27. Sareupna (Twilight)

427 41 4
                                    

Disaat aku tengah menikmati pemandangan, aku merasakan sesuatu menempel dengan sedikit menekan punggung bawahku. Jika kutebak rasanya seperti benda runcing tipis keras, tanpa babibu aku membalikan badanku dengan cepat.

Aku terkejut karena mendapati Popi mengarahkan pisau dapur berukuran cukup besar kepadaku dan menatapku dengan tatapan sinis penuh kebencian...

Part 27

Melihat Popi yang menatapku seperti orang yang membenci dan mengarahkan pisau kepadaku, aku dengan cepat mundur menjauh dari Popi. Popi tidak mendekat dan tetap diposisinya, kami saling memandang satu sama lain, yang membedakan Popi dengan tatapan benci sedangkan aku memasang wajah heran bercampur takut.

"Popiiii!!!  mana si Roni nya kok lama banget disuruh nyiangin ikan"

Terdengar suara Ratna yang berteriak dari arah tenda, aku melihat kearah Popi tiba-tiba wajahnya berubah menjadi tatapan kosong. Untuk beberapa saat kami terdiam dan Popi langsung jongkok dengan wajah menghadap ketanah, tak lama kemudian pisau dapur yang dia pegang disimpannya ditanah.

"Pop kamu gak apa-apa?" Tanyaku.

"Eh,,,Aku....aku...."

Sedetik kemudian Popi memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, matanya terpejam dan terlihat seperti orang ketakutan. Aku dengan refleks langsung menghampirinya dan memegang kedua bahunya, khawatir terjadi sesuatu yang buruk.

"Pop kamu kenapa? jawab Pop jangan diem aja" ujarku lagi.

Popi membuka matanya dan melepas pegangan dikepalanya, dia menatap kearahku. Wajahnya terlihat ketakutan dan air matanya menetes meskipun tidak banyak.

"Ron aku takut!"

"kamu takut kenapa Pop?"

"Gak mau...enggaaaak!!!!"

Dengan tiba-tiba Popi berteriak dan wajahnya semakin terlihat ketakutan, aku berusaha sebisaku menenangkannya ditengah kebingunganku. Jujur aku tak tahu harus bagaimana menenangkan Popi, baru pertama kali aku melihat hal seperti ini.

"Gak mau apa Pop? Hei Pop?"

"Gak mau Pokoknya aku gak mau!!!!" teriaknya.

Aku yang dilanda bingung tak tahu harus bagaimana, dengan refleks kupeluk tubuh Popi karena aku pernah mendengar pelukan bisa membuat seseorang yang sedang bersedih bisa menjadi tenang. Popi sedikit berontak ketika aku memeluknya, hanya saja dia berontak dengan tenaga yang sangat kecil.

"Ehem..."

Terdengar suara perempuan berdehem dengan cukup keras, segera kutoleh kearah suara tersebut rupanya adalah suara Ayu yang sedang menatap kesal mungkin karena melihat aku memeluk Popi.

"Roni kamu ngapain?" Tanya Ayu dengan wajah kesal.

"Eh anu Yu,,,nganu"

Popi yang mendengar suara Ayu tiba-tiba berdiri dan melepaskan pelukanku, tenaganya lumayan berat juga bisa melepas pelukanku. Lantas sedetik kemudian dia berlalu meninggalkan aku yang sedang bingung beserta Ayu yang sedang kesal.

"Pop...Popi!!" panggilku.

Popi tidak menjawab dan tetap berjalan meninggalkanku, begitu pula dengan Ayu yang terlihat kesal diapun ikut meninggalkanku. Entah aku harus bagaimana menghadapi para wanita ini, namun tetap saja Popi yang paling membuat aku bingung dengan tingkahnya.

Segera kupungut pisau yang dijatuhkan oleh Popi dan bergegas berjalan ke perkemahan, aku berjalan cukup pelan karena masih terheran dengan apa yang barusaja terjadi. Diperkemahan kulihat para lelaki sedang mencari menyalakan Api untuk memasak dengan kayu bakar yang kami bawa agar tidak perlu mencari kayu bakar lagi.

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang