Biarlah perasaan ini tetap tumbuh meski kau tak pernah tahu, dan biarlah rasa ini memudar dengan seiring waktu.-I N V O L U T E-
"Si Reynand masih sakit, By?" tanya laki-laki menjulang tinggi yang berjalan di samping Ruby.
"Hm. Emang lo peduli?"
Nadhif meringis. "Gue nggak pernah mandang Reynand saingan kok, sekalipun lo sebucin itu sama dia."
"Gue nggak bucin!" Ruby membantah.
Nadhif tergelak. "Mau ke kantin dulu nggak, By?" tawar Nadhif.
"Laper sih, tapi males ke kantin."
"Kode banget."
Ruby mendelik, mengabaikan para murid yang menatap ke arahnya penuh penasaran. "Terserah."
"Hm, lo lagi pengin apa? Biar gue beliin." Nadhif menghadang langkah Ruby yang hendak memasuki kelas.
"Nggak usah," sahut Ruby.
"Oh, susu vanilla sama roti isi keju? Abang-abangnya otewe dulu ya, Mbak." Nadhif terkekeh geli melihat wajah jengah Ruby. Lalu tangannya tergerak mengacak surai gadis itu dengan gemas. Dan segera kabur sebelum Ruby sempat mengamuk.
"Nadhif!"
🍁
Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi, semua penghuni kelas bernafas lega karena mereka tidak perlu pusing-pusing memikirkan banyaknya soal matematika yang melihatnya saja sudah membuat pusing kepala.
"Mau mampir ke kafe dulu gak, By?" tawar Nadhif basa-basi saat ia melajukan motornya meninggalkan parkiran sekolah.
Ruby tampak berpikir sebentar dan berkata, "Boleh deh."
Nadhif tersenyum senang. "Seriusan?"
"Iya, Nadhif."
"Oke siap!" ucapnya semangat.
Ruby hanya menggelengkan kepalanya heran.
Sesampainya di kafe, mereka menanti pesanan tanpa adanya pembicaraan.
Ruby langsung menyesap matcha milk tea pesanannya dengan elegan. Meski hanya gerakan sederhana namun mampu membuat Nadhif tidak berkedip melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVOLUTE (END)
Aléatoire❝Kamu dekat, namun terlalu sulit untuk ku gapai.❞ ©2018