Ni-Juu-Ichi

8.7K 1.2K 57
                                    

Note: siapin diri aja baca chapter ini yang berantakan and bahasanya ga rapi. Soalnya waktu nulis ini lagi banyak gangguan 😆maaf.

------------------------------------------------

Donghae menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal saat mendengar pertanyaan Taeyong tentang bagaimana dirinya bisa selamat saat kebakaran beberapa tahun lalu, yang menewaskan kedua orang tuanya.

"Aku sudah pernah bilang padamu kan Taeyong- aku tidak berada di tempat kejadian saat itu. Setahuku saat aku pulang kerja dan melewati rumahmu sudah banyak orang yang berkumpul dan ada mobil pemadam kebakaran" jelas Donghae.

Taeyong diam sambil menggigit bibir bawahnya. Ia masih penasaran setengah mati bagaimana caranya dia bisa selamat dalam kebakaran besar saat itu yang bahkan kedua orang tuanya tidak selamat.

"Di mana paman menemukanku saat itu?" Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari bibir cherry Taeyong.

"Seorang petugas pemadam kebakaran membawamu, katanya dia menemukanmu pingsan di bagian belakang halaman rumah"

"-apa kau sempat berlari keluar rumah?" Tanya Donghae.

Taeyong kembali terdiam, ia menautkan alisnya, berusaha mengingat kejadian bertahun-tahun lalu, sampai kepalanya jadi sakit.

Pemuda Lee itu menggelengkan kepalanya "aku tidak bisa mengingat apapun" gumamnya.

"Hhh oke jangan paksakan dirimu Taeyong. Lebih baik kau fokus saja pada pengobatanmu. Bagaimana? Kau rutin mengunjungi psikiatermu itu kan?" Tanyanya lembut.

Lagi-lagi Taeyong terdiam sebentar, ia mengingat-ingat, sudah sekitar tiga bulan dia tidak pergi ke psikiater lagi. Padahal seharusnya setiap akhir minggu ia kontrol.

"Tidak. Sudah lama aku tidak ke psikiater. Lagipula phobiaku sudah lama tidak kambuh" jujur Taeyong. Dulu dia jika kambuh sering sampai pingsan.

"Kau seharusnya rutin pergi ke sana Taeyong!" Tegur Donghae.

"Aku baik-baik saja!" Taeyong tanpa sadar meninggikan nada suaranya.

Donghae sedikit tersentak dengan nada tinggi yang digunakan Taeyong.

"Ah maaf paman" Taeyong membungkukkan badannya sekali lalu berjalan pergi menuju kamarnya.

.
.
.
.

"Hei Yut! Sekarang aku harus bagaimana?"

"Bagaimana apanya?" Tanya Yuta malas sambil memainkan ponselnya, mereka berdua masih di rumah sakit dengan Jaehyun yang duduk di ranjang perawatan.

"Aku harus bertemu Taeyong! Aku harus memastikan sesuatu!"

"Ya lalu? Kau sedang sakit. Istirahatlah dulu" Yuta terlihat sangat kesal dengan Jaehyun yang keras kepala ingin menemui Taeyong sekarang juga.

"Aku baik-baik saja!" Jaehyun membentak.

Yuta tersentak kaget saat tiba-tiba Jaehyun melepas jarum infus yang melekat di punggung tangan kirinya dengan paksa lalu bangkit dari tempat tidur.

"YAK Jae! Kau mau kemana?!" Teriak pemuda Jepang itu sambil berlari menyusul Jaehyun yang sudah terlebih dulu keluar dari ruang rawatnya.
.
.
.
.
.
.

Jaehyun memencet bell apartemen milik Taeyong berkali-kali, ia tidak peduli jika sekarang masih pukul enam pagi dan mungkin mengganggu Taeyong yang baru saja beristirahat.

Pintunya dibuka, tapi bukan oleh Taeyong. Jaehyun melihat seorang laki-laki yang mungkin jauh lebih tua dari dirinya berdiri di ambang pintu apartemen Taeyong, tapi laki-laki itu terlihat muda.

Our Fate ◽JaeYong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang