3.0

355 55 19
                                    

Malam ini, akan ku kembalikan segala kepingan memori kita yang sempat hilang.

-Reynand Manggala Hernandez-

Usai berjibaku dengan puluhan soal, Ruby dan para kawannya berkumpul bersama saat jam istirahat tiba demi menghilangkan penat yang melanda.

"Lo gak mau pesen apa-apa?" tanya Reynand pada Ruby.

"Hm, es susu aja," ucap Ruby.

Reynand mengangguk, tatkala ia hendak beranjak untuk memesan minuman, sebuah tangan kekar lebih dulu meletakkan segelas es susu di hadapan Ruby.

Gadis itu tersentak, dilihatnya Nadhif yang nyengir ganteng ke arahnya membuat Ruby terkekeh kecil. "Ngagetin aja kayak setan."

"Enak aja orang ganteng dibilang kayak setan," gerutu Nadhif. "Nggak usah pesen, tuh udah ada."

"Thanks. Btw, tumben pake kacamata," komentar Ruby saat melihat kacamata yang bertengger manis membingkai wajah Nadhif.

Nadhif nyengir lebar. "Gimana? Tambah ganteng, kan?"

Ruby merotasikan bola matanya malas. "Biar apa?"

"Biar keliatan kaya orang pinter."

"Oh, maksudnya dukun?"

Nadhif membulatkan matanya. "Nggak gitu atuh, Ruby."

Reynand mendengkus menyaksikan potongan adegan romansa tersebut.

"Nggak usah cembukur, Rey," ledek Devan.

"Dih, siapa bilang?!" Reynand membantah.

"Bukannya lo yang cemburu, Dev?" Venus menatap Devan datar.

"Venus sayang, kita udah bahas ini sebelumnya, nggak usah cari perkara, oke?" Devan mengusap surai Venus takut-takut.

Venus mencebik, "sayang-sayang, bapak kau kayang!"

"Duh, permasalahan rumah tangga yang nggak ada ujungnya," celetuk Meta.

Semuanya tergelak mendengar dua sejoli itu berdebat. Venus dan Devan memang pada akhirnya balikan, mereka tidak bisa membohongi perasaan masing-masing dan memutuskan untuk mengalahkan ego satu sama lain.

Perasaan Devan pada Ruby mungkin pernah ada, namun hanya sementara. Devan baru menyadari bahwa rasa sayangnya pada Venus jauh lebih besar dibanding pada Ruby. Benar apa yang dibilang Meta, bahwa rasanya pada Ruby hanyalah obsesi.

Meta walaupun rada sableng, namun bisa menjadi pendengar sekaligus penasehat yang baik untuk para temannya.

Sayang, kisah cintanya tidak berjalan mulus, sebab hubungannya dengan Juno belum terlihat ada kemajuan karena Juno yang kurang peka.

"Juno," panggil Meta.

"Hm?" Cowok beralis tebal itu hanya menjawab dengan gumaman.

"Kok lo makin hari makin ganteng sih?" ceplos Meta membuat Juno tersedak bakso yang ia telan.

"Uhuk... uhuk..."

INVOLUTE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang