Chapter 35

35 4 0
                                    

"Semua orang berhak bahagia." saat terpikir akan kalimat tersebut, Elycia menggeram kesal. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tatapan pedih dan marah. Tak ada lagi orang yang peduli padanya, termasuk sahabat dekatnya sekalipun.

"Emang ya, habis manis sepah dibuang." Elycia menghentakkan kakinya yang mendadak terhenti. "Dasar penghianat! Nggak ada yang tulus temenan sama gue, semua cuma karena harta."

Elycia berbicara sendiri. Lalu tanpa memerhatikan sekelilingnya yang mulai ramai dengan para siswa, tiba-tiba ia memekik, "Br*ngs*k, br*ngs*k, br*ngs*k. Semua orang di muka bumi ini sampah!"

Beberapa murid yang terkejut dengan lengkingan suara Elycia pun melongo melihatnya.

"Apa lo liat-liat?" Dan tanpa rasa malu sedikit pun, gadis yang tampak imut-imut judes itu berlalu begitu saja setelah membentaki mereka yang telah menatapnya aneh.

*Jeduk*

Elycia menabrak seseorang. Tak sengaja ia terjatuh dalam pelukan lelaki tinggi yang cukup tampan.

"Hai, lo nggak pa-pa?" cowok itu melepaskan pegangannya. Elycia pun tersadar.

"Eh iya Kak baik-baik aja kok. Sorry," jawabnya sedikit kikuk, tak memungkiri bahwa ia terlihat sedikit terpanah melihat lelaki yang ditabraknya barusan.

"By the way, lo, lagi butuh temen?"

"Eh?"

"Gue mau kok jadi temen lo."

***

Sejak beberapa hari yang lalu, cuaca terlihat mendung. Bukankah ini pertanda musim kemarau akan segera mengakhiri masanya?

Mulai sekarang aktivitas pergi ke rooftop sendirian untuk menenangkan diri serta menikmati udara segar tak akan bisa Lina nikmati lagi. Karena apa?

Jelas saja karena sudah ada anak buah yang selalu mengintilinya kemana-mana. Tapi untungnya, hal tersebut tak membuat gadis galak itu merasa sedih ataupun marah. Melainkan sebaliknya.

Gadis jutek yang terkenal tak mau bersosialisasi itu, kini tengah berada di antara banyaknya kerumunan orang. Lebih tepatnya, ia sedang asyik mengobrol di kantin. Meski awalnya ia benci menjadi sorotan para murid, namun kini ia tak peduli lagi. Terserah mereka mau bergosip dan berbuat apa, memangnya hidup Lina bergantung sama mereka? Toh mereka tak akan berbuat hal yang aneh-aneh atau nyeleneh dari aturan sekolah, kan?

"Si kaleng rombeng lama amat beli-beli gitu doang. Kita aja udah selesai dari tadi," celoteh Dhyas, sembari menyilangkan kaki dan tangannya menyamankan duduk.

Lina menyahut, "Yas, kok manggil Nisa gitu sih?"

"Tau, sembarangan aja lo, bentar lagi juga dateng. Namanya aja kantin, rame, mesti ngantre-lah." Adlan ikut-ikutan.

"Iye tau yang pacar baru, di belain dah, huuuu."

"Apaan sih, lo."

Lina bergabung meledek, "Cieee Bang Nando. Udah jadian aja kali Bang. Kalian kan udah deket dari dulu."

"Kita temenan doang, kok."

"Nggak usah nyangkal gitu Abang sayang." Dhyas melawak garing, "lagian si kaleng rombeng nggak jelek-jelek amat kok."

"Dhyas, Nisa tuh bukan kaleng rombeng, cuman emang suaranya aja yang cempreng kayak toa masjid. Kalau di diemin dia nggak cerewet, kok. Ya kan, Bang?"

*Brak*

"Sebenernya lo ngebela gue apa ngehina Lin?"

Orang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang.

Lina menoleh dan tersenyum ramah, "Gue cuma ngejelasin faktanya aja kok. Ya kan, Bang?"

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang