Tiada lagi warna baru, yang ada hanyalah kelabu.
-Nadhif Lucas Fernando-
“Ruby, gue mau ngomong penting sama lo.” Nadhif menghadang langkah Ruby yang hendak memasuki rumah. Cowok jangkung itu sengaja menunggu gadis itu pulang dari rumah Reynand.
“Ngomong aja,” ujar Ruby santai.
“Ini tentang kita.”
“Emangnya kita kenapa?”
Nadhif menghela napasnya berat. “Apa sampai saat ini... gue nggak pernah ada sedikitpun di hati lo, By?”
Ruby tersentak, tak menduga pertanyaan mendadak yang terlontar dari mulut Nadhif. “Gue—”
“Apa sampai kapan pun, gue tetep bakalan jadi pelampiasan buat lo, By? Apa cuma dia yang bisa ngisi ruang kosong di hati lo? Apa sampai seterusnya gue cuma jadi badut penghibur lo?” tanya beruntun, tanpa memneri jeda bagi Ruby untuk menjawab.
Mata Ruby memanas mendengar penuturan Nadhif. Hatinya sakit tanpa alasan yang jelas. Dia menyeka air mata yang hendak menetes di ujung matanya.
“Gue bahkan nggak pernah maksa lo buat tetep ada di samping gue, Dhif. Dari awal, gue nggak pernah ngebuka pintu buat lo. Sampai akhirnya, gue berpikir buat ngasih kesempatan, gue mencoba ngehargain perasaan lo, walaupun gue... sama sekali nggak ada rasa sama lo.”
“Bahkan sampai sekarang.”
Nadhif tersenyum kecut. Padahal, dia sudah tahu akhirnya akan seperti ini. Namun dia terlalu keras kepala untuk mengerti. Bahwa sekuat apapun dirinya berusaha, sebuah perasaan tak akan bisa dipaksakan.
Nadhif itu mampu mengendalikan emosinya dalam waktu singkat. Wajah yang semula muram, kini kembali ceria tanpa beban. “Ruby, kita main lempar koin yuk!”
Ruby menaikkan sebelah alisnya. “Hah?"
“Iya, lempar koin. Kalo munculnya gambar, lo boleh pergi dari hidup gue. Tapi kalo angka, lo harus tetap di sini, sama-sama bareng gue sampai nanti.”
“Konyol banget.” Ruby mendengkus.
“Gimana, mau nggak?”
“... oke.”
Nadhif melempar koin tersebut dan menutupnya dengan tangan, membuat Ruby menebak-nebak angka atau gambar yang keluar.
Dan yang muncul adalah... Gambar.
🍁
“Rey!” Ruby menggedor-gedor pintu kamar Reynand dengan tidak sabaran.
“Woi Reynand jus mangga!”
Pintu terbuka, Reynand bersungut kesal. “Berisik. Nggak sabaran banget sih lo. Dasar cewek barbar,” cibirnya.
Ruby mengangkat bahunya acuh dan nyelonong masuk ke kamar Reynand tanpa di suruh. Kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur yang terbalut sprei berwarna biru gelap.
“Rey, lo masih suka pake sempak spongebob?”
“Lea! Jangan di angkat-angkat juga sempak guenya!” omel Reynand kemudian segera merampasnya dari tangan Ruby dan menyimpannya ke dalam lemari.