16. Bicara dengan Fajri

152 36 1
                                    

Bel istirahat mulai berbunyi. Setelah pelajaran yang menurut para siswa membosankan, mendengar bel berbunyi membangun kembali semnagat mereka.

Setelah guru keluar, para siswa pun mulai berhamburan keluar. Namun Yeri masih tetap di tempat.

"Lo gak istirahat?" tanya Sinta.

Yeri menggeleng. "Gue mau ke perpus aja," jawabnya.

"Gak makan?"

"Bawa roti."

"Ya udah," kata Sinta tak memaksa. "Gue di kantin, ya."

Sinta pergi keluar bersama teman-teman yang lain, tersisa hanya beberapa murid di kelas, termasuk Yeri.

Karena ini waktu istirahat koridor penuh dengan siswa yang hilir mudik. Namun tetap saja perpustakaan sepi.

Baru saja Yeri akan memasuki perpustakaan, terlihat Fajri dan Anyelir yang sepertinya akan masuk ke perpustakaan juga.

"Mau ke perpus, Yer?" tanya Fajri yang diangguki Yeri. Sedangkan Anyelir hanya tersenyum pada Yeri.

Ketiganya duduk tidak terlalu jauh-jauhan. Yeri dengan bacaannya, sedangkan Fajri dan ANyelir yang berdiskusi dengan buku bacaan mereka.

"Lagi deket sama Jian, Yer?" tanya Fajri membuat Yeri mengangkat wajahnya dan Anyelir yang menyikut Fajri.

"Nggak juga. Lagian kan memang sekelas, jadi ya deket kayak temen sekelas aja," jawab Yeri.

Fajri mengangguk-anggukan kepalanya. "Deket kayak orang pedekate juga gapapa, Yer."

"Fajri," panggil Anyelir memperingati.

"Lho, ya memang gapapa, Anyelir. Jadi nanti kalo main, Jian ada temennya. Kamu gak kasihan dia jadi nyamuk mulu?"

"Oh dia sering ikut kalian main?" tanya Yeri basa-basi.

"Iya," Fajri mengangguk. "Ya dianya memang santai sih jadi orang ketiga, tapi kitanya juga kan gak enak."

"Oh," Yeri mengangguk.

"Walaupun dia orangnya kayak yang jutek dan gak pedulian, tapi dia sebenernya baik, kok. Dia diem-diem juga perhatian. Cuma ya gitu, kadang misterius. Gak pernah cerita tentang siapa cewek yang dia suka," jelas Fajri.

"Belum bener-bener suka kali?" tebak Yeri.

"Bisa jadi sih, tapi bisa juga ngga," kata Fajri. "Oh iya Yer, maafin Jian yang pernah marahin lo waktu itu, ya? Hidup Jian memang kebanyakan belajar, dia terlalu disetir sama orang tuanya biar kayak kakak sulungnya."

"Iya. Gue tahu soal itu."

"Lo tahu tentang kakaknya Jian?" tanya Fajri tak percaya.

Yeri mengangguk. "Jian sendiri yang cerita."

"Gak biasanya tuh anak cerita sama orang yang nggak deket banget sama dia," kata Fajri. "Buat masalah kakaknya, dia memang susah buat cerita, Yer. Sedikit yang tahu, apalagi keadaan rumahnya."

Yeri terdiam menatap Fajri datar. "Dia cerita waktu kejadian Disti jatoh, sih. Gue balik sama dia dan dia cerita tentang kakaknya."

"Hari yang sama Jian bentak lo?" tanya Fajri.

"Iya," jawab Yeri sembari mengangguk.

Fajri tersenyum. "Dia percaya sama lo berarti. Jarang-jarang dia kayak gitu. Semoga ada apa-apanya ya, Yer."

"Ada-ada aja lo," kata Yeri sembari mendengus.

"Ya gue sih bersyukur. Lo berdua lucu soalnya."

"Fajri, kasihan Yeri mukanya jadi merah," ucap Anyelir sembari menatap Yeri geli.

[I] Tentang Yerina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang