Ichi

49.7K 3.5K 403
                                    

Orange, Jingga dan merah terang, berkobar menjilat-jilat ke sembarang arah tanpa ampun. Panasnya sangatlah tidak sebersahabat sinar matahari pagi yang mengenai kulit, ini rasanya panas, tidak lagi hangat, panas membakar walau tidak berkontak secara langsung.

Seorang laki-laki berambut cokelat terang mengerang dalam tidurnya, badannya bergerak gelisah, keringat mulai membanjiri pelipisnya. Bibir tipisnya terbuka sedikit sambil mengeluarkan suara kesakitan.

Mimpi yang dialaminya membuat tidur laki-laki itu terganggu. Hingga sampailah ia dipuncak mimpi yang membuat mata bulatnya terbuka lebar.

Laki-laki berusia sekitar duapuluh tiga tahun itu tiba-tiba terbangun dari tidurnya, dan langsung duduk sambil memegangi pelispinya.

"Ughh yang kali ini terasa sangat nyata" gumamnya sambil mengusap keringat, ia tampak sangat beryukur karena apa yang baru terjadi padanya hanyalah mimpi, yang tak lebih dari bunga tidur.

Mata bulat laki-laki itu melirik ke nakas mejanya, ada satu foto dengan pigura, ponsel, dan nametag miliknya yang digunakan untuk bekerja part time.

'Lee Taeyong'

"Yaps sadarlah Lee, itu semua hanya mimpi. Ya. Hanya mimpi" laki-laki itu berusaha menenangkan dirinya berkali-kali.

Taeyong bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

"Tapi, yang tadi benar-benar mengerikan. Aku bisa merasakan panasnya" Taeyong kembali bergumam di depan cermin wastafel sambil mengamati lengannya yang tadi terasa terbakar.

Sudah bertahun-tahun ini ia selalu mengalami mimpi semacam itu, kebakaran, api yang menjilat-jilat, panas. Dan selama bertahun-tahun juga Taeyong belum bisa terbiasa dengan mimpinya itu.

Pyrophobia, itu penyakit kejiwaan yang dideritanya. Phobia terhadap api, bahkan api sekecil apapun. Penyakitnya ini tidak bisa dibilang ringan, karena ia berada di level parah. Melihat api, merasakan panas, akan membuat laki-laki ini bergetar ketakutan, menjerit, menangis, sesak napas dan pingsan kapanpun.

Karena hal itu pula ia dulu menjadi bahan bullyan di sekolahnya, orang-orang yang tahu akan phobianya ini akan bertindak macam-macam, banyak yang mengejeknya di sekolah, dan sengaja menyalakan api di dekatnya, tertawa karena Taeyong akan menangis atau paling parahnya pingsan, mereka menganggap lucu akan hal itu.

Tapi bagi Taeyong, tidak. Itu tidak lucu sama sekali. Tidak ada yang lucu dari membuat orang ketakutan setengah mati atau membuat orang pingsan.

Beruntunglah ia yang sudah lulus dari sekolahnya, dan bekerja menjadi model. Taeyong sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberinya wajah nyaris sempurna, manis, tampan, cantik di waktu yang bersamaan. Hingga ada seorang pemilik perusahaan modelling
yang tertarik padanya pada pertemuan pertama dan menariknya untuk bergabung menjadi modelnya.

Taeyong sudah berjanji pada dirinya sendiri setelah lulus sekolah, ia tidak akan membiarkan siapapun tahu tentang phobianya itu, jika tak mau mengulang apa yang terjadi padanya saat di sekolah. Pemuda bermarga Lee itu selalu berusaha menekan rasa takutnya jika di tempat umum, hingga mengharuskannya meminum obat penenang dimanapun dan kapanpun.

Tidak tanpa sebab Taeyong mengalami pyrophobia, itu semua berkat masa lalunya. Kebakaran besar, yang menelan rumah dan membunuh kedua orang tuanya, hingga ia tidak memiliki keluarga lagi selain pamannya yang bekerja di luar negeri dan mengiriminya uang setiap sebulan sekali. Taeyong tidak membenci pamannya itu, paman yang memberikan uang lebih dari cukup untuk kehidupannya, tapi Taeyong benci dengan tidak memiliki keluarga, dan benci pada dirinya sendiri karena tidak bisa menyelamatkan keluarganya.

Our Fate ◽JaeYong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang