25. Pantang Menyerah

108 32 0
                                    

Bagi Yeri, menonton bersama Jian cukup nyaman. Laki-laki itu serius menonton sambil mencomot popcorn karamelnya, tanpa mencoba mengajak Yeri berbicara. Walau popcorn karamel yang dibelinya adalah ukuran besar, dengan hati-hati Yeri tidak ingin tangannya dan Jian bersentuhan seperti sinetron ataupun FTV yang membuat keduanya canggung.

"Lo mau makan sekarang?" tanya Jian saat keduanya telah keluar dari studio.

"Ntar aja, deh," jawab Yeri. "Lo mau kemana gitu gak? Ada yang lo cari?"

"Gak ada sih sebenernya. Tapi gue mau cek buku di toko buku bawah, ada buku yang gue tunggu," kata Jian.

"Ya udah ayo kesana," ucap Yeri.

Keduanya pun turun dengan eskalator menuju toko buku yang dituju Jian.

Jian lebih dulu mendekati rak-rak komik, sedangkan Yeri lebih memilih rak novel. Walau sebenarnya perempuan itu tidak terlalu suka membaca, dibanding menunggu Jian yang entah kapan selesai, ia memilih melihat novel.

Setelah melihat komik yang ia tunggu-tunggu, namun tidak ada niatan untuk membelinya, Jian mencari dimana keberadaan Yeri.

Gadis itu sedang serius membaca novel yang entah judulnya apa, Jian pun tak tahu.

Jian terpaku melihat betapa seriusnya Yeri saat membaca buku. Membuat gadis itu semakin cantik? Ah, kenapa tiba-tiba Jian ingin tersenyum.

Dan satu bidikan berhasil Jian abadikan dengan Yeri sebagai objeknya. Ia pun langsung menyimpan ponselnya ke saku celana.

"Yer," panggil Jian.

Yeri mengangkat kepalanya. "Udah selesai?"

Jian mengangguk. "Ada yang mau lo beli?"

"Nggak," jawab Yeri. "Lo sendiri gak beli?"

"Entar aja, gue nungguin Fajri. Dia mau beli atau ngga."

"Oke. Terus sekarang lo mau kemana?"

"Lo laper nggak?"

Yeri terlihat berpikir. "Sedikit sih."

"Mau makan apa?"

"McD?"

"Perasaan lo junkfood mulu. Gak takut gendut?"

"Gue gak bisa nolak McD," kata Yeri dibarengi kekehan kecil.

"Lo suka baca?" tanya Jian membuka topik pembicaraan.

Yeri menggeleng. "Gue lebih suka nonton."

"Tapi tadi lo kelihatan serius baca bukunya."

"Karena bukunya tipis?" Yeri tidak yakin kenapa tadi ia mengambil buku tersebut.

Selanjutnya keduanya malah terdiam. Bingung tentang apa yang harus mereka bicarakan. Padahal Yeri biasanya mudah berbicara dengan orang, namun entah kenapa, dengan Jian ia takut salah bicara.

***

Sebenarnya jalan dengan Jian tidak begitu buruk. Laki-laki sebetulnya orang yang asyik, dan tidak membuat Yeri ingin pulang cepat-cepat. Malah membuat Yeri serius mendengarkan laki-laki itu bercerita.

Sebelum pamit pulang, Jian mengatakan sesuatu yang membuat Yeri berpikir hingga saat ini.

"Kalo di kelas, tolong anggep gue, ya?"

Di ruang tengah Yeri melihat kedua sahabatnya sedang menonton kartun dengan beberapa camilan.

"Daritadi kalian di sini? Mbak Windy mana?" tanya Yeri sambil mengambil salah satu camilan.

"Pergi sama Kak Tama," jawab Lugas yang masih fokus dengan teve. "Gimana jalannya?"

"Nggak gimana-gimana," jawab Yeri.

"Gak asyik banget, sih. Ada yang aneh gak?"

"Aneh gimana?"

Lugas berdecak. "Ya dia tuh ngode gak?"

"Nggak."

"Kalo kelamaan gue mau rebut lo lagi ah, Na," kata Martin asal membuat Yeri memukul pelan kepala laki-laki berdarah barat itu.

"Lagian, masa cuma gitu doang? Gak asyik," kata Lugas.

Yeri memutar kedua matanya. "Ya lo semua mau gimana?"

"Kurang ngegas sih, terlalu pelan," ucap Martin. "Keburu ada yang embat."

"Alah, lo ngegas juga ditolak," cibir Yeri.

"Ya gue to the point, gak pake basa-basi."

"Terus Arin? Lo takut kan sama Gilangnya?"

"Wah, sialan lo. Gak usah bawa Gilangnya, dia sensitif banget sama gue."

Orang yang sedari tadi mereka bicarakan, mengirim pesan pada Yeri.

Fauzian: Fauzian sent a photo.
Fauzian: Mau nemenin gue nonton teater ga?

"Na, lo minggu depan mau nganterin gue nyari sepatu gak? Sepatu basket gue udah jebol."

Yeri mengalihkan pandangan pada Martin. Dan menyadari tanggal itu sama dengan tanggal dimana Jian mengajaknya menonton teater.

"Baru gue diajak nonton teater," gumam Yeri.

"Terus udah lo jawab?" tanya Martin.

Yeri mengangguk. "Udah. Barusan banget."

"Ya udah, deh. Gue sama yang lain aja."

"Gue kira cuma nyampe tadi jalan doang. Taunya si Jian ketagihan ngajak Yeri pergi." Kini giliran Lugas yang membuka suara. "Emang, bro, belum jodoh," lanjutnya sambil menepuk pundak Martin.

***
18/11/18

Pendek ya? Hehe. Nanti aku revisi deh kalo udah tamat hehe.

Semoga kalian suka!!❤️❤️

[I] Tentang Yerina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang