Chapter 27

53 10 37
                                    

Bila misalkan seseorang yang tengah jatuh cinta seringkali merasakan bahagia serta keresahan, merasa gugup dan tegang tak karuan, maka hal itu cukup berbeda dengan hal yang dialami oleh satu pemuda yang sudah cukup lama jatuh cinta ini.

Pemuda dengan wajah rupawan yang begitu menawan ini jarang sekali menunjukkan hal-hal tersebut. Dia malah terlihat tenang dan biasa saja. Seolah ia tak sedang bingung memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan hati seseorang yang ia sukai.

Ia cukup pandai menyembunyikan rasa, karena ia sudah terbiasa dengan kehidupan yang mengharuskannya bersandiwara untuk tetap bersikap tenang. Namun kali ini tenangnya cukup berbeda. Jika di rumah dan di tempat penting ia terlihat tenang berwibawa, maka di sekolah disertai canda tawa.

Pemuda itu tentu saja Adhyasta Prasaja. Dia memang seringkali resah karena banyak hal yang ia pikirkan untuk menjadi yang terbaik dalam membawa nama besar keluarganya. Namun jika ia sudah dekat dengan seseorang, ia akan melampiaskan sikap kekanak-kanakannya pada orang tersebut. Dan hal itu terjadi begitu saja. Karena ia sangat jarang menemukan seseorang yang bisa mengambil kepercayaannya.

Tapi begitulah Dhyas. Berbeda tempat, berbeda orang yang dihadapi, berbeda pula tingkah lakunya. Tapi sesungguhnya, dia tak bermaksud bersandiwara. Mungkin memang itulah sifatnya.

Dan coba lihat sekarang, pemuda yang tengah memasang wajah konyol yang sialnya tak terlihat konyol itu tengah memperhatikan seorang gadis yang menjadi teman sebangkunya. Sejak pelajaran pertama dimulai, ia sama sekali tak tertarik untuk mendengarkan ocehan berbobot yang guru berikan sebagai materi pelajaran. Malahan, pikirannya melarikan diri. Ia berkelana mencari sebuah cara untuk melancarkan aksinya.

Memangnya apa yang sedang Dhyas pikirkan? Kayak dia pernah serius saja. Seperti itu pemikiran gadis yang duduk di sebelahnya.

Ia mulai merasa malu dan jengah sendiri terus-terusan ditatap seperti itu. Dan tak beruntungnya lagi, kenapa sedari tadi guru-guru yang keluar masuk ruangan ini tak menyadari hal tersebut?

Lina, sang chairmate yang memasang muka jutek itu jadi salah tingkah sendiri. Ingin bergerak ke kanan maupun ke kiri saja harus berpura seolah tak menyadari tatapan aneh cowok di sampingnya itu.

Lalu bagaimana ini? Rasanya Lina sudah tak bisa lagi menghindari cowok berhidung mancung itu.

Ctak

Saking gugupnya, Lina sampai menjatuhkan bolpoin yang dimainkannya di atas kertas kosong. Dia bahkan sudah mencoba menutupi wajahnya dari pandangan Dhyas, namun cowok itu masih saja melirik ke arahnya.

Grettt

Suara bangku sedikit bergeser. Pada akhirnya Lina tak bisa lagi mengalihkan pandangan dari cowok yang wajahnya hanya berjarak 15 centi menghadap dirinya itu.

Tangan dan wajahnya bertemu langsung dalam keadaan membungkuk ingin meraih bolpoin. Membuat keduanya terdiam sejenak mengulas keadaan.

"Biar gue yang ambilin." Dhyas tersenyum manis. Bukan senyuman jahil yang biasa ia tampakkan pada gadis itu.

Lina pun spontan bersitegap, kembali menghadap depan.

Sreett

Dhyas menggeser bolpoin yang telah berhasil diambilnya. Dan...

Tetttt

Suara bel istirahat berbunyi keras pada setiap sudut speaker ruangan. Tepat pada saat itu juga Lina spontan ikut berdiri. Rasanya dia sudah ingin cepat-cepat pergi dari ruangan ini. Entah karena apa, dia merasa tak nyaman saja karena selalu diperhatikan dari jarak dekat.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang