Setelah kejadian di koridor sekolah lantai bawah pagi tadi, Lina mendadak menjadi sorotan publik. Dia yang selama ini berusaha menyembunyikan diri sebisa mungkin agar tak terlalu mencolok, kini malah menjadi semakin terkenal di kalangan para siswa.
Wacana sudah tersebar ke berbagai penjuru sekolah melalui mulut ke mulut. Bahkan sampai akhir pulang sekolah pun, dirinya masih menjadi pembicaraan hangat di sekolahnya.
Dasar ya tu cewek judes, nggak tau diri. Di kasih abang ganteng nolak, terus cowok ganteng kek si Dhyas malah di abaikan. Sok kecantikan banget.
Bahkan desis kalimat yang mereka gosipkan diam-diam saat Lina berjalan melewati mereka itu mampu terdengar jelas di telinga Lina. Malah terdengar tajam dan menusuk.
Namun Lina tetap acuh. Dia terus saja berjalan tanpa memperdulikan ucapan mereka.
***
"Hah... Tuhan, akhirnya bisa tenang juga gue," desahnya di sela-sela kelelahannya.
Tubuhnya ia rebahkan di atas kasur setelah selesai melakukan ritual berbenah diri sepulang sekolah. Lina tipikal orang yang cukup bersih dan rajin. Meski selelah dan sengantuk apapun dia, takkan pernah di biarkan kamarnya berantakan karena ulah kemalasannya sendiri.
Namun belum sempat ia memejamkan mata, Yumna--ibunya-- sudah berteriak memanggil-manggil namanya.
"LINA... SAYANG,"
"Iya Ma," balasnya dengan nada malas, ia pun terpaksa beranjak dari tempat tidurnya menuju arah sumber suara.
"Kenapa Ma?" tanyanya kemudian.
"Sayang, hari ini kamu yang jaga butik ya! Mama lagi nggak enak badan soalnya," jawab Yumna yang lebih terlihat seperti rengekan. Dia berlagak lemas sembari memutar leher dan memijit-mijit pundaknya sendiri dengan sebelah tangannya.
"Mama kenapa? Kecapean? Sini biar Lina aja yang pijitin. Abis itu baru Lina ke butik." Nada bicara Lina mulai berubah cemas.
Namun belum sampai Lina mengambil alih aktivitas Yumna memijit pundaknya, ia tepis pelan tangan Lina.
"Nggak usah sayang, biar Mama istirahat aja. Kamu langsung ke butik ya!" tolaknya halus.
"Emm... iya deh," pasrah Lina.
Ia segera mengantarkan Yumna ke kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur. Dengan sigap dia sudah mengambil obat yang Yumna butuhkan dari kotak obat, meletakkannya di atas nakas agar lekas Yumna minum.
"Udah sayang, biar Mama minum sendiri nanti. Kamu hati-hati ya," tutur Yumna lembut. Melihat raut kekhawatiran dari wajah anak gadisnya itu membuat dirinya tak nyaman.
Lina menurut, lalu bergegas pergi mengambil kunci motor setelah mendapat kecupan singkat dari Mamanya itu. Dia pun melajukan motor matic-nya setelah di rasa semua sudah aman untuk di tinggal.
Setelah beberapa menit Lina pergi, tiba-tiba terdengar bunyi klakson motor dari halaman rumah Lina.
Yuman peka, ia lantas bangkit lalu dengan cepat melenggang pergi untuk membukakan pintu.
Sebelum bel berbunyi, dia sudah membuka lebih dulu pintu itu, lalu melemparkan senyum ramah pada seorang pemuda yang baru saja turun dari motor ninjanya setelah meletakkan helm pada salah satu kaca spion motornya.
"Sore Ma," sapa pemuda itu, yang tak lain adalah Adlan. Anak sulungnya sendiri.
"Sore sayang." Yang di balas dengan pelukan hangat oleh Yumna.
"Ayo masuk! Kabarmu baik kan nak? Kamu sudah makan? Mama ambilin minum bentar ya," ucap Yumna berbondong-bondong. Seperti tengah meladeni tamu penting, dia sangat antusias dengan kedatangan anak lelakinya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/146741027-288-k158650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin'kle Love
Teen FictionGue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak suka cowok dan gue muak dengan semua orang. Derita gue, adalah bukti atas keserakahan manusia akan harta dan cinta. ~Adlina Lucia Fernanda *** *** Di usahakan Up seminggu sekali, kalo bisa dan mood bagus pasti b...