Note: Kek biasa... Mw bilang makasi dulu buat yg udh vote&comment di part sblmnya 😆
.
.
."Mau ya Jaehyunnie?"
"Apa?!"
"Hehe, mau kan Jaehyunnie? Peluk aku ya? Dingin~"
"Tae kau tidak mabuk kan sebelum berangkat menungguku?"
Taeyong menggeleng lucu.
"Tapi apa aku harus membuka bajuku juga?" tanya Jaehyun tak habis pikir dengan permintaan aneh-aneh Taeyong, ia menggaruk bagian belakang kepalanya untuk menutupi salah tingkahnya.
Taeyong mengangguk bersemangat "iya, karena kulitmu yang panas Jae, dan aku sedang sangat membutuhkannya. Kau tak mau aku sakit karena menunggumu kan?" Taeyong mengedip-ngedipkan matanya sambil melengkungkan bibirnya ke bawah.
Jaehyun meraih pergelangan tangan Taeyong.
"Tuh kan hangat" kata Taeyong begitu kulit mereka bersentuhan. Jaehyun mengabaikannya, ia memegangi erat kedua pergelangan tangan Taeyong dengan satu tangannya.
"Hei apa kau selalu begini pada orang lain saat sakit?" Tanya Jaehyun lembut, matanya menatap dalam manik hitam Taeyong.
Taeyong menggeleng pelan "aku memang seperti ini kalau sakit. Tapi aku jarang sakit, hanya Ten yang merawatku. Kau tak suka?" bibir Taeyong tambah melengkung ke bawah.
Jaehyun tersenyum lembut, ia melepaskan tangan Taeyong lalu beralih mengusap surai cokelat terangnya perlahan "tidak. Aku khawatir kau meminta hal-hal seperti ini pada orang yang baru kau temui saat kau sakit"
"Aku tak pernah meminta yang seperti ini pada siapapun. Ini karena kulitmu benar-benar hangat, dan aku membutuhkannya" balas Taeyong polos.
"Hmm, yeah, kau kedinginan, aku akan menuruti permintaanmu tadi, hitung-hitung untuk membayar kesalahanku. Tapi ada syaratnya—"
"Apa?" Taeyong mengangguk-angguk.
"Kau harus berjanji padaku tidak boleh meminta hal-hal seperti ini pada laki-laki lain selain diriku ya? Walau saat sedang sakit pun" kata Jaehyun lembut, tangannya masih setia mengusap rambut Taeyong.
"Janji!" Taeyong mengangguk.
"Baik tidurlah duluan. Aku akan segera menyusulmu. Mm Tae, kau punya perban, plester atau obat merah?" tanya Jaehyun.
"Ah iya! Aku sampai lupa! Kau terluka ya Jae?" Taeyong jadi panik sendiri, ia menelusuri wajah Jaehyun dan telapak tangan Jaehyun yang terluka.
"Aku tidak apa-apa. Kau bisa tidur duluan" Jaehyun meraih lengan Taeyong dan menariknya menuju tempat tidur besar Taeyong di tengah kamarnya dan menyuruh pemuda Lee itu untuk tiduran.
Jaehyun menyelimuti Taeyong hingga sebatas leher "tunggu sebentar ya—"
"Obatnya ada di sana!" Taeyong menunjuk sebuah lemari kecil di ujung kamarnya.
Jaehyun berjalan ke arah lemari itu, ia mengambil obat merah, plester dan kapas lalu membawanya ke tempat tidur Taeyong dan meletakkannya di atas nakas.
"Sebenarnya apa yang terjadi Jae?" tanya Taeyong sambil menatap punggung Jaehyun yang duduk membelakanginya di tempat tidur.
"Tidak. Kau tidak perlu memikirkannya" balas Jaehyun sambil menggeleng.
Taeyong terdiam mendengar jawaban Jaehyun "ah iya— kita kan hanya orang yang baru saja kenal. Maafkan aku ya kalau mencampuri urusanmu terlalu dalam" sesalnya.
Hati Jaehyun terasa diremas mendengar jawaban Taeyong, ia menggeleng lemah "bukan begitu"
"Hm aku mengerti" jawab Taeyong datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate ◽JaeYong ✔
Fanfiction[END] Lee Taeyong, pengidap pyrophobia yang bertemu dengan si penguasa api takdir? Lee Taeyong x Jung Jaehyun ❗Boy x Boy ❗don't like? don't read!