Chapter 26

65 10 29
                                        

Bagaikan hujan deras menderai pantai, gemuruh ombak semakin kencang menerpa karang. Layaknya menghantam keras untuk mengelupas kulit terluar.

Ini sudah pasti seperti ancaman mematikan bagi Adlan. Mengetahui keberadaannya yang kini juga diawasi oleh sang adik tiri. Ini jelas ulah Aluka. Ia tak akan membiarkan Adlan bergerak bebas berhubungan dengan keluarganya setelah tahu rahasia yang Adlan sembunyikan selama ini.

Jadi ini alasannya tak mau satu sekolah dengan sang adik tiri. Sangat cerdas. Bahkan hingga dua tahun lebih pemuda itu bisa menyembunyikan saudara kandungnya dari jangkauan pengawasan Aluka. Bagaimana bisa dirinya dulu mengendurkan peraturan dan melemah untuk bujukan sang anak tiri yang ingin kembali ke kota asalnya? Seharusnya dia tahu kalau ini akan terjadi di kemudian hari.

Hingga mungkin kini Aluka berpikir, apakah Ferdinan juga ikut bersekongkol dengan Adlan? Hah. Tentu saja. Tak mungkin kan hanya karena urusan kerjaan? Pasti ini sudah direncanakan dengan baik oleh mereka berdua.

Sialan. Aluka lengah.

***

"Woy. Bengong aja lo? Udah bel istirahat tuh. Ke atas yukk!"

Mendengar teguran serta tepukan Dhyas pada bahunya, Lina terbangun dari lamunan. Entah apa yang tengah gadis itu pikirkan. Tapi sejak tadi, ia hampir sama sekali tak fokus pada pelajaran yang berlangsung. Ah, mungkin juga tidak. Karena biasanya dia juga tak fokus karena sering tertidur di jam pelajaran.

Sebelum beranjak, Lina memperhatikan Dhyas sebentar.

"Kenapa? Lo baru nyadar kalau dari tadi ada cowok ganteng yang lo cuekin?" sahut Dhyas.

Seperti biasa, cowok itu tak pernah kekurangan rasa percaya diri sedikit pun, membuat Lina memutar bola matanya jengah.

Lina menghela napas berat. Ia mengurungkan niat untuk bicara dengannya. Padahal awalnya dia mau bilang kalau dia enggak usah ikut ke atap. Lina tidak mau diganggu. Tapi sepertinya bilang seperti itu pun percuma, mana mau cowok tengil itu mendengarkan permintaan Lina. Ya, kan?

Dia pasti bakal tetap ngintil dong. Ya mungkin itu hobi baru Dhyas. Cukup Lina saja yang harus menyiapkan hati dalam menghadapi tingkah laku ajaibnya.

Melihat Lina tak berkutik menolak ajakannya tadi, Dhyas menyeringai senang. Ia pun berjalan mengekori Lina.

Tapi tunggu. Sepertinya Dhyas merasakan ada hawa tidak baik di sekitarnya. Semacam ada makhluk astral yang tiba-tiba datang dari ujung kelas sebelah.

Dan benar saja, makhluk astral yang Dhyas maksud tadi itu Elycia. Sepertinya cewek itu bergegas menemui Kakak tirinya. Cepat-cepat, Dhyas mendahului langkah Lina dan menyampingi tubuh gadis itu dengan tubuh atletisnya. Ia menghadap ke arah Lina dan menutupi tubuh mungil gadis itu dengan mengangkat kedua tangannya dan menaruhnya di belakang kepala dengan melipatnya. Berharap Elycia tak akan mengenali mereka berdua.

Dan yah, berhasil. Sepertinya ada kesamaan di antara Elycia dan Lina yang menguntungkan aksi Dhyas barusan. Keduanya sama-sama mengeluarkan sorot mata fokus saat berjalan, jadi tak ada waktu untuk melihat ke arah lain karena matanya sudah terpaku pada satu tujuan.

Mau kemana tu cewek? Nemuin Lina apa Adlan tuh?

Kemana pun cewek itu berniat singgah, Dhyas harus segera membawa Lina pergi sebelum mendengar suaranya. Karena kalau tidak, pasti Lina tak akan mengabaikan kedatangannya. Seperti tadi pagi, untung saja tak terjadi perang lantaran ada guru lewat. Coba kalau tidak ada penghalang?

Ah sudah, jangan dibayangkan!

"Ihh Dhyas minggir! Ngapain deket-deket sih?" Lina memprotes lantaran tubuh Dhyas yang tanpa sengaja menghimpit jalannya.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang