1.0

530 126 54
                                    

Sakit memang mencintai seseorang yang hatinya entah untuk siapa.

-I N V O L U T E-


Ruby menyesap susu vanillanya dengan tenang, menanti Rere untuk membuka pembicaraan.

"Ruby."

"Hm?"

"Lo nggak keberatan kan, kalo gue deket sama Reynand?"

To the point sekali.

Tapi tidak apa-apa, daripada terlalu banyak basa-basi, Ruby juga tidak nyaman berada dalam situasi awkward seperti ini.

"Kenapa nanya kaya gitu?"

Rere tampak rikuh. "Soalnya... kalian kelihatan dekat?"

"Memang." Melihat wajak Rere terlihat muram, Ruby buru-buru menambahkan, "sebagai sahabat."

"... bukannya sahabat bisa jadi cinta?"

Ruby hampir saja tersedak, ia lantas berdeham. "Itu hal wajar. Tergantung gimana orang itu mengartikan perasaannya sih."

"Kalo lo sendiri, ngartiin perasaannya gimana?"

"... cuma sebatas sahabat."

"Sahabat tapi cinta?"

Ruby memutar bola matanya malas. "Kayanya bahas ini nggak bakal ada ujungnya deh."

Rere mengangguk. "Gue cuma mau memastikan aja."

"Memastikan apa?"

"Memastikan kalo nggak bakal ada yang terbebani sama kedekatan gue dan Reynand."

Mengingat kejadian tadi membuat Ruby merasa Rere ini berbeda dari kalangan cewek yang pernah Reynand dekati. Ruby selaku perempuan yang dianggap paling dekat dengan Reynand bertahun-tahun lamanya, terkadang juga merasa terusik saat cewek yang Reynand dekati mencoba mencari tahu tentang dirinya.

Padahal Ruby itu paling anti berurusan dengan gebetan atau dede gemesnya Reynand. Ruby lebih senang hidup tenang daripada terlibat hal tidak penting yang membuatnya kurang nyaman.

Tapi kali ini Rere alias gebetan barunya Reynand, justru secara gamblang mengajaknya ketemuan dan seolah meminta Ruby untuk menjauh dari Reynand meski tak berkata terus terang.

"Serius banget keliatannya. Mikirin apa sih?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Ruby tersentak.

"Lama-lama lo kaya jelangkung tau nggak?!"

Nadhif nyengir kuda. "Hampura atuh, neng Ruby."

"Lo itu nggak cocok jadi orang sunda. Jadi setop ngomong sunda!"

"Nggak cocok banget emang?"

"Nadhif, gue tau lo wong jowo tulen."

"Asik, akhirnya ada yang Ruby tahu tentang kangmas Nadhif."

Ruby memutar bola matanya malas. "Terserah."

"Ruby, Ruby."

"Apaan lagi?"

"Mau pulang bareng lagi nggak?"

"Diiyain sekali kok malah ngelunjak?"

Nadhif memasang tampang melas. "Bukannya begitu, Ruby. Kan nanya doang, siapa tahu lo ketagihan gue boncengin."

"Dih, atas dasar apa lo berpikiran begitu?"

"Atas dasar cinta."

"Najong."

INVOLUTE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang