Setelah hari minggu yang menjadi hari favorite bagi para pelajar, mereka harus bersiap-siap untuk menghadapi hari senin. Hari yang sibuk, penuh dengan pelajaran dan tugas. Apalagi mereka juga harus berpanas-panasan mengikuti upacara bendera di pagi hari.
Tapi tentu saja itu wajib, seorang pelajar harusnya tak boleh mengeluhkan tentang perihal upacara di hari senin. Itu sudah kewajiban kita semua sebagai warga negara Indonesia untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah bersusah payah mati-matian memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Namun sayangnya hanya beberapa saja dari kita yang benar-benar mengikuti upacara bendera dengan khusuk.
Lina. Gadis berparas ayu yang saat ini tengah berdiri tegap di lapangan sekolah pada barisan terdepan itu tak pernah menyepelekan perihal upacara bendera hari senin. Dia selalu menjadi yang pertama berbaris dengan keadaan baju yang rapi bersama segala atribut lengkap layaknya seorang pelajar yang benar-benar rajin dan teladan. Padahal nyatanya, dia tak serajin itu di sekolah. Tapi semalas-malasnya dia belajar saat di sekolah, sebosan-bosannya dia di kelas hingga sering tertidur saat pelajaran, gadis itu bisa seketika semangat saat mengikuti upacara bendera.
"Pagi cewek jutek." Tiba-tiba Dhyas muncul di hadapan Lina yang tengah meletakkan topi yang baru di lepasnya ke dalam tas setelah kembali dari lapangan sekolah.
Bagaimana tidak muncul? Memang disitulah Dhyas harusnya berada. Karena dia adalah chairmate-nya.
"Pagi... Lina...." sapa Dhyas lagi dengan penuh penekanan. Karena Lina masih sibuk mengabaikannya.
Dhyas jadi kesal seketika. Dia pun menghembuskan napasnya kasar. "Huft... untung stock kesabaran gue masih full. Masih hari senin. Masih belum abis," sindirnya sembari menatap cewek disampingnya itu dengan jengkel.
Sedang Lina lagi-lagi berusaha mengacuhkan suara berisik itu. Anggap saja itu hanya bisikan makhluk astral semata. Tapi bukan Dhyas namanya kalau dia tak punya seribu cara untuk mengganggu cewek itu.
"Nanda... Jadi lo beneran mau nyuekin pange-" Lina dengan cepat membekap mulut Dhyas.
"Oh. Hai. Pagi juga. Sorry gue nggak denger barusan. Gue kira lo belum dateng," timpalnya dengan mata melotot dan senyum yang di paksakan.
Dhyas akhirnya bisa tersenyum puas. Terlihat dari kerutan di matanya yang menyipit saat tersenyum jahil. Lina pun melepas bekapannya.
"Nah gitu dong," godanya tersenyum senang. Tangannya kemudian reflek mengelus-elus rambut Lina secara spontan. Lina pun segera menepisnya kasar. "Nggak usah pegang-pegang!" ketusnya.
"Oke. Sorry!" ralatnya singkat. Karena dia pun tak sadar saat melakukan hal itu. Dhyas lalu mengalihkan pandangannya merasa malu.
Lalu beberapa detik ketenangan baru saja menyapa Lina, tiba-tiba Radit--teman sekelasnya-- menghampiri mejanya lalu menyampaikan pesan, "Lin, ada titipan nih dari kelas sebelah."
Dhyas dan Lina menatap Radit bersamaan. "Dari siapa?" sahutnya bersamaan pula.
Lalu sontak Lina pun beralih memicingkan matanya menatap Dhyas dengan tajam. Dia seolah memberi kode bahwa 'dia tak usah ikut-ikutan' dengan urusannya.
Dhyas pun tersadar lalu berdehem sebentar kemudian memilih diam sembari memutar bola matanya ke arah lain.
"Ini surat cinta sama coklat dari temen gue. Tapi saran gue lo nggak usah terima deh! Meskipun dia temen gue, tapi menurut gue dia nggak cocok buat lo," cerocos Radit. "Mendingan, lo sama gue aja. Ya nggak?" lanjutnya menawarkan diri. Di tambah lagi dia memasang cengiran menggoda di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twin'kle Love
Teen FictionGue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak suka cowok dan gue muak dengan semua orang. Derita gue, adalah bukti atas keserakahan manusia akan harta dan cinta. ~Adlina Lucia Fernanda *** *** Di usahakan Up seminggu sekali, kalo bisa dan mood bagus pasti b...