4. Hantu Penglaris

1.8K 50 2
                                    

"Rif ngebut cepetan!"

Aku berteriak kepada Arif seraya menutup kembali mataku, dia sepertiya sadar akan hal yang sedang terjadi kepadaku. Sedetik kemudian dia memacu motornya dengan kecepata tinggi.

Kupeluk erat badan Arif dan menempelkan wajahku kepundaknya, posisi kami sekarang mungkin terlihat seperti sejoli sedang naik motor, ditengah lajunya motor Arif berkata setengah teriak kepadaku.

"Gue bilang kan tadi suruh tutup mata Ron, napa lu malah buka?" ujarnya dengan nada kesal.

Aku tidak menjawab, badanku terasa gemetar, terasa keringat dingin keluar dari tubuhku. Jantungku berdebar dengan cepat. Meskipun aku sudah cukup terbiasa melihat penampakan makhluk halus, namun sosok yang tadi aku lihat sungguh diluar kemampuanku.

Sosok yang kulihat tadi adalah sosok yang sangat tinggi besar, berada diareal makam, dan pohon kamboja terlihat olehku hanya selutut di makhluk tersebut. Mereka telanjang dan hanya mengenakan seperti alang-alang disekitar area laki-lakinya, aku yakin mereka berkelamin laki-laki.

Warna tubuh mereka gelap, mungkin kebiruan, mata mereka melotot seperti hampir keluar dan menyala berwarna merah, dua taring panjang terlihat sangat besar sebesar paha orang dewasa. Rambut mereka acak-acakan dan salah satu dari mereka seperti memegang sesuatu yang menurutku mirip dengan senjata Bima dari tokoh Pandawa.

Aku melihat jumlah dari maklhuk itu hanya ada dua, dan mereka seperti sedang mengobrol dengan bahasa yang belum pernah kudengar sebelumnya. Suara mereka sangat berat mungkin karena ukuran tubuh mereka.

Aku sampai sedikit mengadah keatas agar bisa melihat wajah mereka, dan jujur aku merasa gemetar terutama disaat salah satu dari mereka menatap kearahku dengan mata yang merah menyala, aku masih menutup mataku, Arif masih memacu motornya dengan ngebut.

Beberapa menit kemudian aku mendengar suara keramaian dan hawa hangat, aku yakin kami sudah melewati totoang ( kebun atau area tidak ada warga tinggal). Aku lantas membuka mataku, kulihat kami rupanya sudah memasuki area kampung sebelah.

"Cekiiiitttt"

Arif mengerem dengan mendadak.

"Duh Rif kok ngerem mendadak banget, kaget gue" ujarku sedikit memarahinya. Dia menolehku dengan tatapan malas.

"Ron sebenernya lu mantap gak sih buat ngebuka mata batin? Dari rumah lu kaya ketakutan banget. Gue khawatir"

"Niat gue mantap ko Rif, cuman barusan gue ngeliat makhluk yang belum pernah gue llihat gambarnya atau denger ceritanya " ujarku dengan sedikit gugup."

"Emang tadi lu liat apa sampe gemeteran gitu?"

"Gue ngeri ngeliat raksasa Rif, lu liat juga kan? suaranya juga bikin ngeri Rif"

"Oh yang itu, itu mereka dari kaum Denawa ( sejenis Buto ijo), mereka ga bakalan ganggu manusia ko, mereka itu makhluk yang jarang banget nampakin dirinya ke manusia, kecuali emang keliatan bagi yang punya mata batin" Ujar Arif menjelaskan.

"Sumpah Rif gak nyangka gue ada makhluk begitu"

"Saran gue nih Ron, kalo lu ngerasa takut ngeliat yang ngeri, usahain gak usah teriak. Merem aja terus liat kearah lain.... Kalo teriak gitu mereka bakalan sadar.... Terus kalo lu lagi apes bisa aja mereka ngikutin lu kerumah, gak bagus tuh"

Arif berkata dengan nada menasehati, Aku hanya mengangguk, dan kamipun melanjutkan perjalanan.

Pasar sudah tidak jauh dari sini, lokasinya diujung kampung yang sekarang kami lewati. Aku melihat beberapa penampakan lagi, yang mendominasi memang embak kun-kun namun aku melihat beberapa penampakan yang cukup langka menurutku.

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang