"Saya gak tau kak. Sebelum kita nyasar gini.Sheril ...Sheril.."
"Sheril hantu kak" ujar anak perempuan yang sedang menangis.
Part 12.
Kincir 2.
"Maksud kamu gimana dek ? cerita yang tenang!"
"Tadi pas belum nyasar, Sheril kebelet pipis, aku anter dia...." Anak ini berhenti bicara karena isak tangisnya.
"Dia pipis lumayan lama, pas habis beres pipis. Kita lanjut jalan ...terus pas udah beberapa menit Sheril ketawa keras banget. Pas sama pinru disorot wajahnya matanya putih sama bertaring" anak ini kembali menangis.
Kurasa anak ini tidak sanggup melanjutkan cerita, aku bertanya kepada pinru yang memegang senter. Dia terlihat gelisah namun masih bisa mengendalikan dirinya.
"Terus kelanjutannya gimana dek?"
"Kita semua langsung lari kak, tapi Sheril gak ngejar. Saya ketakutan dan keluar jalur. Terus pas nyoba lagi nyari jalur kita semua muter-muter disini aja kak. Balik lagi kepohong pisang yang tumbang " ujarnya sambil menunjuk ke pohon pisang yang dimaksud.
Aku pernah mendengar soal cerita makhluk yang suka usil terhadap manusia dengan cara menyesatkan mereka, kalau orang sunda menyebutnya dengan jurig kincir. Dimana si korban akan dibuat terus menerus berputar disuatu area, dan tidak akan sadar hingga ada orang yang menegurnya.
"Kamu tinggalin Sheril dimana?"
"Tadi dia pipis deket jalur kok kak, Cuma gak tau sekarang"
Aku teringat akan lokasi yang diberikan oleh sinyal GPS, kucek HP Sheril masih ada di posisinya. Jujur aku sangat gelisah ketika mengetahui hal yang menimpa Sheril, apalagi dia malam-malam begini ditengah kebun.
"Ron, saya inget tempat ini soalnya disana ada gubuk tempat dulu main, tempatnya gak begitu jauh dari lapangan tempat kumpul, saya mau kasih info guru-guru buat ngejemput dari arah lain" ujar kang Robi sambil terus menenangkan siswa yang menangis.
"Kang saya mau cari adik saya dulu, dia gak ada di kelompok"
"Saya rasa ada baiknya menunggu guru yang lain Ron " ujar kang Robi menasehatiku.
Segera kuraih senter ditangan Kang Robi dan segera berlari kearah sinyal GPS Sheril berada, tidak sanggup rasanya jika harus menunggu selama itu. Aku bisa membayangkan betapa ketakutannya Sheril Saat ini, kebetulan didepanku adalah tanah lapang yang jika kuperhatikan adalah ladang tanaman palawija.
Aku terus berlari dengan celana basah dan tanah yang menempel, aku tidak merasakan takut sedikitpun karena yang ada dikepalaku saat ini hanyalah tentang Sheril. Di GPS kulihat jarak dengan sinyal hanya seratus 50 meter, dan dihadapanku saat ini adalah kebun jati.
"Sheril!! Sheril!!"
Aku berteriak dengan sangat keras berharap mendapat jawaban, namun nyatanya tidak. Aku segera menyusuri dan berjalan mendekat kearah sinyal GPS, aku merasa bingung karena sinyal GPS HP Sheril berada 5 meter didepanku namun tidak ada apapun didepanku saat ini.
Aku tiba-tiba teringat kisah yang diceritakan orangtuaku tentang anak yang diculik makhluk ghaib.
"Allahu akbar,,allahu akbar.." aku mulai ber-adzan.
"Allahuakbar allahuakbar"
Tidak ada tanda-tanda berarti saat aku mengumandangkan adzan, hingga pada saat aku ada di kalimat haya alashalah aku mendengar suara perempuan menjerit, melengking sekali, aku tetap melanjutkan adzanku.
" Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!" suara itu semakin kencang.
Aku tetap teguh dan tetap melanjutkan adzan bahkan dengan suara lebih keras dan mataku sampai terpejam.
" SREK!!"
Aku mendengar suara seperti daun kering bergeser, segera kubuka mataku dan mendapati Sheril tergeletak pingsan. Aku dengan cepat segera mengecek keadaannya, dia masih hidup namun badannya terasa sangat dingin dan denyut nadi yang lemah.
"Ron ..Roni! "
Aku menoleh kearah suara tersebut ternyata Kang Robi dan salah satu guru pembimbing .
"Ketemu adekmu Ron?"
"Alhamdulilah kang ketemu, Cuma kondisinya kaya yang lemah"
"Kalo gitu ayo cepet bawa ke sekolah, ini saya bawa motor dua tadi guru pembimbing pada nyamper anak-anak. Siswa lain lagi OTW kearah sekolah "
Tanpa ba bi bu aku membopong Sheril ketempat motor diparkir sekitar seratus meter, aku segera mengapitnya ditengah sementara Kang Robi menyetir. Sepanjang jalan aku hanya memandangi dan mengecek keadaan Sheril, aku tidak percaya kejadian semacam ini menimpa Sheril.
Sesampainya disekolah kami langsung disambut Popi dan Ibu Dewi, kami langsung membopong Sheril keruangan kelas peserta Siswi. Kulihat Ibu Dewi memegang kening Sheril sambil membaca ayat Suci al-quran.
"BRUGG"
Dibelakang kelas tempat Sheril terbaring terdengar suara seperti benda besar jatuh, Popi memeluk tubuhku dan dia terlihat ketakutan.
"Keluar kamu !! jangan ganggu anak ini !! " ibu Dewi membentak Sheril dengan mata Melotot.
"HIHIHIHI"
Sheril tertawa seperti sedang kerasukan, matanya tertutup namun memandang kearah ku sambil tertawa cekikikan. Tubuhnya berontak seperti hendak memukul dan menendang, aku memeganginya dengan kuat.
Aku merasa tenaga Sheril sungguh besar padahal dia tidak berotot, apa ini yang dinamakan kekuatan saat kerasukan.
"Astagfirullah"
Aku mendengar suara Pria, saat kulihat ternyata Kang Robi bersama seorang Pria yang belum pernah kulihat sebelumnya. Pria ini mengenakan jaket hitam, celana jeans dan Peci putih dikepalanya.
Usianya mungkin sekitar empat puluh tahunan, dan Pria itu langsung memencet kening Sheril dengan jempolnya.
"Kaluar teu sia ? hayang disiksa ku aing ?" (keluar gak lu, mau gue siksa?)
Pria itu membentak seperti yang dilakukan oleh Bu Dewi, ketika dia berkata demikian aku merasakan panas disekitar tubuhku disertai bulu romaku yang merinding.
"Ampun..ampun !!" Sheril berteriak kemudian pingsan.
Aku merasakan ketegangan yang amat sangat, karena ini adalah pertama kalinya aku melihat secara langsung orang kesurupan ditambah Sheril yang kesurupan. Suasana menjadi hening beberapa saat, namun Pria berpeci masih melotot.
"HIHIHIHI"
Sheril kembali tertawa dengan keras, kali ini matanya terbuka dan melotot kearah Pria berpeci. Terdengar decit suara giginya yang beradu disertai desahan nafas yang menggebu.
"Hayang naon sia? (mau apa kamu)"
"Aing hayang mawa budak ieu, geulis budak ieu rek dibawa ker maturan aing! (aku mau bawa anak ini, anak ini cantik, mau saya bawa buat nemenin saya)"
Kembali Pria berpeci menekan kening Sheril dengan jempolnya, Sheril menjerit seperti kesakitan. Aku tidak dapat berbuat apa-apa selain memegangi tubuhnya.
"Sok sia teu kaluar dipodaran ku aing didieu" ( kalau gak keluar saya bunuh kamu disini )"
"Ampun ampun ampun ampun" kemudian Sheril pingsan lagi.
Sekilas aku melihat ada bayangan putih yang keluar dari tubuh Sheril dan melesat keatas, pria berpeci melepaskan jempolnya dari kening Sheril dilanjutkan membaca doa. Aku segera menutupi Sheril dengan jaket salah satu siswa yang tergeletak.
Suasana sudah lumayan tenang, aku mendengar dari arah lapangan seorang guru sedang memberikan himbauan.
"Karena suatu hal, acara renungan tidak jadi dilapangan desa tapi akan kita lakukan disini" begitulah kira-kira yang kudengar dari pengeras suara portable.
"Kang, ini adik akang?" Pria berpeci bertanya kepadaku.
"Iya pak"
"Tolong nanti diawasin ya kang, kalau lagi haid baiknya jangan ikut acara malem"
Aku hanya menganggukan kepala dan terheran bagaimana Pria ini tau jika Sheril sedang haid?
"Apa kelihatan dari tonjolan dicelananya? ah mana mungkin" aku bergumam dalam hati.
"Sebelumnya kenalkan nama saya Karim, saya ustadz dikampung ini. Kebetulan rumah saya deket sama sekolah ini" ujar Pria berpeci sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
"Saya Roni pak, kakaknya anak ini"
Akhirnya kami terlibat pembicaraan mengenai kejadian yang telah menimpa Sheril, dia berspekulasi bahwa sosok tadi tertarik karena Sheril menurut dia cantik dan ingin dibawa kealamnya. Akupun menceritakan perihal dia disembunyikan dan muncul setelah aku mengumandangkan adzan.
Menurut penuturan Pak Karim sosok tadi memiliki sihir yang bisa membuat ilusi ke mata kita, contohnya Sheril ada didepanku saat itu. Aku tidak dapat melihatnya, dan begitupun anak-anak yang tersesat tadi.
"Ya udah ya Ron, saya mau keruangan sebelah mau nenangin anak-anak yang tadi nyasar,. Katanya mereka masih Syok"
"Iya pak silahkan, makasih ya pak" pak Karim hanya membalasnya dengan senyum kemudian berjalan keluar bersama Ibu Dewi.
Kulihat jam di HP ku menunjukkan pukul tiga pagi, ternyata tek terasa waktu bergulir, diruangan ini hanya tinggal aku dan Popi, Popi malah tertidur dipundakku. Aku tidak habis pikir dia bisa tertidur setelah menyaksikan kejadian tadi, akupun membaringkan tubuhnya disampingku dengan tas sebagai bantalnya.
Aku memeriksa HP ku untuk mematikan GPS dan tiba-tiba aku teringat dengan HP Sheril, aku harus segera mengambilnya. Namun aku bingung karena seragam olahraga Sheril tidak memiliki saku, aku sangat yakin karena beberapa hari lalu aku melihat bajunya dijemur .
"Kakak macam apa gue yang liatin baju adiknya" gumamku pelan.
Aku semakin penasaran Dimana Sheril menyembunyikan HP nya, kucoba menelfon ke no nya.
"Tuuutt...tuuttt.."
Telfon nyambung namun tidak ada suara, mataku tertuju kepada satu titik tubuh Sheril, dan aku mendengar suara getaran di BH nya.
"Hadeuh ini anak kebangetan dah gak mau jauh dari HP"
dengan refleks aku menarik ujung baju bagian atasnya,
"GEP"
Tangan Sheril memegangi tanganku, kulihat wajahnya dengan pelan. Wajahnya sangat datar namun sorot matanya menatap tajam kearahku, tidak melotot namun sangat terasa tajam.
"Kakak ngapain?"
Aku terhenyak mendengar perkataan Sheril yang ternyata sudah sadar, apa mungkin karena getaran di dadanya?
"Eh dek,,udah,,,udah sadar?"
Aku berkata dengan terbata-bata khawatir dimarahinya, jika Sheril marah aku tidak dapat melawannya karena menurutku dia lebih galak dari almarhum mamah. Kemudian dia menyingkirkan tanganku dengan pelan.
"Aku tau kita bukan saudara kandung, tapi kita tetep kakak adik kan kak!"
Sheril bicara dengan pelan lalu memalingkan wajahnya dariku kearah samping, samar-samar kulihat wajahnya memerah. Aku bisa melihatnya karena lampu diruangan ini sangat terang dan kulit Sheril yang putih menambah kejelasan.
Aku merasa salting mendengar perkataan Sheril, entah kenapa aku juga merasakan wajahku memanas. Sheril mengetahui dia adalah anak angkat ketika dia duduk dibangku SMP , dia tidak sengaja mendengar obrolan mama dan papa ketika diruang tamu, diapun meminta penjelasan namun dia bisa menerimanya.
