2.4

355 75 11
                                    

Aku senang, setidaknya rindu ku tidak sepihak. Meskipun kita tidak bisa bertemu dan menghabiskan waktu seperti dulu, paling tidak, aku dan kamu sama-sama saling merindu.

-Involute-

Semilir angin menyejukkan tubuh Ruby yang dibaluti sleeveless mini dress berwarna biru muda. Ia berjalan anggun dengan kaki yang terbalut flatshoes berwarna putih.

Ia hendak berjalan-jalan di pinggir danau sore ini, dan menepati janjinya untuk bertemu dengan Reynand.

Ruby memegang tali slingbagnya seraya melihat ke sekeliling, cukup ramai. Mayoritas di penuhi oleh sekumpulan remaja seusianya yang menghabiskan waktu bersama teman atau pasangan.

Reynand sudah ada disana, duduk di atas rerumputan nan hijau, dengan telinga yang tersumpal airpods dan tatapannya kosong menatap ke air danau yang tampak tenang.

Ruby menghentikan langkahnya, ia menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba menguatkan hatinya. Kemudian, ia duduk disamping Reynand tanpa suara.

Reynand menoleh, kemudian melepaskan airpodsnya. "Hai," sapa Reynand dengan sedikit canggung, Ruby hanya tersenyum tipis dan menatap ke danau. Reynand tidak mengalihkan pandangannya, ia justru menatap Ruby dari samping cukup lama.

Selama beberapa menit, mereka hanya tenggelam dalam hening.

"Kenapa?" tanya Ruby dengan suara yang ia buat setenang mungkin. Matanya masih menatap kearah danau, tanpa menatap lawan bicaranya, Reynand.

Reynand rampak menghembuskan nafasnya berat sebelum berucap, "apa salah kalo gue mau ketemu sama sahabat gue sendiri?"

Sudut bibir Ruby nampak terangkat sebelah, "nggak."

"Lea," panggil Reynand.

"Hm?"

"Gue sayang sama lo," ungkap Reynand dengan cepat.

Jantung Ruby sudah berdetak tak karuan saat ini. Apa-apaan? apakah Reynand sudah gila? apa laki-laki itu habis di rasuki setan pohon mangga dekat rumahnya?

Sejujurnya kalimat itu terdengar aneh di telinga Ruby, laki-laki itu jarang sekali mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan seperti ini.

Reynand pernah mengatakan hal itu, namun dulu Ruby hanya menganggap kalimat itu sebagai angin lalu. Tapi untuk saat ini rasanya...

"Sayang sebagai sahabat?" tanya Ruby memastikan.

Reynand menggelengkan kepalanya, "Lebih dari sahabat," jawabnya mantap.

"Hah?" Ruby berpura-pura tidak mengerti dengan arah pembicaraan Reynand, bukannya apa, ia hanya tidak ingin di terbangkan terlalu tinggi, dan akhirnya dihempaskan saat sedang tinggi-tingginya.

"Gue sayang lo, Lea. Lebih dari seorang sahabat. Bukan juga sayang sebagai kakak, tapi ini lebih ke perasaan cinta," jelas Reynand dalam satu tarikan nafas.

Pikiran Ruby berkecamuk, ia merasa tak tahu harus apa dan bagaimana menyikapinya.

"Bercanda aja lo." Ruby berusaha tidak percaya, walaupun dalam hatinya ia ingin menjerit, jantungnya berdebar tak karuan, perutnya seperti dililit sesuatu yang sulit ia jelaskan.

"Gue serius."

Ruby menghela napas. "Gue udah pacaran sama Nadhif, Rey. Kenapa lo nggak mikir dua kali sih sebelum ngomong? Nadhif temen lo sendiri, Rey."

"Gimana sama perasaan lo?"

Ruby tersenyum simpul. "Sejujurnya gue emang punya perasaan yang sama ke lo."

INVOLUTE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang