19. Sesajen

418 26 0
                                    

"Gue pengen balik bang, balik bang" Ipin berkata sambil menangis.

"Pin tenang Pin ngomong yang jelas ada apaan?" ujar Galih.

Kemudian Ipin beranjak dari duduk dan berlari kearah jalan pemukiman.

"Pin..Pin mau kemana .....?

Part 19

Sesajen gubug

Ipin berlari dengan sangat kencang, bahkan Aku dan Galih tidak sanggup untuk mengejarnya namun kami masih bisa melihat Ipin dan terus mengikutinya. Pemukiman sudah terlihat oleh mata kami dan Ipin berhenti dan masuk ke sebuah rumah yang merupakan rumah Pak RW. Kami tahu itu rumah pak RW karena sebelum kami berkemah kami meminta izin terlebih dahulu karena tempatnya belum resmi terbuka.

Begitu Aku dan Galih sampai, Ipin Pingsan didekat pintu masuk dan tak lama Pak RW keluar dari balik pintu.

"Dek ada apa ini kok temennya pingsan?"

"Gak tau pak tadi dia tiba-tiba lari gitu aja" jawab Galih.

"Ya sudah bantu bapak bawa masuk adik ini dulu"

Aku dan Galih dengan cepat membopong Ipin kedalam rumah Pak RW dan menidurkannya diruangan tengah yang hanya beralaskan karpet, rumah Pak RW tidak memiliki sofa.

"Pak ada apa kok rebut-ribut?"

Terdengar suara perempuan yang rupanya adalah istri Pak RW, mungkin dia penasaran dengan suara kami yang setengah panic. Dan ketika melihat ada orang yang pingsan beliau langsung berlari kedapur dan kembali dengan segelas air serta minyak kayu putih.

"Dek ini temannya kenapa?" Tanya Pak RW kepada kami.

"Gak tau pak tadi dia tiba-tiba kayak ketakutan terus lari kesini" jawab Galih.

"Lih anak-anak udah dikasih tau belum, ntar pada nyariin lagi?"

"Udah Ron barusan udah gue sms"

Ketika aku dan Galih mengobrol tampak Pak RW menempelkan tangannya dikening Ipin, dan dia seperti merapalkan dia lalu meniup keningnya.

"Dek, temen adek ini tadi ada yang nempelin. Atau bahasa umumnya kesambet. Karena kondisinya juga lemah, saya saranin Teman adek biar istirahat dirumah saya aja"

Aku dan Galih hanya bisa menuruti perkataan Pak RW karena kami yakin Ipin tidak akan mau jika harus bermalam ditenda, sedangkan jika dia ingin pulang. Tidak ada kendaraan umum yang melintas karena sudah petang.

"Maaf pak, tapi gak apa-apa dia nginep disini? Saya ngerasa gak enak " ujar Galih.

"Gak apa-apa kok dek, kebetulan kamar anak saya kosong soalnya dia lagi kuliah diluar kota"

Tak lama kemudian Ipin mulai siuman, dia memegangi keningnya seakan merasa pusing. Kami tidak memberondongnya dengan pertanyaan karena kasihan jika teringat dengan kejadian tadi. Ipin memandangi kami berempat dan melihat seisi ruangan.

"Dimana gue bang?"

"Lu lagi dirumah Pak RW, lu kenapa Pin tadi lari kaya orang kesetanan?"

"Gue pengen pulang bang, gue gak mau kemah disini"

Kembali Ipin memasang wajah ketakutan dan menutup matanya menggunakan lengannya.

"Pin cerita dong kenapa biar jelas, kalo lu gak cerita malah nyusahin orang ntar" Galih berbicara dengan nada sedikit tinggi, mungkin dia kesal.

Ipin tidak menjawab dan hanya terdiam dan menangis karena terlihat ada air mata yang mengalir, aku mencoba menenangkan Galih karena merasa tidak enak kepada Pak RW.

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang