22. Merelakan

132 30 0
                                    

Yeri memilih berdiam di rumah Martin karena di rumahnya sepi, dan ia sedang tidak ingin sendiri.

Setelah berganti pakaian, ia langsung bergegas ke rumah Martin yang berbeda beberapa blok saja. Ia disambut dengan Jimmy, yang terlihat baru pulang sekolah dengan seragam SMP yang terlihat baru saja pulang.

"Gak biasanya Kak Rina ke sini," kata Jimmy sambil memersilakan Yeri masuk.

"Kangen ya kamu sama aku?" canda Yeri.

"Nggak," jawab Jimmy datar.

Yeri mencibir saat Jimmy menjawab. "Abang kamu dimana?"

"Di kamarnya," jawab Jimmy. Ketika Yeri baru saja akan melangkah ke tangga, Jimmy kembali memanggilnya. "Kenapa cewek nolak waktu dikasih bunga?"

"Hah?" Yeri jelas terkejut dengan pertanyaan adik dari Martin ini. Tidak biasanya ia bertanya tentang perempuan. Pipi Jimmy pun memerah saat ia selesai bertanya. "Mungkin dia alergi. Kenapa?"

"Gapapa."

"Awas ketauan Martin."

"Ya makanya Kakak jangan kasih tau dia."

Mengerti, Yeri pun menggerakkan tangannya ke bibirnya, seakan-akan sedang mengunci mulutnya. Lalu ia tersenyun geli pada Jimmy dan melanjutkan jalannya.

Tanpa mengetuk pintu kamar, Yeri membuka pintu kamar Martin. Dan bertepatan dengan itu, laki-laki itu terkejut hingga menutup layar laptopnya.

"Nonton apaan lo?" tanya Yeri.

Martib berdecak. "Na, gue kira Jimmy sampe gua kaget."

"Nonton yang enggak-enggak ya?" tebak Yeri.

"Sok tahu," ucap Martin. "Buktiin aja sendiri gue ngapain."

Martin pun kembali membuka laptopnya. Tak lama layar kembali hidup dengan tampilan Instagram, dan membuat Yeri terdiam. Karena Martin sedang melihat profil Arin.

"Gue juga tau waktu," kata Martin.

"Lo gak pernah cerita kalo sekarang deket sama Arin," ucap Yeri.

Martin tertawa pelan. "Gue gak lagi pedekate sama dia, Na. Tadi gue ngobrol karena gue masih gak enak sama dia," jelasnya. "Lo sendiri, gimana sama Jian?"

"Hah?"

"Lo lagi deket sama dia, kan?" tanya Martin.

"Nggak," elak Yeri. "Gue gak lagi deket sama dia."

"Jadi, gue masih dibolehin ngejar lo, nih?" goda Martin membuat pipi Yeri bersemu.

"Apaan sih lo?"

Martin tertawa. "Salting."

Yeri memilih berjalan menuju pigura dimana terpajang foto ia bersama si pemilik kamar dan Lugas. "Ayo kita liburan lagi," katanya mengalihkan pembicaraan.

"Ayo, pas liburan kenaikan aja. Gimana?"

"Boleh," kata Yeri sembari mengangguk. "Bertiga doang?"

"Ajak yang lain, dong. Gak asik bertiga doang."

"Gue ajak Sinta, ya?"

Martin mengangguk. "Ajak Jian juga gapapa."

"Nyebelin," ucap Yeri sambil mengerucutkan bibirnya.

Martin tertawa puas. Perlahan ia mulai rela, asalkan sahabatnya bahagia. Ia rela.

***

Sama seperti Yeri, Martin juga tidak terlalu dekat dengan Jian. Hanya sesekali berbicara, karena lingkar pertemanan keduanya juga berbeda.

[I] Tentang Yerina✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang