Chapter 17

51 11 15
                                    

Kekejahatan memang tak boleh kita balas dengan kejahatan.
Lantas apa bedanya kita dengan mereka?
Begitu bukan?
Namun, menjadi orang baik,
juga tak semudah itu.

~~Adlina Lucia Fernanda~~

🐝🐝🐝

Pada akhirnya, Lina memilih untuk menuruti permintaan Dhyas. Tapi ya gitu, saat tahu di dalam resto yang Dhyas tuju ada keluarga bahagia yang Lina benci disana, Lina menyembunyikan wajahnya.

Jangan sampai batang hidungnya terlihat oleh mereka. Akan sangat membahayakan. Apalagi saat wanita busuk yang tengah tersenyum manis disana mengetahui keberadaannya? Hidupnya akan kembali terancam.

Dan Lina... Dia juga tak sanggup menyaksikan deru canda dan tawa yang mereka perbincangkan. Separuh jiwanya ada disana, sesungguhnya dia tak rela melihat dua lelaki yang begitu di rindukannya itu bersenda gurau dengan dua wanita yang di bencinya.

Lina tak suka, dia tidak bisa untuk tak iri melihat kebahagiaan mereka. Seharusnya dua kursi di depan lelaki itu adalah dirinya dan Yumna. Seharusnya dua wanita yang harusnya melengkapi hidup mereka itu bukan mereka. Seharusnya Lina dan Mamanya yang ada disana, bukan dua wanita bertopeng itu. Bukan.

Itu seharusnya, namun kenyataannya? Bukan yang seharusnya.

Lina benci. Itulah mengapa Lina masih membenci Adlan dan Ferdinan. Karena kebodohan papanya yang lebih memilih wanita busuk itu, semua yang Lina inginkan tadi hanya menjadi hayalan semata.

Kebahagiaan semu yang begitu memuakkan. Sebatas kenangan yang tersisa bahkan terkubur dalam kebencian.

"Lin? Lo mau pesen apa?" tanya Dhyas yang bengong saja memerhatikannya.

"Nggak mesen apa-apa. Lo aja deh buruan!" Dengan tergesah-gesah Lina menjawab. Dia masih sibuk menutupi wajahnya dengan buku menu yang tadi terletak di atas meja.

"Buruan gimana? Buku menunya aja masih lo pegang."

"Emang cuma ada satu?"

Dhyas mengendikkan bahunya.

"Hihh lestorannya kere banget sih," cerca Lina menggerutu.

"Lo aja yang aneh, malah nyalahin restonya. Udah siniin! Apa-apaan sih pake nutupin itu muka segala?"

Dengan paksa, Dhyas mengambil buku menu yang Lina pegang. Alhasil, jadilah adegan tarik-menarik barang. Tidak penting.

Itu malah akan semakin membuka kedok Lina. Lina pun mengalah. Lebih baik dia diam tak membuat masalah. Akan banyak mencuri perhatian kalau dia dan Dhyas ribut disini.

"Yaudah nih! Bete' gue sama lo. Udah cepetan mesen sana!"

Menelisik gerak-gerik Lina, Dhyas tahu betul apa yang tengah di pikirkannya. Itu sebabnya dia membawa Lina kembali ke Mall. Memangnya apa yang terjadi kalau mereka sampai bertemu? Akan seperti apa sih kalau mereka di pertemukan dalam satu tempat?

Sebenarnya, hal apa yang membuat Lina begitu membenci mereka? Jika yang Adlan katakan waktu itu benar, mungkinkah Lina sungguh tidak mengetahui kebenarannya?

Dhyas tahu Lina akan tersakiti, namun rasa penasarannya yang memuncak sudah membabi buta.

Makanya Dhyas memberanikan diri. Ini merupakan sebuah pertaruhan bagi Dhyas. Jika Lina mengetahui keinginan terpendamnya, maka pertemanannya akan hancur seketika.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang