Juu-Ni

9.6K 1.5K 95
                                    

"Hnggg" Taeyong membuka matanya perlahan sambil merenggangkan otot-otot badannya yang terasa kaku, tapi gerakannya tertahan oleh sebuah tangan besar yang melingkar di pinggangnya.

"Hmm sudah bangun?" Terdengar suara rendah dari sampingnya.

Taeyong mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menengok ke sekeliling,  saat ia menoleh ke samping hidungnya bertabrakan dengan hidung milik seseorang.

"Jaehyun?" Gumam Taeyong sambil menjauhkan wajahnya, terlihat dengan jelas semburat merah di pipinya.

"Iya ini aku. Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Tanya Jaehyun lembut.

"Hm ya baik" Taeyong menegakkan tubuhnya sambil memperbaiki posisi duduk, tapi tangan Jaehyun sama sekali tak lepas dari pinggangnya.

Laki-laki bermarga Lee itu berusaha mengingat apa yang terjadi saat ia mendapati dirinya ternyata sedang duduk di jok belakang sebuah mobil.

"Oh..ah maafkan aku Jaehyun— aku—aku—" Taeyong tergagap saat ia mengingat semuanya, phobianya yang tiba-tiba kambuh, dan tingkah gilanya.

"Shhh tidak apa-apa. Yang penting sekarang bagaimana keadaanmu?" Jaehyun mengusap lembut surai Taeyong dengan satu tangannya yang bebas.

Taeyong berusaha memiringkan tubuhnya agar tangan Jaehyun lepas dari pinggangnya, tapi pemuda Jung itu tidak melakukannya. Namun jujur saja Taeyong menyukai perlakuan Jaehyun padanya saat ini, tangannya yang melingkar sempurna di pinggangnya membuat pemuda Lee itu lebih tenang dan merasa aman.

"Sudah lebih baik. Maafkan aku" ulang Taeyong sambil menunduk.

"Sudah kubilangkan, tidak apa-apa Taeyong. Jadi apa yang terjadi tadi hm?" Jaehyun tersenyum lembut.

Taeyong merasakan desiran aneh saat Jaehyun menyebutkan namanya, belum rasa hangat yang memenuhi hatinya. Hangat yang menenangkan.

"Hmm hanya— yah hanya—" Taeyong bingung mau memberi alasan apa, ia tidak mau membiarkan orang lain tahu tentang phobianya. Ia masih memiliki trauma dengan itu, dengan orang-orang yang memanfaatkan kelemahannya.

"Tidak apa-apa kalau kau tidak mau cerita. Aku hanya khawatir padamu" Jaehyun tersenyum tulus, menampakkan lubang cacat di kedua pipinya.

"Hmm terima kasih" ujar Taeyong tulus, ia merasa senang saat Jaehyun tidak memaksa dan menekannya.

"—omong-omong berapa lama aku tidur di sini?" Tambahnya sambil melihat ke arah jendela mobil, langit di luar sudah gelap total.

"Ngg tiga jam? Entahlah" Jaehyun mengangkat bahu.

"Tiga jam?! Sungguh? Dan kau juga di sini selama itu?!" Taeyong tak habis pikir bagaimana pegalnya badan Jaehyun.

"Iya"

"Badanmu tidak pegal?"

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja kok"

Taeyong menghela napas "hhh aku benar-benar minta maaf kalau merepotkanmu Jaehyun"

"Tidak tidak, kau tidak merepotkan sama sekali. Aku malah merasa senang bisa lebih lama di dekatmu" jawab Jaehyun santai.

"Eh?" Taeyong memandang Jaehyun tak mengerti.

"Apa? Kau tidak dengar? Aku bilang aku senang bisa di dekatmu" ulang Jaehyun.

Jantung Taeyong tambah berdegup kencang sampai ia bisa merasakannya dan berharap Jaehyun tidak mendengarnya.

"O..oh.. Terima kasih?" Taeyong bingung harus memberi respon apa.

Jaehyun terkekeh "kupikir kau tidak tahu maksud ucapanku. Biar kujelaskan— aku nyaman bersamamu Taeyong—"

Our Fate ◽JaeYong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang