7. Ketidaksengajaan

172 45 2
                                    

Yeri telah bersiap-siap untuk dijemput oleh Lugas. Kakak perempuannya mengerutkan kening saat melihat Lugas yang menjemput, bukan Martin seperti biasanya.

"Tumben yang jemput Lugas. Martin kemana, Na?" tanya Windy.

"Jemput Hera," jawab Yeri singkat.

Windy mengerutkan keningnya. "Hera? Lagi disini?" Yeri mengangguk. "Sama Johnny juga?" Dan Yeri mengangguk lagi. "Pantes Tama gak bales chat aku."

Lugas pun langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu membuat Windy kesal. "Heh bocah, gak sopan banget langsung masuk."

Laki-llaki jangkung itu hanya menampilkan gigi putihnya. "Maafkan aku, Mbak Windy," katanya. "Tadi kata Rina langsung masuk aja."

"Lo semua mau kemana, sih? Sore-sore keluar, kerjain tugas bukan main!"

"Mbak sewot banget sih, mentang-mentang Kak Tama gak bales chat," kata Yeri yang langsung menarik Lugas keluar. "Dah, Mbak, aku pergi dulu!"

Selama di perjalanan, Yeri hanya murung. Bahkan saat Lugas memberikan lelucon pun perempuan itu hanya tertawa tak iklas.

"Kalo lo berubah pikiran, kita bisa kok balik arah. Gue temenin lo mau kemana aja," ujar Lugas sembari melirik Yeri dari kaca spion.

"Gak usah. Gue gapapa, Gas," ucap Yeri membuat Lugas mengangguk.

Kemarin saat ketiganya datang, Hera tersenyum apalagi saat melihat  Martin yang ikut. Membuat Yeri tersenyum terpaksa. 

Bahkan Martin tidak menolak ajakan Hera untuk menemaninya jalan-jalan, walau Martin juga mengajak Yeri dan Lugas.

"Na," panggil Lugas untuk kesekian kalinya.

"Hah?"

"Ngelamun mulu," kata Lugas. "Udah nyampe. Ayo."

"Kalo lo berubah pikiran, kita bisa pergi, Na," kata Lugas masih ragu melihat Yeri.

"Ayo, Gas," ucap Yeri yang akhirnya dituruti Lugas.

Keduanya melihat Martin dan Hera yang sudah berada di tempat. Dari jauh sudah terlihat jika kedua orang itu sedang bercanda.

"Hai Kak Yeri, Kak Lugas," sapa Hera. Yeri dan Lugas menyapa kembali gadis berlesung pipit itu. Lalu duduk di tempat kosong.

"Lo pada mau makan dulu atau mau langsung?" tanya Martin.

Yeri pu langsung menjawab tanpa menunggu persetujuan Lugas. "Sekarang aja."

Lugas pun hanya mengangguk tanpa protes.

Sesampainya di tempat tujuan, Martin lebih sering bersama Hera. Yang sedikit membuat Yeri jengkel.

"Kalo lo gak kuat, kita bisa misah dari mereka, Na," ucap Lugas.

Yeri berdecak kesal. "Lo ngomong gitu mulu. Gue bilang gapapa juga. Plis deh, lo kalo galau gak dapet kontak Disti, gak usah ngajak gue."

"Siapa bilang gue gak dapet kontak Disti?" tanya Lugas sembari mengunci leher Yeri dengan lengannya. "Gue dapet kontaknya tau."

Yeri yang mengeluh sesak walau Lugas melonggarkan lengannya, membuat Martin dan Hera melirik ke arah mereka.

"Kak Yeri masih aja diganggu sama Kak Lugas. Kayak tikus sama kucing," kata Hera sembari tertawa.

Namun Martin tidak ikut tertawa. Laki-laki itu menatap Yeri dan Lugas datar, dan membuat Hera berhenti tertawa. "Kak Martin," panggil Hera. Martin pun melirik gadis itu. "Kakak kenapa?"

"Hah? Aku gak kenapa-napa," jawab Martin sekenanya. "Ayo, Ra."

***

"Menurut lo, di antara Yeri, Lugas, sama Martin, ada yang saling suka, nggak?" tanya Jian tiba-tiba.

[I] Tentang Yerina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang