Terhitung satu bulan Yeri dekat dengan Jian. Walau tetap saja ia pulang dan pergi bersama Martin, di sekolah terlihat jelas jika keduanya dekat.
Dua minggu lagi mereka akan disibukkan dengan ujian akhir, makanya Yeri lebih sering bertanya tentang materi pada Jian.
"Lo ada apa-apa, kan, sama Jian?" tanya Sinta saat pelajaran kosong.
"Gak ada apa-apa. Kan temen sekelas," jawab Yeri.
Sinta berdecak. "Alah, bohong lo. Pasti lagi pedekate."
"Gak ada," kata Yeri. "Memang gak ada, Ta. Gue jalan sama dia, ya cuma jalan. Gak ada apa-apa, dia gak pernah nyenggol tentang dia suka sama gue atau gimana. Tiap jalan juga cuma ngobrol ringan."
"Terus gimana?" tanya Sinta pelan.
Yeri mengangkat kedua bahunya. "Gak tau. Gue sih gak masalahin itu. Guenya aja yang kemarin terlalu ge-er."
"No! Lo gak ke-geer-an," bantah Sinta. "Gue yakin, dia memang suka sama lo. Mungkin ya terlalu cepet kalo sekarang. Dia lagi nunggu waktu yang pas."
Tepat saat Yeri melirik ke pintu kelas, Jian sedang berbicara dengan adik kelasnya.
Sebenarnya sudah beberapa kali ia sering melihat Jian berbicara dengan adik kelasnya. Yang Yeri tahu, adik kelas itu adalah anggota OSIS.
"Tapi gue sering banget liat dia ngobrol sama anak OSIS itu," gumam Yeri.
"Masalah OSIS kali," kata Sinta agar Yeri berpikir positif.
"Tapi kelamaan ngobrolnya. Beda banget waktu ngobrol sama Arin."
"Iya sih. Kalo Arin beneran ada urusan OSIS, kalo ini kan sambil modus."
"Makanya gue gak mau terlalu berharap sama dia. Gue takut dia gak lebih sama gue."
Yeri masih menatap Jian, bahkan sampai laki-laki itu selesai Yeri masih menatapnya.
Jian yang sadar jika ia ditatap Yeri, langsung memasang wajah bertanya-tanya, dengan mulut yang bergerak, "Ada apa?"
Merasa tertangkap basah, Yeri langsung menggeleng sebagai jawaban.
"Na," panggil Martin.
Di sisi lain, Jian menatap Yeri yang sedang berbicara dengan Martin.
Beberapa kali keduanya memang sering jalan. Ya hanya jalan. Entah nonton atau ke toko buku, bahkan kadang ke toko CD game. Yeri tidak menolak saat Jian mengajaknya mencari CD game. Terkadang Yeri menimpali beberapa game yang dilihat Jian.
"Lo tau game ini?" tanya Jian waktu itu.
Yeri mengangguk. "Martin sama Lugas suka main game ini. Dan gue sering koleksi Lugas."
Tiba-tiba lamunannya buyar saat teman sebangkunya, Farhan, memanggil sambil menepuk pundaknya.
"Ada Bu Sri," katanya.
***
"Menurut lo, kenapa?" tanya Yeri pada Shinta.
Keduanya sedang berada di McDonald's, karena Martin dan Lugas pergi bermain game, Yeri mengajak Shinta pergi.
"Selama SMP, gue gak pernah denger Jian punya pacar. Karena kalo punya, pasti bakal nyebar. Secara, itu cowok juara satu mulu," ujar Shinta. "Menurut gue, dia ini bingung. Takut salah, kalo ngegas takut lo ilfeel."
"Tapi dianya kan dideketin adik kelas, Ta," kata Yeri. "Mending gue sama yang lain."
Shinta menatap Yeri menyelidik. "Lo lagi dideketin sama siapa?"
"Bukan dideketin. Gue gak anggep dia lagi deketin gue sih, gue anggepnya adik. Temen tongkrongannya Martin sama Lugas," jelas Yeri.
"Adik kelas?!" pekik Shinta.
Yeri memutar kedua bola matanya. "Berisik, Ta," katanya. "Iya adik kelas."
"Terus Martin Lugas tau lo dideketin anak tongkrongannya?"
