1.8

409 88 24
                                    

Aku hanya ingin menjadi orang pertama yang tahu keluh kesahmu. Dan menikmati senyum manismu, disepanjang pertemuan ku denganmu.

-I N V O L U T E-

"Ruby kasih gue kesempatan, buat membuktikan kalo nggak semua laki-laki kaya Devan." Nadhif berkata dengan segenap keyakinan usai memikirnya sepanjang malam hingga berakibat bangun kesiangan.

Di hadapannya, Ruby sang pujaan hati masih menampilkan raut datar seperti biasa. Tampak tidak terkesan sama sekali.

"Tahu apa lo tentang Devan?"

Nafhif meneguk salivanya susah payah. "Hm, tentang dia yang ngaku sayang sama lo tapi malah jadiannya sama Venus?"

Ruby melengos. Perkataan Nadhif mungkin saja benar, mungkin juga tidak. Ketika Ruby ingin mempercayakan hatinya untuk orang lain selain Reynand, namun harapannya langsung dipatahkan.

Sebab, Devan yang sebelumnya mengaku suka, malah memilih Venus sahabatnya sendiri sebagai kekasih. Menghancurkan kepercayaan baru yang telah Ruby beri.

Bukan salah Venus. Bukan pula salah Devan. Mungkin ini kesalahannya sendiri, yang begitu mudah menaruh hati pada orang yang mudah menyakiti.

"Kenapa lo mikir semuanya karena Devan?"

"Nggak tau juga sih." Nadhif menggedikkan bahu, sesaat teringat sesuatu, "Ah, atau karena Reynand?"

"Gue nggak tau ya lo itu sebenernya keturunan cenayang atau gimana. Tapi kok bisa-bisanya lo seolah tau segalanya?"

Nadhif terkekeh samar. "Ibarat kata, gue itu orang ketiga yang serba tahu. Seandainya aja gue yang jadi penulisnya, gue bisa ngubah nasib jadi lebih bahagia. Tapi karena gue cuma salah satu tokoh di sebuah cerita, gue cuma bisa nyimak dan ngikutin alurnya aja."

"..."

Nadhif menarik napasnya, kemudian menatap Ruby dalam-dalam. "Ruby, give me a chance."

Ruby menunduk, menatap rerumputan yang dia pijak.

"Gue nggak bakal ninggalin lo pas lagi sayang-sayangnya kok."

Ruby mencebik, "Basi."

"Gimana bisa lo berpaling dari Reynand, kalo semua orang yang lewat bahkan nggak pernah lo anggap?"

Ruby tercenung sesaat.

Apakah selama ini Ruby benar-benar buta dengan keadaan di sekelilingnya? Padahal masih banyak yang peduli padanya, namun ia selalu bersikap seolah seluruh dunia menyakitinya.

"Nggak gitu..."

Nadhif menghela napas, meraih lengan Ruby dan menggenggamnya dengan lembut. Matanya menatap Ruby dalam-dalam sembari berkata, "Ruby... mungkin ini terdengar klasik, tapi gue cuma mau bilang I love you more than you know."

"... I know." Sebuah kemajuan karena Ruby tidak langsung menepis pegangan Nadhif.

Mungkin seharusnya Ruby mencoba memahami keinginan Nadhif. Menghargai perasaannya. Memberinya kesempatan. Dan tidak lagi mengabaikannya.

INVOLUTE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang