Berderet-deret buku berjejeran rapi di rak tampak menarik perhatian pembaca. Berbagai genre novel bertumpukan rapi menampilkan keunikannya tersendiri melalui cover maupun sinopsisnya.
Lina menyapukan jemarinya menelusuri beberapa judul dari ribuan buku di toko tersebut. Tapi hanya di sentuh. Matanya tak memperhatikan. Sesekali membaca isinya, pikirannya langsung melayang.
Lina tak bisa berpikir jernih, tak fokus sampai-sampai ada seorang pria di sampingnya yang tanpa sengaja menjatuhkan buku di atas kepalanya saja dia tak menyadari.
"Awas Lin."
Untung saja ada Dhyas yang sigap menggeser tubuhnya ke sisinya hingga buku itu tak mengenai kepalanya. Dhyas memegangi pundak Lina erat.
"Hati-hati dong Mas!" tutur Dhyas memperingatkan pria itu. Nada bicaranya terdengar tegas.
"Iya maaf Mas nggak sengaja," kata pria itu menyesal. Dia mengambil buku yang jatuh ke lantai lalu meletakkannya kembali ke tempatnya. Setelah itu berlalu dari hadapan Dhyas dan Lina.
"Lo nggak papa?" tanya Dhyas cemas.
Lina mengangguk singkat. "Nggak papa. Makasih."
"Dari tadi lo bengong melulu sih. Kurang aqua lo ya? Apa butuh le mineral?" gerutunya pada Lina.
Sedang yang di omeli hanya diam saja tak menanggapi. Lagi-lagi pikirannya tak setubuh.
Dhyas semakin jengkel. "Lo kenapa sih? Masih kepikiran soal tadi? Emang lo nggak tau siapa tu cewek?" rutuknya tiba-tiba marah.
Lina pun tersadar, sedikit tersentak dengan perkataan Dhyas. "Ap-apa sih? Enggak koq. Siapa juga yang mikir ke sana?" elaknya berbohong.
Kini matanya beralih menelusuri buku-buku. Dhyas tak percaya, dia pun menarik tangan Lina lalu membawanya keluar dari toko.
"Ihh apaan sih? Lepasin!"
"Percuma lo disini, kalo pikiran lo nggak disini."
Sebelun keluar, Dhyas mengambil dua buah novel dengan judul yang berbeda secara acak. Masih dengan menggandeng sebelah tangan Lina, dia pun membayar buku itu lalu menariknya keluar dari toko buku.
Lina tak memprotes lagi, dia hanya pasrah menuruti kemauan Dhyas. Karena memang sejak tadi dirinya tak bisa berhenti memikirkan hal itu. Entah mengapa, terasa cukup aneh bagi Lina. Seperti ada sesuatu yang janggal dalam hatinya.
"Sekarang, lo bisa ceritain ke gue apa yang jadi 'sumber masalah di otak lo." Dengan menekankan kalimatnya, Dhyas menuntut Lina untuk bercerita. Dia sudah tak bettah sedari tadi tak di anggap kehadirannya oleh Lina. Memangnya dia makhluk astral penunggu toko yang bisa di abaikan begitu saja?
Di cafe minimalis persis samping toko buku itu, Dhyas membawa Lina ke tempat yang sepi agar pikirannya bisa jauh lebih tenang.
Cerita apaan sih? Enak aja main nyuruh-nyuruh orang nyeritain masalah pribadi. Siapa juga yang mau cerita sama lo.
Itu kata Lina dalam hati. Namun karena tak ingin memperpanjang masalah itu, dia berusaha menyangkal lagi.
"Sumber masalah apa? Gue nggak kepikiran apa-apa koq."
Dhyas pikir dia siapa? Dengan sahabatnya sendiri saja--Nisa-- Lina tidak mau bercerita. Dengan Yumna, sang Ibu saja dia tak pernah menceritakan permasalahan yang menyangkut isi hatinya. Apalagi dengan dirinya?
Melihat sikap Lina yang menjengkelkan itu, Dhyas tiba-tiba menyentil dahi Lina.
"Awww."
"Masih aja boong! Udah deh lo ngaku aja. Lo kepikiran soal cewek tadi kan? Kenapa dia manggil-manggil si Adlan dengan sebutan Kakak? Ya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin'kle Love
Novela JuvenilGue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak suka cowok dan gue muak dengan semua orang. Derita gue, adalah bukti atas keserakahan manusia akan harta dan cinta. ~Adlina Lucia Fernanda *** *** Di usahakan Up seminggu sekali, kalo bisa dan mood bagus pasti b...