"Sayang, buruan keluar! Ini temen kamu jemput," teriak Yumna dari ujung pintu depan.
Lina yang sedang asyik menghabiskan sisa potongan rotinya di meja makan pun menjawab panggilan Yumna, "Siapa Ma?"
"Dhyas, anaknya Tante Maira."
Tiba-tiba Yumna dan Dhyas sudah ada di dekat meja makan tempat Lina menyantap sarapan paginya.
Dhyas tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi putihnya lalu menyapa Lina. "Hai."
Sisa potongan roti Lina terjatuh, mulutnya yang menggembung penuh dengan makanan itu terbuka separuh.
"E-elo?"
Karena sulit berbicara, ia cepat-cepat menelan makanannya dengan susah payah. Lalu menggapai air minum di dekatnya dan meneguknya hingga habis. Dia tak sadar kalau airnya berceceran saking terburu-burunya.
"Elo ngapain disini?" tanyanya masih terkejut. Dia masih belum percaya kalau orang yang berdiri di samping Yumna itu adalah Dhyas.
"Lina, pelan-pelan dong makannya! Tumpah semua kan?" cicit Yumna mengeluh. Anaknya itu memang badannya saja yang besar, tapi kalau makan masih seperti bayi.
Yumna dengan gesit menghampiri Lina. Mengambil beberapa helai tisyu dan mengelap area mulut Lina. Ada beberapa tetes air yang juga tumpah pada baju seragamnya, namun Lina menolak halus untuk di bersihkan. "Udah Ma, nggak usah. Biar Lina aja."
Dhyas terkekeh kecil memperhatikan Ibu dan anak itu. Kesannya Lina memang terlihat seperti anak kecil di kala itu.
"Ngapain lo senyam-senyum?" ketusnya memergoki Dhyas.
Yumna pun ikut menoleh, membuat Dhyas menormalkan bibirnya lurus.
"Eh iya ada nak Dhyas. Maaf ya, Lina memang begini anaknya. Maklumi aja," suara Yumna menyahut. Di sertai senyum ringan yang menghiasi bibirnya.
"Enggak. Nggak papa koq Tante," sanggah Dhyas malu-malu.
"Ngapain minta maaf sih, Ma? Emang Mama salah? Apanya yang harus di maklumi coba?" Lina kembali menyahut dan memprotes. Karena berbicara dengan Yumna, nada bicaranya hampir sama dengan merajuk.
"Ssttt, sayang. Koq gitu sih sama Dhyas? Bukannya harusnya kamu seneng bisa ketemu sama pangeran kamu lagi?"
Oh My God. Mampus gue, mati is dead. Ngapain nyasar kesana sih Ma omongannya?
"Enggak. Mama ngomong apaan sih, Ma?" Lina menyangkal keras pernyataan itu. Pupil mata Lina membesar. Tersenyum kaku sembari memberi kode keras pada Yumna agar beliau tak membahas masalah pangeran ice cream yang pernah di tanyakannya dulu.
"Seneng? Beneran Tante?" Dhyas terdengar antusias. "Oh... Jadi, selama ini-"
Tuh kan jadi Ge-Er ni anak orang.
"Selama ini apa? Bukan kayak yang lo pikirin!" Lina segera membekap mulut Dhyas, menutupnya rapat-rapat agar tak lanjut berbicara.
Bagaimana kalau cowok dengan ke -PD'an tingkat dewa ini terus nyerocos dan bertanya yang aneh-aneh pada Yumna? Dan Yumna tak peka, akhirnya malah membeberkan hal memalukan yang pernah Lina ceritakan tentang pangerannya dulu.
Tak cukup hanya itu, meski Yumna mengerti kode keras yang Lina berikan, bisa saja dia mengabaikan hal itu dan malah gencar menggoda Lina? Yumna kan juga tipe orang yang seperti itu. Sering mengganggu dan meledeki anaknya sendiri. Meski tau batas dan sekedar menggoda, tetap saja terkadang menjengkelkan.
Lalu Dhyas? Kalau sampai Yumna membahas masa kecil Lina padanya, 'mengenai dirinya dan 'Dhyas. Bisa jadi apa Lina di sekolah? Habis. Bakalan habis deh Lina di olok-olok sama tu cowok. Pasti di godain meluluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin'kle Love
Fiksi RemajaGue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak suka cowok dan gue muak dengan semua orang. Derita gue, adalah bukti atas keserakahan manusia akan harta dan cinta. ~Adlina Lucia Fernanda *** *** Di usahakan Up seminggu sekali, kalo bisa dan mood bagus pasti b...