1. Dunia Lain

5.3K 102 12
                                    



Namaku Roni,aku berusia dua puluh satu tahun, pekerjaanku sekarang adalah menjadi seorang Penulis Novel, aku biasa menghabiskan hari-hariku dengan duduk dibelakang layar komputer meskipun terkadang aku juga suka untuk menulis diluar ruangan.

Tempat yang aku sambangi untuk menulis diluar, biasanya adalah tempat wisata alam agar pikirannku terasa di refresh. Kini aku tinggal bersama adik-ku disebuah rumah tua yang belum lama kubeli, rumah sederhana dan terletak dipinggir kebun warga.

Menjadi seorang Penulis tentunya tidak seenak yang orang pikirkan, kebanyakan orang menilai menjadi penulis kerjanya begitu enak karena hanya tinggal menulis lalu dapat uang. Memang jika tulisan kami laku dipasaran kami akan mendapatkan royalty dari buku yang kami tulis.

Namun kebanyakan orang tidak menyadari hal terbesar yang biasanya menjadi masalahn adalah mencari ide untuk ditulis, terkadang kami akan diam berpikir dalam waktu yang lama untuk mendapatkan ide meskipun terkadang ide bisa mincul begitu saja.

Seperti yang sedang kualami saat ini, aku merasa kehabisan ide untuk menulis. Beberapa buku yang sudah kutulis bergenre horror salah satunya berjudul suster salto dan hantu jeruk manis, namun sebetulnya yang kutulis hanya khayalan belaka dan banyak dari tulisanku berasal dari urban legend yang kubumbui dengan dramatisir yang sedikit kulebih-lebihkan.

Buku terakhir yang kutulis berjudul entebelle sudah rampung sehingga aku tidak dikejar deadline,dan sekarang aku sedang mencari inspirasi untuk buku-ku namun tak kunjung datang.

"Brak,,brak,,brak.."

Pintu kamarku digedor dengan keras, aku segera beranjak dari meja kerjaku, saat kubuka pintu ternyata yang menggedor adalah adik perempuanku.

Adik-ku bernama Sheril,dia berusia enam belas tahun dan baru saja menduduki bangku kelas satu SMA. Sheril berperawakan cukup tinggi untuk ukuran gadis seusianya, mungkin tingginya sekitar 165cm. Dia memiliki rambut lurus sebahu,kulitnya putih, wajah cukup bulat dengan hidung yang tidak begitu mancung dan pupil mata berwarna coklat. Jika saja dia bukan adikku mungkin aku sudah mengaguminya

"Ada apa dek? Malem-malem gedor kamar kakak ?"

Aku sedikit heran karena ini adalah kali pertama dia menggedor pintu dengan cukup keras, tanpa menjawab pertanyaanku Sheril langsung mendekapku dengan erat.

"Kak aku malem ini tidur disini ya kak" kutengok wajahnya seperti sedang ketakutan.

"Kamu kenapa dek kok kaya orang abis liat hantu ?" aku bicara dengan senyum kecil.

"Awwww"

Sheril mencubitku dengan keras, sedetik kemudian dia menatapku dengan tatapan kesal khas perempuan.

"Kakak rese ih adeknya lagi ketakutan gini bukannya ditenangin malah ditakut-takutin" Sheril berkata dengan wajah cemberutnya.

Sepertinya dia tidak main-main, karena Sheril bukanlah tipe orang yang suka berbohong demi keusilan.

"Ya udah gih tidur dikasur kakak, tar kaka tidur disofa aja"

Aku memang memiliki sofa berukuran panjang dikamarku yang biasanya aku pergunakan untuk bermalas-malasan jika sedang tidak ada kerjaan.

Sheril tampak sedikit tenang, perlahan dia melepaskan dekapannya, wajahnya masih terlihat was-was. Kuajak dia duduk dikasur lalu memintanya untuk menceritakan apa sebenarnya yang terjadi hingga membuatnya gugup seperti ini.

Namun sebelum aku mewawancari-nya aku mengambil segelas air dari dispenser yang terletak disamping meja kerja.

"Nih minum dulu de, habis itu coba kamu ceritain kenapa kamu bisa kaya gini?"

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang