Ku

12.9K 1.7K 107
                                    

Note: thanks to all buat yg vote comment di part sblmnya! Kalian semangatkuuuuu 😆
.
.
.

"Jaehyun~ ayo temani aku ya~"

"Aku lelah Win" balas Jaehyun sambil memijit keningnya.

Jaehyun saat ini sedang bersama Dong Winwin, laki-laki yang tadi pagi mencarinya di apartemen Taeyong. Jaehyun teringat kata-kata ayahnya malam itu, jika hari ini Winwin akan menemuinya.

Winwin ini anak dari teman dekat Yunho, dan Yunho selalu memaksa Jaehyun untuk menikahi Winwin yang selalu ditolaknya.

"Ayolah Jaehyunie~ aku sudah lama tinggal di China, dan baru kembali ke sini kemarin, kau seharusnya memberikan tour kepadaku" rengek Winwin.

"Kau tidak lihat aku terluka seperti ini?" Tanya Jaehyun dingin sambil menunjuk pelipis dan tangannya yang tertutup plester.

Jaehyun saat ini benar-benar merasa pegal di seluruh bagian tubuhnya, rasanya badannya ini mau hancur saja, mungkin efek dari ulah ayahnya semalam. Waktu Jaehyun berdua dengan Taeyong, ia entah bagaimana tidak terlalu merasakan sakit di tubuhnya, tapi sekarang saat ia sudah sampai di apartemennya sendiri, rasa sakit itu langsung menyerangnya tanpa ampun.

"Oh kau terluka? Maaf baru menyadarinya. Baiklah. Bagaimana kalau kubuatkan teh hangat atau makanan kesukaanmu?" Tawar Winwin, ia duduk di samping Jaehyun yang bersandar di sofa.

"Tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat" balas Jaehyun datar.

"Mau kupijat kaki dan tanganmu? Mungkin akan lebih enakan"

"Tidak! Sudah kubilang tidak! Aku hanya lelah" kesal Jaehyun, ia segera bangkit berdiri dan masuk ke kamarnya dengan membanting pintu cukup keras.
.
.
.
.
.

"Taeyongie, mungkin dia bukan orang yang tepat untukmu" Ten sedang berusaha menenangkan Taeyong yang tiba-tiba emosinya menjadi tidak teratur sejak pagi tadi Jaehyun pergi dari apartemennya bersama laki-laki yang mencarinya.

Taeyong menghela napas "iya aku tahu. Aku juga tidak berharap terlalu besar padanya"

"Err— tapi semalam kau— tidur dengannya" kata Ten takut-takut, ia memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Ya. Dan hanya tidur biasa, hanya berpelukan. Tidak lebih. Kau taukan Ten bagaimana aku kalau sakit?" Taeyong memutar bola matanya kesal.

"Tapi si Jaehyun itu— mmm tidak pakai baju" Ten masih berkeras jika ada yang terjadi semalam antara Taeyong dan Jaehyun.

"Tidak Ten! Itu aku yang memintanya membuka baju karena kulitnya yang hangat"

"Apa?!" Ten memekik kaget. "Kau menyuruh laki-laki yang bisa dibilang baru kau kenal untuk tidur bersamamu dan melepas bajunya?!"

"Aku tak akan melakukannya kalau aku tidak sakit" balas Taeyong.

"Ck saranku sih Taey, sebaiknya kau jangan dekat-dekat dengannya lagi, bagaimana kalau dia itu seorang player? Lihat, tadi saja ada laki-laki yang mencarinya, kurasa dia menyukai Jaehyun itu. Dan apa? Jaehyun tidak menolak pelukan laki-laki tadi kan? Sudah lupakan saja dia Tae" Ten mengusap pundak Taeyong penuh dukungan.

"Hm yeah, aku akan mencobanya. Tapi dia juga rekan kerjaku Ten! Kita akan sering bertemu" Taeyong memasang wajah cemberutnya.

Ten tampak berpikir "ah! Mungkin kau harus mencari pengalihan. Bagaimana kalau mencari laki-laki lain? Ikut blind date mungkin?"

Taeyong mendorong kepala Ten cukup keras "aku tidak seputus asa itu Ten"

"Yah kan hanya untuk pengalihan sementara—" Ten kemudian diam, ia berpikir keras, dan tiba-tiba seperti mendapat ide cemerlang "—Taey! Menurutku kau bisa mencoba mendekati boss mu itu, siapa namanya? Johnny ya? Nah iya Johnny! Mendengar ceritamu tentangnya menurutku dia laki-laki baik, dia juga sudah mapan Tae"

Our Fate ◽JaeYong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang