#17 The House

181 23 0
                                    

Dari mobilnya di kejauhan, Sig mengamati rumah besar berpagar tinggi yang dijaga beberapa orang. Meski orang-orang itu berpakaian bebas, Sig tahu mereka adalah orang suruhan. Selain mondar-mandir, mereka terus mengedarkan pandangan, dua gelagat orang yang waspada menjaga sesuatu.

"Kita menunggu apa, sih?" rengek Val. "Ayo kita ke sana."

"Sebentar, sepertinya orang-orang itu suruhan Fringe Global. Aku ini target mereka. Wajahku pasti dikenali," terang Sig.

Seorang pria berambut undercut datang dan mengetuk jendela mobil Sig. Meningkatkan kewaspadaannya, Sig membuka jendela itu.

"Ada apa..." Melihat pria itu sedikit menarik sebuah pistol dari saku dalam jaket, Sig justru memajang senyumnya. "Hei, kau yakin mau bermain-main denganku?"

Tiba-tiba Val menyeringai ganas. "Tinggalkan dia, Theo!"

Theo langsung melongo. "Saya datang untuk menyelamatkan Anda, Nona Valeria."

"Kalau Val mengenalmu, kau pasti orang suruhan Mia, kan? Apa dia masih ada di rumah itu?" tanya Sig santai.

Ditatap nyalang oleh mata Val yang menguning, Theo sedikit mundur dan mengeluarkan pistolnya.

"Kau tak mau kejadian buruk menimpamu, kan? Mudah saja, sekarang jawab pertanyaanku,' lanjut Sig, sementara Val mulai memunculkan taring-taringnya. "Tenang, aku cuma mau bicara dengan bosmu itu."

Theo mengembalikan pistolnya ke saku jaket. Sedikit melirik kepada Val yang masih saja memasang wajah ganas, ia berkata, "Dia tak ada di sini. Bisa dibilang hubungannya dengan Fringe Global itu sudah begitu renggang. Dia mencuri tiga subyek manusia serigala dari lab perusahaan itu untuk menyelamatkan nona Valeria darimu."

Sig manggut-manggut. "Di mana bosmu itu sekarang?"

"Kau punya kertas?"

Sig mengambil kartu promo restoran dari dasbor dan menyerahkannya kepada Theo, yang langsung mengambil pulpen dari saku jaketnya. Ia pun mulai menuliskan sesuatu di balik kartu itu.

"Ini." Theo menyodorkan kartu itu dengan kasar. "Bilang kepada Mia Alvarez, aku mau berhenti saja. Dia tak pernah memberitahu kalau dirinya bakal berbalik melawan Fringe Global, gila saja..."

Sebelum Theo selesai bicara, Sig keburu menutup jendela mobil dan tancap gas.

***

"Val, bangun. Kita sudah sampai," panggil Sig kepada wanita serigala yang tidur di sampingnya itu.

Valeria meregangkan tubuhnya, melemparkan pandangan ke langit malam yang lagi-lagi dihiasi awan mendung. "Sudah berapa lama kau menyupir?"

"Cukup lama. Sekitar tujuh jam," timpal Sig, terus menghujamkan pandangannya ke sebuah rumah kecil berlantai dua di kejauhan. Ia tak menemukan hal yang mencolok. Rumah itu hanya berupa bangunan bertembok coklat muda, beratap genteng, berhalaman sempit, diapit tanah-tanah kosong, dan dikelilingi pagar kayu.

Namun, dari rumah itu, hidung Sig bisa menangkap aroma-aroma yang memaksa kewaspadaannya meningkat.

"Apa itu rumah yang dikatakan Theo?" tanya Val, cepat-cepat membuka pintu mobil.

Sig langsung menahan tangan wanita itu. "Sepertinya benar, tapi kita harus hati-hati. Aku mencium bau dua manusia serigala buatan Fringe Global."

Val langsung membelalak. "Bagaimana dengan mamaku!? Apa dia dibunuh mereka!?"

Sig segera membungkam mulut wanita itu. "Aku belum mencium bau darah, tapi kita harus tenang. Tarik napasmu. Jangan panik, oke."

Val justru berontak. Ia baru mengangguk ketika Sig memberi tatapan galak. Setelah wanita itu menghela napas, Sig menurunkan tangannya dan membuka pintu mobil. Dirinya dan Val pun turun ke jalanan aspal yang sempit. Saat itu juga, Sig bisa mendeteksi kalau dua aroma manusia serigala itu mulai mendekat.

Silent Moon Illusion [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang