Jangan Membohongi Dirimu-sendiri,
Karena Hanya Akan Ada Rasa Sakit
Yang Kamu Peroleh.~~Adhyasta Prasaja~~
🐇🐇🐇Adlan tertidur di pangkuan Lina. Terlihat raut wajahnya begitu tenang. Ia merasa nyaman. Berbeda dengan Lina yang tengah memasang raut wajah gelisah. Ia cemas dan khawatir karena yang ia ketahui Adlan tengah terluka.
Sialan lo Lan, pake pura-pura pinsan segala lagi loh. Kaki sama tangan lo yang sakit kenapa pala lo yang pusing? Batin Dhyas mengumpat.
Ia melirik dari kaca spion di dalam taxi. Terpaksa ia harus meninggalkan mobilnya di parkiran Mall untuk segera membawa Adlan ke rumah sakit.
Tapi dia tak mau dibawa kesana, saat tersadar tadi dia bilang dia baik-baik saja. Hanya luka ringan. Lebih baik Lina membawanya pulang ke rumah. Setidaknya saat ia sakit ia ingin sesekali ibundanya sendiri yang merawat dirinya. Dia rindu, rindu mendapatkan dekapan kasih sayang dari ibundanya tercinta.
Kali ini Lina mengalah, tak berani menolak permintaan Adlan. Ia merasa bersalah. Lagipula rasa cemasnya tak akan menghilang saat ia sendiri tak bisa memantau keadaan Adlan secara langsung.
Tapi mau bagaimana pun Adlan berlagak lemah dan lemas di hadapan Lina, Dhyas tetap tak percaya kalau Adlan benar-benar pinsan. Dia pasti berpura-pura. Karena lukanya memang benar-benar ringan. Adlan hanya tergores, tersenggol bokong motor yang membuat dirinya terpental jatuh. Tapi tak mungkin sampai pinsan segala.
Tapi anehnya, Lina percaya saja. Padahal kalau dia sedang normal, yakin deh dia nggak bakalan ketipu sama akal-akalan yang begituan. Ya mungkin, karena dia terlalu khawatir pada kembarannya itu.
"Udah sih Lin, nggak usah galau gitu mukanya. Kayak abis di putusin pacar aja sih lo. Kan gue disini," ucap Dhyas membuka pembicaraan.
Dia tak tahan sedari tadi dalam kesunyian. Apalagi saat memperhatikan kecemasan dalam raut wajah Lina.
"Ck. Apaan sih?" Lina berdecak pelan, lalu mendelik.
"Segitu sayangnya ya lo sama Adlan?"
Lina semakin melebarkan matanya, "Hah? Sayang? Yang bener aja, gue cuma kasian aja kali karena gue ngerasa bersalah."
"Alasan. Kalo sayang tuh bilang sayang. Nggak usah pake ngeles. Bilang sayang nggak bayar koq. Gratis!!?" celetuk Dhyas sekenanya. Tapi tentu saja dengan nada meledek dan menyindir.
Yang merasa tersindir pun terdiam telak. Tak bisa mengelak maupun menjawab.
Lagipula bila di teruskan, hanya akan ada keributan. Dia sudah cukup lelah dengan keributan yang terjadi pada hari yang terasa sangat panjang ini.
"Terserah lo," pasrahnya lalu beralih pada pemandangan di luar jendela.
Suasana kembali menghening, sampai pada saat Dhyas berniat menurunkan tubuh Adlan dari taxi dan menggedongnya masuk kedalam rumah Lina.
Dia menggerutu sendiri, "Berat banget sih lo Lan?"
Kemudian saat dapati Lina telah hilang tertelan pintu dan tak ada orang yang mengintainya, Dhyas tersenyum licik berpikir melakukan sebuah kejahilan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twin'kle Love
Teen FictionGue nggak mau jatuh cinta. Gue nggak suka cowok dan gue muak dengan semua orang. Derita gue, adalah bukti atas keserakahan manusia akan harta dan cinta. ~Adlina Lucia Fernanda *** *** Di usahakan Up seminggu sekali, kalo bisa dan mood bagus pasti b...