Desas desus keributan yang dibuat oleh wanita paruh baya tadi sudah sampai ditelinga Dhyas. Cepat-cepat ia keluar toilet dan mencari gadis yang bersamanya.
"Lina?"
Firasatnya benar, ternyata gadis cantik yang dibawa oleh penculik wanita itu adalah gadis yang disukainya.
Dhyas keluar restoran, mencari kesana-kemari seraya berteriak memanggil namanya. Namun belum ada jawaban mau pun tanda-tanda keberadaan gadis itu.
Ia pun mencari di tempat lain. Dugaannya, wanita yang membawa pergi Lina itu pasti berada di tempat sepi. Tapi jangan sampai ia terlambat, atau buruknya, Lina sudah pergi jauh dari tempat ini.
Tidak boleh. Jangan sampai.
Dhyas meraup wajah kasar, sungguh cemas hanya memikirkan kejadian buruk yang mungkin akan menimpa gadis yang mempunyai hutang jawaban padanya.
"Lo di mana, sih cewek jutek?"
Di sisi lain Dhyas mencari, Lina sudah meraung kesakitan sebab rambutnya di jambak kasar oleh wanita yang menyeretnya jauh dari restoran tadi.
"Lepasin tante! Sakit!" histerisnya mencoba menarik tangan berkuku panjang itu. Namun karena satu tangannya dicengkram kuat, ia tak bisa apa-apa.
"Nggak akan saya lepasin, sebelum kamu janji akan enyah dari hadapan keluarga saya."
"Saya nggak akan pergi. Di sini tempat saya. Tante aja yang bawa mereka pergi." Lina melawan, tak mau mengalah akan tatapan tajam wanita itu. "Itu pun, kalau mereka sudi hidup lebih lama sama tante."
Plakkk
"Diam! Berani kamu ngomong gitu?" Aluka, sang wanita kejam yang meneriakinya semakin menganiaya sang anak tiri. Ia tak terima dengan ejekan yang dilontarkannya barusan.
Lina pun meringis, "Ahhhh."
Apa gue tonjok aja ya? Sakit banget sumpah.
"Sakit? Iya? Rasain. Ngadu sama Mama kamu sana, biar dia segera bawa kamu pergi dari sini. Dasar pengganggu."
"Tante yang pengganggu. Lep-pas tante, atau saya terpaksa akan memukul tante balik."
"Berani kamu?"
Tentu saja. Rasa-
"Berhenti!"
Dari ujung jalan, Dhyas berteriak menghentikan. Napasnya putus-putus.
Melihat Aluka mengalihkan fokus, jambakannya mulai longgar. Lina ambil kesempatan tersebut untuk kabur.
Lina tarik tangannya, lalu ia gigit tangan mulusnya. Tak segan lagi, ia menginjak kaki wanita itu agar mau melepaskan cengkraman tangannya.
"Woy anak sialan. Aww," umpatnya keras.
Sebenarnya bukan hanya Aluka yang kesakitan, namun kaki Lina juga berdenyut nyeri. Ia segera menghampiri Dhyas yang baru saja mendekat.
Dhyas membawanya ke belakang punggung kekarnya, refleks Lina pun memeluk lengannya takut.
"Ini tindakan kekerasan tante. Saya akan laporkan tante ke polisi," ujar Dhyas menatap tajam wanita paruh baya yang selama ini ia kenal sebagai Mama dari sahabatnya sendiri.
"Silahkan! Saya nggak takut," lawannya sama sekali tak merasa terancam.
"Udah Yas, kita pergi aja. Wanita iblis itu nggak akan mempan di gituin," timpal Lina berbisik. Namun, Aluka bisa mendengar bisikan itu.
"Yas? Dhyas?" Aluka mengingat-ingat. "Oh, teman Adlan? Jadi kamu juga ikut sekongkol sama anak pengganggu ini?"
Karena sebal disebut-sebut sebagai pengganggu terus, Lina menyangkal sinis. "Saya bukan penganggu. Tante yang pelakor. Dasar iblis nggak tahu diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin'kle Love
Teen FictionGue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak suka cowok dan gue muak dengan semua orang. Derita gue, adalah bukti atas keserakahan manusia akan harta dan cinta. ~Adlina Lucia Fernanda *** *** Di usahakan Up seminggu sekali, kalo bisa dan mood bagus pasti b...