15. Pengakuan

144 38 2
                                    

Jian pamit setelah mengantarkan Yeri, laki-laki itu mmenolak untuk mampir terlebih dahulu.

"Nah, itu anaknya pulang," kata Windy ketika Yeri baru saja memasuki ruang tengah.

Yang membuat Yeri bingung adalah kenapa bisa ada Martin disini. Ya memang tidak aneh, namun tidak biasanya. Laki-laki itu selalu memberi kabar jika akan ke rumah, namun kali ini tidak.

"Lho, kenapa ada Martin?" tanya Yeri.

Windy menatap kedua anak itu. "Main doang kali, Na. Biasanya juga gitu."

Yeri hanya mengangkat bahunya, kemudian menaiki anak tangga diikuti Martin di belakangnya.

Seperti biasanya, Martin menunggu Yeri diluar kamar selagi gadis itu membersihkan diri. Tak lama, Yeri pun keluar dengan piyama berwarna merah muda dengan gambar beruang.

"Kenapa?" tanya Yeri.

"Lo pulang nggak sama Dino?" tanya Martin.

Yeri menggeleng. "Dino tiba-tiba ada urusan," jawab Yeri. 

"Pulang sama siapa? Kenapa gak telepon gue?" tanya Martin beruntun.

"Jian. Tadi dia nawarin gue balik, daripada gue nunggu lo lama, ya udah gue iyain," jelas Yeri.

Sebenarnya Martin telah mengetahui jika Yeri tidak pulang dengan Dino, ia mengetahuinya dari Dino sendiri. Ia sengaja menunggu Yeri menelpon, namun tidak ada telepon dari Yeri hingga ia datang ke rumah Yeri, mungkin saja Yeri sudah pulang. Tapi yang ia lihat hanya Windy yang sedang menonton teve. Barulah beberapa menit kemudian, ia mendengar suara motor dari luar. Dan ia yakin itu Yeri.

Sebelum Yeri datang, Martin bercerita pada Windy. Tentang perasaan yang mengganggunya. Bagaimana ia takut jika perannya tiba-tiba tergantikan dengan orang lain.

"Aku sendiri gak tahu ke depannya gimana. Tapi Martin, walaupun nantinya Rina punya pacar, peran kamu gak bakal keganti. Kamu sama Lugas, punya tempat sendiri. Gak usah takut. Dan coba kamu jujur sama dia. Semoga itu membantu," kata Windy tadi saat Martin bercerita. "Aku gak bisa nyuruh Rina buat sama kamu, dan aku juga gak bisa nyuruh kamu buat jaga Rina terus."

Mungkin Martin memang merasa tidak ingin kala ia mendengar Yeri yang diantar oleh Jian. Seakan-akan tempatnya direbut, diambil alih. Martin takut.

"Na," panggil Martin.

"Apa?" sahut Yeri.

"Gue suka sama lo," ucap Martin. "Lebih dari sahabat. Gue sayang sama lo."

Kalimat yang Martin ucapkan membuat Yeri beku. Ia mengepalkan tangannya, ia bingung dengan reaksi apa yang harus ia tunjukkan. Satu sisi ia bahagia, Martin yang tiba-tiba menyatakan perasaannya, tidak takut seperti beberapa waktu lalu. Namun ia juga takut, ia tidak ingin persahabatannya hancur.

"Martin," panggil Yeri. "Gue gak tahu apa yang harus gue lakuin. Gue bingung."

"Gue gak tahu kenapa gue mau jujur sama lo setelah simpen ini dari lama."

Sebenarnya Windy menguping sedikit percakapan mereka berdua, ia menatap Martin dan Yeri dengan tersenyum geli. Ia senang akhirnya Martin mau jujur dengan Yeri walaupun ia juga tidak tahu bagaimana kelanjutan mereka.

***

Martin harus izin karena ia memiliki pertandingan basket. Tadinya Yeri sengaja datang pagi-pagi agar tidak terjebak macet, namun ia malah datang kepagian.

Yeri pun membuka lokernya untuk menyimpan beberapa buku. Dan ia kembali dikagetkan dengan roti isi keju beserta susu kotak. Ia pun menatap sekeliling, tidak ada siapa-siapa. Lalu siapa yang menyimpan susu dan roti ini? Dan sepertinya, ada pesan yang terdapat pada susu kotak tersebut.

[I] Tentang Yerina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang