30. Dear Yerina

342 32 4
                                    

Yeri baru saja menyelesaikan kegiatan ekstrakulikulernya. Tidak seperti biasanya, Jian memintanya menunggu agar bisa pulang bersama. Padahal Yeri sering bosan menunggu Jian kumpul OSIS.

Membuka loker yang jarang sekali diisi, Yeri menemukan coklat bersama sepucuk surat. Yeri sebenarnya risih dengan orang yang selalu memberinya coklat, bahkan sampai ia berpacaran dengan Jian pun, orang itu masih mengirimnya.

Jian memang santai, bahkan saat Yeri menceritakannya, laki-laki itu hanya berkata, "Bersyukur, dong. Nggak kadaluarsa kan coklatnya? Ya udah makan aja."

Dan saat Yeri protes karena Jian terlalu santai dan mengancam jika gadis itu akan berpaling, lagi-lagi Jian menjawab santai, "Ya udah gapapa. Yang penting sekarang kamu sama aku, kan? Aku nikmatin waktu sama kamu, kalo-kalo nanti kamu berpaling."

Yeri meraih coklat beserta surat tersebut, namun baru saja ia membaca kalimat pertama, seseorang memanggilnya.

"Aku kira kamu udah nunggu aku di depan," kata orang itu. "Padahal kamu jarang isi loker, tumben buka loker?"

Yeri menatap Jian yang berada di dekatnya, menimang apakah ia harus bercerita atau tidak. Ia pun menghela napas. "Aku dapet coklat lagi," katanya.

"Terus?"

"Kamu gak cemburu?" tanya Yeri polos.

Pertanyaan Yeri, membuat Jian tertawa kecil. "Nggak. Buat apa?"

"Kok gitu?!"

"Ya aku harus cemburu sama siapa? Orangnya gak tau siapa. Masa aku harus cemburu gak jelas?"

"Tapi kan...."

"Aku gapapa kamu dapet kiriman coklat. Selama kamu makan, kamu baik-baik aja, kan? Aku gak khawatir kamu bakal berpaling kalo kamu akhirnya tau siapa yang ngirim. Kalo itu buat kamu bahagia, kenapa nggak? Yang penting sekarang, aku nikmatin waktu sama kamu."

Yeri menunduk sembari cemberut, membuat Jian gemas hingga mencubit pelan pipi kelasihnya. "Udah ya, kita sekarang pulang," katanya sambil mengacak rambut gadisnya.

Sebelum Jian pamit, Yeri mengucapkan kata maaf pada laki-laki itu. Selama perjalanan pulang, ia memang menjadi pendiam. Walau Jian mencoba menghiburnya, tetap saja ia sungkan pada Jian.

Ia tidak langsung mengganti seragamnya, Yeri malah langsung duduk di meja belajarnya, membuka dengan cepat isi surat yang selalu mengirimnya coklat.

Dear Yerina...

Ini kayaknya udah lama sejak pertama kali aku selalu kasih kamu coklat tanpa kamu tau aku siapa. Yerina, aku amat sangat bersyukur suka perempuan kayak kamu.

I'll pick you up at 7. Don't be late!

Kamu bakal tau aku siapa.

Setelah berdiam beberapa detik, ia pun melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya. Jam mengarah di antara angka empat dan lima. Itu berarti, dua setengah jam lagi ia akan melihat siapa penggemar rahasianya.

Yeri senang-senang saja jika ia akan bertemu dengan laki-laki tampan teman Ghea yang sedang menjadi bulan-bulanan para perempuan, tapi jika itu ternyata tipuan Martin atau Lugas pasti Yeri akan malu, atau lebih parah lagi ia bertemu dengan pedofil. Ia merinding sendiri membayangkannya.

Tapi  ia harus tahu siapa itu.

***

Yeri telah duduk di balkon rumahnya. Menunggu seseorang yang katanya akan muncul.

Ia bahkan menolak ajakan Lugas dan Martin untuk pergi ke tempat orang berjualan jagung rebus dan susu murni. Sebelum liburan ketiganya berjanji untuk pergi kesana, namun mereka mengajak Yeri di saat yang tidak tepat.

Windy mengerutkan keningnya saat adiknya menolak ajakan kedua sahabatnya itu. "Tumben kamu nolak mereka. Mau jalan sama Jian, ya?"

"Nggak," jawab Yeri. "Aku lagi males main sama mereka."

Yeri sedikit bingung, biasanya Jian akan menelponnya sebelum laki-laki itu belajar. Namun kini setelah mengirim pesan, Jian tidak menelponnya.

Namun ia dikejutkan dengan motor Jian yang tiba-tiba berhenti di depan rumahnya.

Jian yang melihat Yeri sedang berada di balkon pun tersenyum sambil memasukkan tangannya ke saku jaket. Yeri benar-benar tidak mengerti, tiba-tiba saja Jian datang ke rumahnya tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Apalagi saat ia melihat jam pada ponselnya.

"RINA INI DI BAWAH ADA PACARNYA," teriak Windy membuyarkan Yeri yang belum bisa berpikir.

Yeri turun ke bawah, menatap bingung Jian yang hanya tersenyum sambil memamerkan giginya.

"Kamu gak bilang mau ke sini," kata Yeri. "Tapi aku ada janji sama orang jam tujuh."

"Okay. And i'll pick up that girl," balas Jian.

Yeri diam mencerna balasan Jian. Itu artinya, Jian si penggemar rahasia?

"Iya, Yerina. Aku orang yang selalu kirim kamu coklat. Orang yang sebenernya suka sama kamu, tapi gak berani nunjukkin. Aku bersyukur karena sekarang kamu bales perasaan aku. I'm so happy."

Gadis itu tersipu malu. "Aku kira aku bakal ketemu cowok ganteng dari sekolah Ghea," kata Yeri.

"Tapi aku kan Ketua OSIS, bersyukur dong."

"Idih," cibir Yeri. "Kamu gak takut aku gak ada di rumah. Padahal tadi Martin sama Lugas ngajak aku makan jagung rebus."

"Yah, seenggaknya kamu ada di rumah, kan? Aku yakin kamu pasti pengen tau siapa orang yang selalu kirim kamu coklat," ucap Jian percaya diri. "Kamu pergi mau gini aja?"

"Lho,  memang kita mau kemana?"

"Aku kan udah tulis, aku bakal ajak kamu pergi," ujar Jian. "Aku pamit dulu sama yang di dalem."

"Kamu izin dulu sama Mbak Windy. Aku mau ganti baju dulu."

Yeri pun kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian yang lebih tebal daripada kaos tipis yang dipakainya saat ini.

Tadinya Yeri kira penggemar rahasianya tidak akan muncul, tapi Yeri tidak menyangka jika ia akan menemukan Jian sebagai penggemar rahasianya.

Keduanya tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, hanya menikmati kisah mereka yang membuat masa SMA-nya lebih berwarna.

****
12/12/18

Aku nyatakan, Tentang Yerina tamat. Terima kasih kalian semua telah setia menunggu dan menikmati cerita ini. Aku bakal selalu ingin uname kalian yang vote dari awal sampe sekarang, yang suka komen juga huhu.

Semoga tidak mengecewakan. Sampai ketemu di Cerita Daun dan Bumi!!!!!

[I] Tentang Yerina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang