Chapter 33

32 5 0
                                    

Secepat sambaran petir, secepat itu pula kabar berita kencan Lina dan Dhyas sudah tersebar hingga pelosok antero sekolah.

Sebenarnya Lina tak suka masalah pribadinya diperbincangkan. Selama ini ia sudah menyembunyikan diri sebisa mungkin untuk tak mencolok. Namun tetap saja tak bisa, sebab prince charming yang menduduki jabatan ketos di sekolahnya adalah kembarannya sendiri. Apalagi dirinya juga mempunyai wajah cantik yang luar biasa.

Ingin hati menjadi siswi normal, tanpa menjadi sorotan atau perhatian para warga sekolah. Yang menjadi murid pendiam di kelas tanpa membuat keributan dan menuntut ilmu dengan tenang. Sayangnya kegembiraan sederhana itu sulit didapatkan untuk saat ini. Bahkan lenyap sudah. Katakan selamat tinggal pada hari-hari tenang.

Dengan wacana ia dekat dengan siswa baru yang gantengnya ngalahin oppa-oppa korea saja, hidupnya kembali terusik. Apalagi jadian? Mampus. Mulai detik ini akan banyak haters berdatangan. Siap-siap saja.

"Dhyas, jalan tu liat depan, bukan samping!" ucap Lina risih.

Setengah berbisik, gadis bermata almond itu benar-benar merasa tak nyaman dengan perlakuan Dhyas yang menatapnya begitu intens. Di tengah koridor sekolah lagi, jalannya bersisian, berduaan. Dan cowok populer itu tak henti-hentinya memandangi Lina sejak turun dari parkiran mobil tadi. Untung saja Lina menolak tangannya digenggam, kalau tidak? Sudah setajam apakah mata para gadis yang mengagumi pacarnya itu memelototinya? Bisa-bisa ia benar-benar mampus sebelum sampai kelas.

"Masa? Jalan hidupku, kan kamu yang tentukan, jadi nggak perlu liat mana pun lagi. Cukup liatin kamu, semua udah beres," jawab Dhyas senyum-senyum tak waras. Rasanya, cowok itu benar-benar tak bisa memalingkan wajahnya dari sang gadis yang membuatnya tergila-gila walau hanya sedetik saja. Dan ini serius, bukan niat menggoda atau candaan.

"Ihh Dhyasss, nggak nyambung."

Lina mencubit pelan perut Dhyas lalu berjalan cepat menuju kelas meninggalkannya.

"Loh, kok ngambek?" Dhyas mensejajarkan langkah. "Emang ada yang salah?"

"Malu-maluin. Sana pergi! Diliatin banyak orang congil...."

"Oh, mau ke tempat yang sepi?"

"Ogah," teriak Lina. Ia menghentakkan kakinya kesal. Sedang pipinya mulai merona entah karena apa.

Kenapa ini cowok enggak ngerti-ngerti sih? Enggak tahu situasi banget.

"Ciie malu-malu tapi mau ya?"

Dan sekarang malah bilang begitu? Ya Tuhan.

"Ihh. Nyebelin. Dhyas bego. Kalau lo masih gangguin gue, gue nggak mau jadi pacar lo lagi,"

"Eh iya enggak dong. Gue nggak ganggu lagi. Oke-oke sorry," koreksi Dhyas gelagapan. Yang dibalas penolakan oleh Lina, "No sorry-sorry!"

Lina kembali melanjutkan langkahnya. Dhyas pun mengejar. "Gue traktir ice cream sepuasnya pulang sekolah."

"Enggak."

"Sekalian gue beliin boneka ice cream-nya juga."

"Yang banyak."

"Hmm?" Dhyas cengo sejenak.

"Yaudah nggak jadi," ralat Lina, sepertinya dia salah bicara. Memalukan. Kan lagi ngambek. Jangan mau disogok dong.

"Eh jadi. Harus jadi. Sekarang senyum dong, jangan ngambek lagi!"

"Enggak. Kalau lo masih suka deket-deket di sekolah,"

Katanya 'enggak, tapi sepertinya tadi dia mengeluarkan kalimat tawar-menawar, deh.

"Oke deh siap. Cuman sehari doang.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang