Terkadang kita membutuhkan seorang teman, sebagai penopang masalah dan tempat untuk bersandar.
-Mansy Azalea Ruby-
Nadhif menatap layar ponselnya tanpa minat dan mengscrollnya ke atas dan ke bawah dengan asal.
"Nadhif." Ruby memanggil dengan suara pelan.
Nadhif menoleh ke sumber suara dengan senyum yang mengembang. Lantas, senyumnya sirna saat melihat Reynand turun dari tangga di belakang Ruby.
"Oh, ada Reynand. Gue ganggu ya? gue balik aja ya, By." Ucap Nadhif dengan datar.
Ruby tampak panik. "Nggak! Rey cuma kebetulan mampir aja kok."
"Iya, gue cuma mau minjem komik punya Vano. Lanjut aja." Reynand jelas saja berbohong, namun ditangannya sudah ada satu komik detektif conan milik Vano hanya untuk membuat Nadhif tidak perpikir yang tidak-tidak.
Kemudian ia melangkahkan kakinya ingin pulang. "Gue balik dulu, By." Pamitnya tanpa menoleh ke arah Ruby.
By.
Hati Ruby seketika mencelos. Kehangatan yang baru saja ia terima, pudar seketika.
"Ah, iya ada apa Dhif? ayok duduk dulu."
"Gue bawain lo susu sama rotbak nih. Belum makan kan, lo? Abisin ya." Nadhif menyodorkan sekantung plastik di genggamannya pada Ruby.
"Makasih Nadhif." Ruby tersenyum manis ke arahnya.
"Apa pun buat lo." Nadhif ikut mengembangkan senyumnya, tangannya tergerak mengacak puncak kepala Ruby.
"Mau ngopi, Dhif?" tawar Ruby.
"Nggak deh, gue cuma mampir bentar kok."
"Soal Reynand tadi--"
"Nggak apa-apa gue ngerti. Udah ya, gue balik dulu, By. Udah malem juga, gue cuma mau ngasih itu aja sih. Bye, see you tomorrow, love." Nadhif mengusap puncak kepala Ruby dengan sayang.
Ruby menghembuskan nafasnya berat, ia menatap punggung Nadhif yang berjalan keluar dengan pandangan yang sukar diartikan.
Apa Nadhif baik-baik saja?
🍁
Minggu sore ini, Ruby, Meta, dan Venus berencana ingin berjalan-jalan ke taman, sudah lama mereka tidak quality time seperti ini.
Saat di pertengahan jalan, tiba-tiba Meta menghentikan langkahnya dan menyipitkan pandangannya ke arah seekor anak anjing yang sedang tidur di dekat mobil yang terparkir di pinggir jalan..
"Ada anjing, guys!" Meta berseru.
"Ck. Gue juga ngeliat kalo di situ ada anjing, babi," Sewot Ruby.
"Di situ tuh cuma ada anjing woi, nggak ada babi." Meta memprotes masih dengan mata yang menyipit.
"Bodoamat, asu."
"Asu sama anjing tuh apa bedanya sih, By?" tanya Venus.
"Nggak ada bedanya sih. Kaya lo sama tuh anjing, nggak ada bedanya."
"Lah, anjing."
"Kalian tuh gimana sih! udah tau di depan ada anjing malah ngomongin anjing," Omel Meta.
"Guk, guk, guk!" Meta bersuara menirukan suara anjing.
"Lah, monyet malah niru suara anjing," celetuk Venus.
Anak anjing yang sedang tertidur pun sepertinya merasa terusik dengan suara yang di timbulkan oleh Meta barusan. Alhasil, anak anjing itu pun terbangun dan menggonggong ke arah mereka bertiga.
Ruby melotot karena anjing itu seperti ingin menghampiri mereka. Sementara Venus langsung menoyor kepala Meta kesal. Meta hanya mampu menggigit bibir bawahnya karena ketakutan.
"Guys, hitungan ketiga, kita kudu kabur yes?" instruksi Meta dengan suara pelan, kedua sahabatnya pun mengangguk dengan wajah panik.
1
2
3
"LARI!"
Mereka langsung lari tunggang-langgang, bahkan Ruby hampir saja tersungkur jika tidak buru-buru menyeimbangi kembali tubuhnya. Venus berlari dengan memegang tangan Meta yang lari paling kencang di depannya.
Meta sempat mengomel mendapati Venus malah bergelayut di tangannya ketika ia benar-benar sedang merasa terancam.
Anak anjing itu pun mengejar hingga beberapa meter, namun saat mencapai tikungan, anak anjing itu sudah tidak terlihat lagi.
Dengan nafas tersenggal, masing-masing dari mereka mengatur nafasnya.
"Anjingnya kaya anjing emang," gerutu Meta kemudian duduk berselonjor di pinggir jalan raya yang sepi ini, yang di ikuti pula oleh Ruby dan Venus. Tak peduli celananya kotor dipenuhi debu.
"Emang anjing, monyet." Ruby memaki.
"Jadi, anjing apa monyet nih?"
"Dua-duanya aja buat lo."
"Kambing."
"Gara-gara lo nih ah anjing, anjingnya jadi ngejar kan bangsat."
"Ngegas mulu lo sapi."
"Lu tai."
"Bau."
"Kaya lo."
"Siapa suruh dicium?"
"Bodo amat lah anjir."
"Gue nggak mau tau, karena semua ini gara-gara lo, Meta. Lo kudu. harus. wajib. beliin gue susu vanilla 4 kotak." Ruby mendelik ke arah Meta.
Mata Meta membulat sempurna melihat penuturan Ruby. "Lah, kosong melompong nanti dompet gue. Nggak, nggak! salah anjingnya lah, siapa suruh ngejar-ngejar."
"Kalo lo nggak niruin suara anjing, itu anjing juga nggak bakal bangun, terus ngejar-ngejar kaya tadi." Venus menyahut sepenuh nafsu.
Meta nyengir dengan wajah tanpa dosanya.
"Bego si Meta mah." Ruby lagi-lagi memaki.
Meta merengut. "Kambing."
Setelahnya, mereka bertiga tertawa, menertawakan kekonyolan mereka sendiri.
Setidaknya, kehadiran Venus dan Meta membuat Ruby melupakan sejenak keresahan hatinya.