Kepalanya mengangguk sebagai jawaban. "Malah mereka yang ngomporin."
"Terus kalo adik kelas itu yang duluan, lo bakal nerima?"
"Gak tau," jawabnya. "Gue cuma anggep dia adik doang."
Orang yang keduanya bicara pun muncul dengan pesannya di ponsel Yeri, berbarengan dengan pesan dari Jian. Membuat kedua gadis itu bertukar tatapan.
Rendy: Memang dimana kak? Pantes gak ada
Fauzian: Sabtu lo free?
Di sisi lain, Jian sedang bermain PS di rumah Fajri. Katanya ia suntuk di rumah, dan memilih ke rumah Fajri.
"Menurut lo kalo gue nembak Yeri sekarang, kecepetan gak?" tanya Jian.
Fajri yang mendengar pertanyaan Jian, terdiam menatap sahabatnya itu hingga membuat skor Jian bertambah satu. "Bangsat!" umpat Fajri. "Lo sengaja, ya?"
"Kagak," jawab Jian. "Gue serius nanya. Gue bingung soalnya."
"Ta'aruf aja tiga bulan, Ji," respon Fajri. "Memang kenapa?"
Jian menggeleng.
"Kalo lo yakin, kenapa ngga?" tanya Fajri. "Lagian gue denger, ada adik kelas ngedeketin Yeri."
"Nah itu."
"Lo takut keduluan?" Jian terdiam tak menjawab. "Kalo memang yakin, ya silakan. Tapi kalo lo malah takut keduluan adik kelas, ya mending jangan. Gak akan bener. Menurut gue, ya."
***
"Nah, lo-nya gimana?" tanya Lugas.
"Gak tau," jawab Yeri pelan.
"Lama. Sama gue aja," kata Martin membuat Yeri memukulnya, membuat Martin merintih. "Tapi lo sendiri yang tau gimana. Pikirin deh baik-baik, gue yakin Jian bukan orang yang mainin perasaan."
Kedua sahabatnya sengaja datang ke rumah Yeri sore ini. Perempuan itu yakin, sahabatnya tidak pulang ke rumah terlebih dahulu. Terlihat dari celana abu yang mereka pakai, walau mereka memakai kaos.
"Si Jian ini lagi deket sama adik kelas di OSIS, dan gue ragu," kata Yeri.
"Hah?" Lugas mengernyit. "Oh yang kecil-kecil itu? Ya menurut gue sih, itu cuma masalah OSIS doang. Bentar lagi kan PORAK sama PENSI, ya kali aja penting."
"Eh liburan ayo dong, kemana gitu," ajak Yeri sambil mengalihkan pembicaraan.
Ia sebenarnya sedikit bosan dengan topik Jian yang membuatnya bingung.
"Mau kemana rencananya?" tanya Martin.
"Gue udah izin sama Mama Papa buat minjem villa yang di Bandung. Mau ke situ, nggak? Gue mau ajak Shinta, biar gak gue amat ceweknya," usul Yeri.
"Cuma berempat mana ramenya," kata Lugas. "Ajak Jian sama temennya sekalian, Na. Biar rame. Shinta kenal kan, sama Anye?"
"Emang bakal mau, ya?"
"Mau ajak Ghea, nggak? Kasian tuh anak pengin ikut mulu," usul Martin.
"BENER!" pekik Yeri. "Gue kangen banget sama tuh anak."
"Nanti gue coba ajak dia."
***
6/12/18Hallo?
Semoga kalian setia dan tetap suka sama cerita ini! Hehe. Setelah cerita ini selesai, aku bakal up cerita Martin atau Lugas. Tapi kayaknya Martin, sih, karena lanjutan ini. Soalnya yang Lugas beda sendiri.
Ya sudah, aku akhiri saja. Terima kasih!!!!
![](https://img.wattpad.com/cover/147995458-288-k879382.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Tentang Yerina✔️
Teen Fiction[Seri SKK I] (Complete) Start: 01/06/18 Finish: 12/12/18 Hampir seumur hidupnya, Yeri ditemani kedua sahabatnya. Yeri percaya jika persahabatan antara perempuan dan laki-laki adalah hal yang tidak mungkin, karena ia mengalaminya sekarang. Ia menyuk...