"Apa kau menyesal bertemu denganku malam itu?"
Jaehyun terdiam, ia menghentikan langkahnya yang mau duduk di samping Taeyong lagi.
Pertanyaan yang Taeyong layangkan tidak sesimple itu bagi Jaehyun, itu bermakna dalam, dan jawabannya mungkin akan memengaruhi bagaimana mereka untuk ke depannya.
Seharusnya kau yang menyesal Taeyong, bertemu monster sepertiku. Batin Jaehyun sambil menatap Taeyong dalam.
Karena Jaehyun tak kunjung menjawab, Taeyong menyunggingkan sebuah senyuman, senyuman sinis yang menyimpan penuh misteri di baliknya.
"Seharusnya tanpa bertanyapun aku sudah tahu. Aku mengganggumu dengan Winwin ya? Hadir diantara kalian, maafkan aku Jaehyun" ujar Taeyong dengan suara bergetar menahan sesak.
"Aku pulang dulu" pamit Taeyong tanpa memandang ke arah Jaehyun. Kemudian pemuda Lee itu melangkahkan kakinya menuju pintu.
Jaehyun menahan lengan Taeyong kuat, kemudian menariknya ke dalam pelukannya. Tangannya melingkar kuat di pinggang Taeyong, tangan yang satu menekan punggung laki-laki yang lebih pendek darinya itu agar lebih menempel pada tubuhnya.
Taeyong terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Jaehyun, hingga ia tidak bisa melakukan apapun bahkan untuk membalas pelukan itu.
"Jangan pergi" bisik Jaehyun sambil memejamkan matanya kuat, menghirup aroma wangi yang menguar dari surai cokelat Taeyong.
"Aku tidak menyesal Taeyong. Sama sekali tidak. Aku malah merasa menjadi orang paling beruntung di dunia ini bisa dipertemukan dengamu"
"—tapi kaulah orang tersial di dunia ini yang harus bertemu denganku" tambah Jaehyun dalam hati.
"Dan satu lagi, kau tidak menggangguku. Jangan percayai apapun yang dikatakan Winwin. Kau hanya bisa mempercayai satu orang, yaitu aku" Jaehyun sedikit merenggangkan pelukan mereka, ia menangkup kedua pipi Taeyong dengan tangannya.
"Mengerti Taeyong? Kau hanya boleh percaya padaku" ujar Jaehyun sambil menatap mata Taeyong dalam.
Entah mendapat dorongan darimana Taeyong menganggukkan kepalanya patuh, ia seolah terhipnotis dengan mata indah Jaehyun yang sedang memandangnya.
"Bagus" Jaehyun tersenyum lembut. Mereka masih saling bertatap-tatapan hingga terdengar suara pintu apartemen yang terbuka.
"Jaehyunie aku pulang~" seru Winwin.
Taeyong dengan otomatis melangkah mundur, menciptakan jarak yang cukup jauh antara dirinya dan Jaehyun.
Winwin menghentikan langkahnya sebentar saat melihat ada Taeyong, tapi kemudian ia tersenyum lebar.
"Aku pulang Jae~" ulangnya sambil menghampiri Jaehyun.
Chu~
Satu ciuman Winwin daratkan di pipi Jaehyun dengan sedikit berjinjit.
Taeyong berdiri terpaku di tempatnya melihat kejadian barusan, tangannya mengepal erat, tapi pikirannya mengatakan jika dirinya bukan siapa-siapa Jaehyun, ia tidak berhak marah atas apa yang dilakukan Winwin barusan.
"Apa yang kau lakukan?" geram Jaehyun.
"Sudah biasakan saja Jae, besok kalau kita sudah menikah aku akan melakukannya setiap hari" balas Winwin enteng.
Taeyong menundukkan kepalanya, ia memainkan jari-jarinya sendiri.
"Oh ada Taeyong?" tanya Winwin seolah baru menyadari keberadaan Taeyong di sana.
"Mm kebetulan sekali, aku tadi membeli es krim loh. Ayo kita makan bersama" ajak Winwin bersemangat, ia menarik tangan Taeyong dan mendudukannya di sofa. Kemudian ia juga menarik Jaehyun duduk, lalu ia sendiri duduk di antara Taeyong dan Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate ◽JaeYong ✔
Fanfiction[END] Lee Taeyong, pengidap pyrophobia yang bertemu dengan si penguasa api takdir? Lee Taeyong x Jung Jaehyun ❗Boy x Boy ❗don't like? don't read!