga Mia agar mau bekerjasama, menekan isu-isu yang menghubungkan kejadian 'binatang buas' itu dengan Fringe Global, sampai mencari Sig. Semuanya menjadi tanggung jawab Luke. Meski punya anak buah sebagai pelaksana, berkali-kali dia harus terjun sendiri karena sumber daya manusia pilihan orang-orang itu banyak yang tak becus.
"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya." Luke berdiri, membuat para anggota dewan direksi yang mulai berdebat sendiri kembali memerhatikan dirinya. "Apakah selama tiga tahun kepemimpinan saya, ada sesuatu yang secara signifikan mengancam Fringe Global? Laboratorium penelitian manusia serigala itu tetap aman..."
"Dan sekalinya membuat kesalahan, Anda melakukannya secara besar-besaran," potong pria yang dipanggil tuan Young. "Lagipula, saya tidak akan menganggap kepemimpinan Anda tanpa cela. Penelitian itu berkali-kali terganggu dengan kelakuan Mia Alvarez. Seharusnya menjinakkannya adalah tanggung-jawab Anda, bukan? Sekarang dia malah semakin gila. Sampai berani mencuri aset-aset kita."
Luke menghela napas, berusaha keras menahan urgensi untuk memegangi keningnya yang mulai dihantam nyeri. Itu hanya akan memberi gestur tak profesional, membuatnya terkesan mengeluhkan pekerjaan.
"Dengan segala hormat, saya sudah cukup lama mengenal Mia Alvarez. Saya cukup tahu kelakuannya," ujar Luke, tentu saja berbohong. Dirinya mana tahu jalan pikiran wanita itu. "Saya sudah lama bekerja di medan ini, di negara ini. Jadi, apa pun yang terjadi, sayalah orang yang paling tepat untuk menyelesaikan semuanya."
Para anggota dewan direksi berdiskusi lagi. Luke kembali duduk, menunggu keputusan mereka dengan degup jantung tak terkendali. Karirnya ada di tangan orang-orang itu. Orang-orang yang kalau bisa akan ia habisi saja.
"Tuan Luke Anderson," panggil tuan Young.
Luke langsung mengangkat mukanya. Baginya, beberapa menit yang sudah berlalu seperti hitungan jam.
"Apa rencana Anda untuk menemukan Mia Alvarez dan subyek buatannya sendiri itu, subyek milik kita, serta subyek 16?" Tuan Young menyangga dagunya dengan dua tangan yang bertaut.
Luke berdehem. "Menurut saya, lebih baik kita fokus menangkap Mia Alvarez. Subyek buatannya yang bernama Valeria itu cuma menuruti perintahnya..."
"Tapi kan dia juga terlihat bersama subyek 16 di rumah danau itu?" potong tuan Young.

KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Moon Illusion [END]
VlkodlaciSEKUEL MOON GODDESS' CHOSEN ONE Bulan purnama masih indah di mata Sig, meski benda langit itu hanyalah simbol dari angan-angannya. Namun, kehidupan Sig tak hanya melulu tentang romantisme dirinya dan rembulan. Di dadanya masih ada ambisi. Pertanyaan...