Lugas memilih pulang terlebih dahulu saat jarum jam berada di angka delapan. Mengingat jarak rumah laki-laki itu jauh, Yeri mengizinkannya pulang. Kini tersisa Yeri dan Martin sedang berada di balkon kamar Yeri. Keduanya duduk bersebelahan dengan Yeri yang menyenderkan kepalanya pada pundak Martin dengan mata terpejam.
"Hera cerita apa aja sama lo?" tanya Martin membuat Yeri membuka matanya.
Yeri tetap pada posisinya dan menyembunyikan ekspresinya. "Kenapa lo mau tau?"
"Gue nanya doang, Na," ujar Martin. "Gak ada maksud apa-apa."
Ada jeda sebelum Yeri membuka kembali mulutnya. "Dia cuma cerita tentang sekolah, dan dia bilang, I miss Kak Martin so much."
"She's okay?"
"I don't know. Tapi dia bilang, dia baik. Kenapa?"
"Denger dia baik-baik aja, gue udah syukur," kata Martin sambil tersenyum walau Yeri tidak melihatnya.
"Lo gak mau ngehubungin dia lagi?"
"Nggak. Gue udah anggep dia adik gue." Jawaban Martin membuat Yeri tersenyum tipis. "Lo sendiri kenapa bisa baikan sama Jian?"
Mendengar pertanyaan itu, Yeri mengangkat kepalanya dan menatap Martin sebal. "Ya memang gue marahan sama dia?"
"Bukan gitu, Na. Lo kan tadi siang udah dibikin nangis, dan tiba-tiba aja baikan."
Raut wajah Yeri melembut. "Gue pikir, dia punya masalah kenapa dia obsesi banget sama nilai."
"Jadi, apa aja yang Jian ceritain sama lo?" tanya Martin sembari menatap Yeri dengan dekat. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Yeri canggung. Bahkan Yeri bisa merasakan napas Martin. Dan seakan mengerti dengan kecanggungan Yeri, Martin menjauhkan diri sembari menggaruk tengkuk belakangnya.
Agar tidak canggung, Yeri terbatuk-batuk. Ia yakin wajahnya sudah merah.
"Sorry," kata Martin masih gugup.
"Kalo gue kasih lo kontak Hera, lo bakal hubungin dia nggak?" tanya Yeri tiba-tiba.
Dahi Martin berkerut saat pertanyaan itu keluar dari mulut Yeri, selama Hera pindah, Yeri tidak pernah berbicara tentang Hera, apalagi tentang Martin yang memutuskan kontak dengan gadis itu. "Lo kenapa, Na?"
"Jawab aja," kata Yeri tidak mau menjawab pertanyaan Martin.
"Na, lo tahu gue. Dan lo tadi udah denger, kan, gue anggep Hera sebagai adik gue. Gue gak lagi anggap Hera kayak dulu," jelas Martin menatap Yeri dengan lekat. "Lagian, gue lagi deket sama Mita. Lo tau Mita, kan?"
Yeri menegang saat Martin berkata ia sedang dekat dengan perempuan kelas sebelah. Namun tak ingin terlihat kentara, Yeri memandang Martin dengan wajah kesal. "Jadi, lo gak cerita kalo lo lagi deket sama Mita?"
"Bukan gitu, Na," kata Martin.
"Jadi, sejak kapan lo deket sama Mita?" tanya Yeri seakan-akan terlihat mendukung.
Martin memasang wajah berpikir. "Udah lama kenalnya, tapi baru bener-bener deket itu kemarin," jawab laki-laki itu.
"Gara-gara?"
"Iseng doang," jawab Martin enteng.
Mendengar jawaban Martin refleks Yeri memukul pundak Martin membuat laki-laki itu meringis. "Apaan lo mau mainin cewek?!" tanya Yeri. "Kalo sampe lo berani mainin cewek, jangan pernah kenal gue lagi."
"Oh ya?" tanya Martin mendekatkan wajahnya pada Yeri. "Gue memang gak niat sama Mita, Na. Lo tahu, kan, dia pernah satu kelas sama gue waktu SMP?"
"Ya kalo memang lo gak niat sama Mita, gak usah lanjutin, Martin," ujar Yeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Tentang Yerina✔️
Novela Juvenil[Seri SKK I] (Complete) Start: 01/06/18 Finish: 12/12/18 Hampir seumur hidupnya, Yeri ditemani kedua sahabatnya. Yeri percaya jika persahabatan antara perempuan dan laki-laki adalah hal yang tidak mungkin, karena ia mengalaminya sekarang. Ia menyuk...