#24 Request

151 20 0
                                    

Luke duduk di ruang rapat itu sendirian, menghadap layar yang menayangkan meja dan kursi kosong. Kakinya terus bergerak-gerak. Perutnya pun bergejolak. Setengah jam ia menunggu, tapi baginya itu berkali-kali lipat. Orang tertinggi di Fringe Global memanggilnya dan firasatnya sedari tadi mendengungkan tanda bahaya.

"Selamat malam, Tuan Anderson." Tuan Young muncul di layar. Dengan wajah lelah dan rambut yang kurang disisir, pria berkumis lebat itu duduk di kursi, menatap tajam Luke. "Maaf, saya banyak urusan."

Luke memaksakan senyum ramah di bibirnya. "Tak masalah, Tuan Young."

"Langsung saja, ya. Sekarang bukan waktunya berbasa-basi."

"Baik."

"Anda tahu kan, pemindahan subyek-subyek, data penelitian, dan peralatan itu sangatlah penting?" tanya Tuan Young, menyandarkan dirinya ke kursi. "Tentu saja Anda tak akan mengecewakan kami, bukan? Banyak pihak yang tertarik dengan senjata berbentuk makhluk hidup buatan kita."

"Benar sekali, Tuan. Persiapan untuk dua hari ke depan berjalan sangat lancar. Pihak berwajib sudah dihubungi agar tidak melakukan intervensi apa pun. Jalanan sudah disurvei oleh tim kami. Pembongkaran perangkat juga..."

"Maaf kalau saya memotong." Tuan Young mengangkat sebelah tangannya. "Saya memanggil Anda bukan untuk mendengarkan laporan. Saya cuma ingin bertanya kepada Anda, mengapa saya masih memilih Anda untuk melakukan semua ini? Jujur saja, akhir-akhir ini kinerja Anda kurang memuaskan. Puncaknya adalah kematian Mia Alvarez."

Tawa grogi keluar dari mulut Luke. "Saya tidak tahu menahu..."

"Jawab saja pertanyaan saya. Mengapa saya masih memilih Anda?"

Tak mengerti alasan dirinya ditanya seperti itu, Luke butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya bisa menjawab, "Karena kompetensi saya?"

"Ya, saya belum bisa menemukan pengganti Anda. Saya hargai pencapaian Anda. Anda berkontribusi besar dalam perkembangan penelitian penting ini."

"Terimakasih atas pujiannya..."

"Tapi bukan berarti saya tidak ingin mengganti Anda. Selain karena saya belum menemukan orang yang mempunyai kompetensi seperti Anda, ada kemungkinan perekrutan kita bisa disusupi musuh. Tentu saja saya tak mau ambil risiko."

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, Tuan Young!" Merasa posisinya terancam, tanpa sadar Luke meninggikan nada bicaranya.

Bersedekap, tuan Young mengangguk-angguk pelan. "Tapi saya perlu memastikan Anda ini bisa bekerja maksimal. Saya pun berpikir, bagaimana kalau sampai pekerjaan ini gagal, Anda dipecat saja? Lalu, setelah itu, Fringe Global mengambil kekayaan Anda? Kami bisa menuntut Anda dalam perkara... Ah, biar pengacara dan hakim saja yang nanti akan memikirkannya."

"Eh?" Perlu waktu beberapa menit sampai Luke sanggup mencerna kata-kata bosnya itu. "A... Anda tidak bisa melakukan hal ini, Tuan Young."

"Jadikan kata-kata saya tadi sebagai bahan bakar Anda dalam menjalankan tugas. Tenang saja, tak akan terjadi apa-apa kalau Anda sukses." Tersenyum sekilas, tuan Young berdiri dari kursinya. "Kalaupun Anda gagal... Yah, bisa dibilang anda akan menjadi martir, memicu pekerja lain untuk tidak membuat kesalahan seperti Anda."

Tuan Young memang berbicara dengan nada biasa, seperti baru saja mengajak Luke mengobrol santai. Tapi tetap saja, ucapan sang atasan memicu getaran dan aliran keringat dingin di tubuh Luke. Apa ini artinya ia bisa jatuh miskin lagi? Tinggal di tempat tak layak kembali? Setiap hari merasa kelaparan lagi? Pertanyaan-pertanyaan itu seperti menghujami kepala Luke.

Ketika tuan Young lenyap dari layar, Luke cepat-cepat membuka ponselnya, mencari-cari nomor salah satu anggota keluarganya. Ya, paling tidak kalau dirinya gagal, masih ada kerabat yang bisa membantu. Satu kali gagal. Luke mencoba lagi. Dua kali, tiga kali, baru pada percobaan kelima, panggilan itu akhirnya diangkat.

Silent Moon Illusion [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang