Chapter 28

58 14 39
                                    

Waktu petang tak kunjung berlalu, baru kali ini Lina merasakan lagi bagaimana rasanya sulit terlelap. Seolah matanya enggan terjepam, gadis itu terlihat resah sebab tak bisa tenang menempatkan tubuhnya di atas kasur. Sebentar berbalik ke kanan, sebentar ke kiri, lalu terlentang. Duh, rasanya raga dan pikirannya sedang sinkron memberinya cobaan hidup.

Alah... Alay, nggak bisa tidur saja dibilang cobaan hidup.

Mungkin kalian berpikir seperti itu. Namun hal itu berlaku untuk Lina guys. Karena sejak dulu, yang membantunya lupa akan duka maupun rasa lelah adalah dunia mimpi. Layaknya tidur mampu menelan segala luka yang melanda hatinya. Menyamarkan sebagian sesak serta emosi kesedihan yang berkecamuk dalam dadanya.

Terlelap, adalah salah satu caranya untuk bahagia.

Lalu kini, gadis berparas ayu bermata almond beriris coklat itu malah tak mampu menenggelamkan dirinya ke dalam dunia mimpi. Dan kalian tahu apa sebabnya?

Coba tebak. Apa mungkin seorang Lina tak bisa tidur hanya karena memikirkan seorang cowok?

Tidak mungkin, rasanya mustahil bukan?

Tapi kali ini benar adanya. Sejak kemarin, cowok bernama Adhyasta Prasaja itu tak pernah membiarkan jantung Lina beristirahat walau sebentar saja. Hatinya seperti sedang dipermainkan, sedetik dibuat sebal, lalu terbuai. Tapi tidak terbuai yang bagaimana seolah suasana hatinya tengah berbunga-bunga, tapi ucapan cowok itu sudah cukup mengusik hati Lina untuk tak absen memikirkan semua perkataan konyolnya.

Jujur saja, jika cowok itu tak mempunyai image menyebalkan bagi seorang Lina, jelas ia tak akan menolak hatinya yang begitu senang saat mendapatkan rayuan maupun pujian dari cowok itu. Namun otaknya menolak, menjaga Lina agar ia tak terlena atau pun terpengaruh oleh kejujuran dan ketulusan Dhyas yang dianggapnya sebuah lelucon.

Maka dari itu Lina belum sadar, kalau dirinya juga menyukai cowok yang selama ini sudah terkenang jauh di dalam lubuk hatinya. Meski sedikit berbeda dari tingkah laku pangeran masa kecilnya, dia tetaplah orang yang sama dengan sifat dasar yang tak jauh mengalami perubahan.

Cengkling, cengkling.

Tuh kan, baru saja lima belas menit yang lalu Lina merasa aman, eh, malah ada yang menerornya lagi.

Pasti Dhyas, deh. Ngeselin emang itu cowok. Nggak ada kapok-kapoknya gue caci maki.

Lina terpaksa bangun dan meraih ponselnya karena tak bisa mengabaikan pesan tersebut.

---
Indo**t

Selamat, dapakan bonus extra kuota 20 GB hanya dengan...........

---

Sialan, ternyata dari operator yang mau memalak pulsa. Hampir saja Lina seudzon lagi sama Dhyas. Untung dia tidak mengumpati cowok itu.

Emang dasar, ya. Sms macam begini ini nih yang paling menyebalkan sedunia. Ya, enggak?

Padahal terkadang kita sudah berharap itu pesan dari doi, atau pesan penting lainnya. Dan yang datang malah pesan dari orang tak dikenal.

Please, inilah cobaan. Bersabarlah untuk tidak berkata kasar.

Sebenarnya Lina tak akan berpikir kalau bunyi pesan barusan dari nomor Dhyas, namun karena lima belas menit yang lalu cowok itu terus menghubungi ponselnya dan bicara yang aneh-aneh demi mendapatkan perhatiannya, Lina jadi jengah dan berpikir pasti pesan itu berasal darinya.

"Ihh, ternyata bukan," kesalnya. "Ya Tuhan kenapa gue mikirin itu cowok melulu sih?"

Lina frustasi seraya menendang-nendang kakinya asal. Seolah memang benar-benar ia tengah mengharapkan pesan itu berasal dari Dhyas. Ia kesal dan malu, saat menyadari pikirannya spontan tertuju pada cowok tengil itu saat mendengar bunyi pesan dari handphone-nya.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang