Tak apa jika saat ini hanya sebatas pelampiasanmu, siapa tau besok bisa menjadi masa depanmu, hehe.
-Involute-
"Tidurlah, selama-lamanya. Lupakan sajalah aku~" Nyanyi Meta dengan nada lagu 'Drive - bersama bintang' yang liriknya sengaja dia pelesetkan.
Ruby mendengkus saat mendengar nyanyian Meta. "Kalo tidur selama-lamanya, mati dong tuh orang."
Meta terkekeh. "Gak apa-apa dong, ada kemajuan."
"Kemajuan ndasmu." Ruby menoyor kepala Meta dari belakang, sebab Meta duduk di depannya. "Kerjain tuh soal. Nyanyi mulu, keburu tuh guru balik lagi ke kelas," omel Ruby.
"Nyontek aja lah, By." Meta cengengesan.
Ruby melotot ke arah Meta. "Ogah."
Meta memasang tampang nelangsa. "Plissss Ruby..."
Ruby mendengkus, lalu katanya, "Untung temen."
"Kalo bukan?"
"Kalo bukan, udah gua tendang sampe Afrika."
"Emang bisa?"
"Bisain."
"Kalo enggak bisa?"
"Bacot, Met."
Meta terkikik geli. "Nyontek ya, Bu?" goda Meta.
Ruby menatapnya jengkel, namun tetap mengatakan. "Iya iya," ucapnya pasrah.
Meta tersenyum senang dan mencubit pipi Ruby gemas.
"Ih, sayang Ruby deh." Meta terkekeh.
"Idih," cibir Ruby.
🍁🍁🍁
Ruby mendadak tidak mood saat melihat postingan baru Reynand di instagram yang menampilkan swafoto bersama perempuan tidak dikenal. Daripada berlarut-larut dalam kesedihan, Ruby berjalan-jalan saja di taman sendirian.
Ruby mendudukkan bokongnya di bangku panjang, membuka buku sketsa yang sengaja ia bawa untuk menemani kesedihannya. Kala tengah asik menorehkan warna, tepukan dipundaknya membuat Ruby terlonjak.
"Tuh kan, jadi kecoret!"
"Hampura atuh, neng geulis... enggak bermaksud—"
Ruby dibuat tercengang kala mendongak. "Nadhif?!"
Laki-laki jangkung itu nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala. "Iya, neng Ruby?"
Ruby memutar bola matanya malas, emosinya tersentil begitu saja saat melihat wajah Nadhif."Dih, cicing wae. Nyaut atuh." Nadhif berujar hati-hati, takut kena semprot lagi.
"Lo nyebelin, tau nggak?!"
Dengan wajah polos Nadhif justru menggeleng kaku. Ruby berdecak, moodnya semakin berantakan saja.
"Marah-marah wae, PMS nyak?"
"Emang kalo marah-marah udah pasti PMS?" Ruby sudah berusaha bicara santai kok, tapi kenapa kesannya masih ngegas, ya?
Nadhif meneguk salivanya. Ia jadi sedih, dirinya selalu salah di mata Ruby. Lalu dengan takut-takut, Nadhif duduk di samping Ruby, dan menjaga jarak beberapa senti, soalnya kalo dekat takut digeplak nanti.
"Sendirian aja. Enggak sama Reynand?" Niatnya Nadhif mau basa-basi, tapi wajah Ruby malah jadi sedih.
Nadhif mencoba tetap tenang dan mencari cara untuk menghibur Ruby. "Loh kok bukunya malah ditutup?"