Suasana tiba-tiba menjadi canggung.
"Dek, kamu gak apa-apa kan?"
"Gak papa kok"
Sheril menjawab dengan wajah masih menghadap kearah lain, suaranya sangat pelan. Dia kemudian memasukan tangannya kedalam baju untuk mengeluarkan HP nya.
"Jangan ngintip!"
Sheril menegurku dengan nada ketus. Aku memalingkan wajah.
"Kak, gimana kalo misal aku ninggalin kakak?"
"Hah,,maksud kamu dek?"
"Ya gimana kalo aku suatu saat mati ninggalin kakak, bakal sedih gak?" wajahnya kembali memerah.
Aku merasa bingung dan canggung dengan suasana seperti ini, padahal aku telah bersamanya selama belasan tahun. Namun obrolan ini rasanya bukan seperti obrolan adik kakak.
"Ngomong apa sih dek, ya jelas pasti kakak sedih lah. Cuma kamu yang kaka punya sekarang. Gak ada lagi sodara selain kamu"
tiba-tiba Sheril memelukku.
"Aku takut kak!"
"Yaudah gak usah takut, ada kakak disini" ujarku sambil mengelus kepalanya.
Aku terus mengusap Sheril dan sepertinya dia tertidur dipelukanku. aku mengambil beberapa tas untuk sandaran punggungku, dan tanpa sadar akupun ikut tertidur.
Pagi harinya aku terbangun, namun mataku masih terpejam. Aku merasakan beban tubuh Sheril yang menyandar sudah tidak terasa, aku mendengar suara anak perempuan berbisik-bisik didekatku.
Aku membuka mata dan mendapati aku dikelilingi gadis SMA dari yang cantik sampai jelek, aku segera beranjak dari tidur, dan melihat sekeliling. Tidak ada Sheril dan Popi, kulihat jam di HP menunjukkan pukul enam pagi.
"Dek liat Sheril gak?" aku bertanya kepada salah satu gadis.
"Sheril lagi dikantin diajak sama Bu Popi kak, nanti jam 7 kan mau apel, sekarang lagi istirahat"
"Makasih ya dek"
Aku segera berjalan keluar ruangan meninggalkan para gadis yang melanjutkan bisik-bisik mereka, aku segera menuju kantin dan mendapati banyak para siswa dan siswi yang sedang menyantap sarapan mereka. Wajah mereka biasa saja, tidak terlihat seperti mengetahui ada kejadian aneh tadi malam.
"Ron, sini!"
Aku mendengar suara Popi dan langsung menemukan posisinya, dia sedang duduk dikursi tempat semalam aku ngopi dengan Pria ghaib. Aku menghampiri Popi dan Sheril dan langsung memandang wajah Sheril, wajahnya nampak seperti biasa, syukurlah.
"Sarapan dulu Ron, mau makan apa ? nasi kuning disini enak banget"
Aku sungguh merasa heran karena orang-orang disekitar bersikap seperti biasa saja seolah semalam tidak terjadi apa-apa.
"Ya udah nasi kuning aja Pop!"
"Oke yah, Mang Udin... nasi kuning satu lagi mang" Popi berteriak memesan.
Tak lama kemudian datang mah lelaki yang kupikir adalah Mang Udin, dia bertubuh gemuk dan berkumis baplang.
"Makasih mang" ujarku, mang Udin hanya tersenyum.
Warung ini sangat ramai mungkin karena memang ada acara juga, Popi dan Sheril tampak lahap memakan nasi kuning mereka. Aku mencoba meluaskan pandanganku dan melihat sekeliling, saat mataku tertuju kearah toilet yang kudatangi semalam.
Disana aku melihat sosok bapak tua yang membuatkanku kopi sedang merokok sambil tersenyum kearahku.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Batin They Among Us
رعبCerita Horor Real-Fiksi yang diangkat dari berbagai pengalaman nyata Penulis dan kerabat Penulis yang kemudian dirangkai menjadi sebuah jalan cerita. Kisah seorang penulis yang membuka Mata Batin demi materi Buku Novelnya, awalnya tak ada masalah se...